Oleh Ali Farkhan Tsani,S.Pd.I.,SQ., Safirul Quds (Duta Al-Quds) dan Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Berjihad membebaskan Masjid Al-Aqsha kiblat pertama umat Islam, merupakan amal mulia yang bernilai pahala bagi kejayaan Islam dan Muslimin.
Beberapa ayat, terutama di dalam surat Al-Isra, Al-Fath, Al-Anfal dan Surat At-Taubah, mengingatkan kita tentang kemuliaan jihad di jalan Allah tersebut. Di antaranya :
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَءَاخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
Artinya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (QS Al-Anfal [8]: 60).
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sebuah hadits yang artinya, “Siapa yang sampai mati tidak melaksanakan ghazwah (perang di jalan Allah) dan tidak tergerak dalam hatinya untuk melaksanakan ghazwah (perang di jalan Allah), maka matinya di dalam satu cabang kemunafikan”. (HR Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Terlebih mencermati kondisi Masjid Al-Aqsha dan kaum muslimin di Palestina, hingga saat ini masih dalam penjajahan Zionis Israel. Satu-satunya negeri yang masih terjajah pada abad yang katanya modern dan menghormati hak-ahak asasi manusia (HAM) saat ini, yang katanya ada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang katanya ada Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang katanya umat Islam konon mencapai 1,5 miliar jumlahnya, yang katanya negeri-negeri sekitar Palestina terkenal dengan kekayaannya yang melimpah ruah…..
Padahal, sejengkal demi sejengkal tanah Palestina jatuh ke tangan Zionis Israel. Tercatat sejak tahun 1948 hingga 1972 ada 1 juta hektar tanah milik rakyat Palestina yang mereka rampas. Kondisi buruk ini terus meningkat di setiap tahunnya, Israel tanpa henti memperluasan wilayah tanah jajahan mereka.
Warga Palestina hingga kini masih kehilangan tanahnya. Maka tidak ada cara selain mengembalikan hak-hak mereka sebagai pemilik Palestina seutuhnya. Rakyat Palestina harus mendapatkan kembali tanah mereka yang diambil paksa Israel. Ini merupakan hal mutlak yang harus termaktub dalam poin solusi atas konflik di Palestina. Ada 2/3 dari warga Palestina dengan status terusir dari tanah kelahirannya. Tanpa syarat ini mustahil Palestina akan kembali dan keadilan dapat ditegakkan.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal
Naifnya lagi, saat ini penjajah Israel sudah menguasai 85% dari tanah Palestina. Artinya, pemilik asli tanah yaitu warga Palestina hanya mendapatkan sisanya yaitu 15% saja. Kondisi menyedihkan ini berlangsung hingga sekarang disaksikan jutaan pasang mata masyarakat dunia. Melihat hal ini, dimanakah mereka yang selama ini meneriakkan keadilan dan membela Hak Asasi Manusia (HAM)?
Maka, jelas wajib bagi kaum muslimin terjajah untuk membela dan mempertahankan diri dengan jiwa dan harta mereka, sampai memperoleh kebebasan hakiki, terlepas dari penzaliman. Sebab, penjajahan sangat ditentang dalam ajaran Islam. Karena itu, setiap negeri-negeri muslim yang terjajah, khususnya Palestina di mana terdapat Masjid Al-Aqsha di dalamnya, wajib melepaskan dirinya dari penjajahan.
Dan itu terus akan bergerak, seperti dalam sebuah sya’ir/puisi, yang disusun oleh guru Penulis, Syaikh Prof Dr Mahmoud Muhammad Shiyam (Imam Besar Masjid Al-Aqsha Palestina). Beliau menulis puisi berjudul “Darah Nyalakan Palestina”.
Darah Palestina memiliki pajak
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
meski kondisi mereka sangat melelahkan
kenyataannya,
kaum kami benar-benar telah melupakannya
panggung politik
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
itulah sang penyebabnya
Mereka senangkan para penjajah
dan berlalulah ?
Kelalaian mereka benar-benar mengherankan
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan
di tengah rakyat yang terpanggang perang
justru bangsa kami di ruang tunggu tinggal diam
padahal Kubah Al-Aqsha telah merintih
dan menjerit karena ditawan
Baca Juga: Israel Serang Kamp Nuseirat, 33 Warga Gaza Syahid
akibat konspirasi menakutkan
Hanya Allah milikmu,
wahai Palestina
walau dengan kondisi yang begitu riskan
Baca Juga: Hamas: Pemindahan Kedutaan Paraguay ke Yerusalem Langgar Hukum Internasional
sementara kumpulan pasukan menebar kerusakan
di sekumpulan warga di kamp pengungsian
tak perlu khawatir
sebab
Baca Juga: Puluhan Ribu Jamaah Palestina Shalat Jumat di Masjid Al-Aqsa
jihad di sisimu wahai Palestina
akan terus berkobar
agar kembali tempat-tempat suci yang terampas
anak-anakmu yang sabar
Baca Juga: Satu-satunya Dokter Ortopedi di Gaza Utara Syahid Akibat Serangan Israel
memasuki kancah pertempuran
jihad melawan kezaliman
meski kadang sehari padam
namun
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
mereka anak-anak pejuang
akan terus menyelakan kembali api itu
(Sumber: “Jihad Syi’bi Filistin”, Mu’assasah Al-Quds, Syaikh Prof Dr Syeikh Mahmoud Muhammad Shiyam).
Kewajiban Yang Tak Boleh Berhenti
Selanjutnya, kewajiban membebaskan Masjid Al-Aqsha dan Palestina itu bukan hanya kewajiban bagi warga Muslimin Palestina saja. Tetapi kewajiban seluruh umat islam, sebagai satu kesatuan Muslimin, kal jasadil wahid, kal bunyaan yasyudduhum ba’duhum ba’d, innamal mu’minuuna ikhwatun.
Allah menyebutkan urgensi persatuan dan kesatuan umat Islam itu di dalam ayat:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا…..
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah berpecah-belah….”. (QS Ali Imran [3]: 103).
Apalagi ini sudah sampai pada penghalangan, penodaan dan paya perobohan masjid para Nabi dan Rasul itu.
Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita tentang kewajiban berjihad dengan harta dan jiwa, di antaranya melalui beberapa ayat dan hadits :
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
Artinya : “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut [kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat“. (QS Al-Baqarah [2]: 114).
Apalagi kita mendengar, melihat, dan mengetahui nasib kaum Muslimin, yang kehormatannya dilanggar. Maka kita wajib membela dan menolongnya, serta mengembalikannya ke kondisi semula, yakni dalam keadaan aman.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan di dalam hadits:
مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ. وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَه
Artinya : “Tidaklah seseorang yang membiarkan seorang Muslim di tempat di mana kehormatannya dilanggar dan dilecehkan, kecuali Allah akan membiarkannya di tempat yang ia menginginkan pertolongan-Nya di sana. Tidaklah seseorang menolong seorang Muslim di tempat yang kehormatannya dilanggar kecuali Allah akan menolongnya di tempat yang menginginkan ditolong oleh-Nya,” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Pada hadits lain juga disebutkan:
فُكُّوا الْعَانِيَ- يَعْنِي الأَسِيرَ- وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ
Artinya : “Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Bukhari).
Begitulah, serambi Baitul Maqdis menyambut hangat segenap umat Islam. Baitul Maqdis/Al-Aqsha berada di tengah kepulan asap tebal yang mengelilingi seluruh kawasan Arab. Negeri yang menjadi pusat pergolakan dunia. Badai yang menerpa Palestina dan sekitarnya, yang diselimuti wajah mengerikan imperialisme penjajahan, taring-taring kesewenang-wenangan, tempat di mana aroma darah, api dan puing-puing reruntuhan bertebaran, sisa-sisa potongan tubuh yang berserakan, semua itu disebabkan oleh senjata penghancur yang melawan kebebasan bangsa dan Negara.
Namun demikian, para pejuang bangsa Palestina tetap berjuang sampai semua wilayah Palestina bebas dari penjajahan Zionis Israel, walaupun harus dibayar dengan apapun dan berapapun. Hal ini adalah sebuah tekad jiwa yang bersumber dari kekyatan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan dukungan dari masyarakat dunia Islam yang saling bahu-membahu membela dan memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Khususnya dari sauduara-sauduara kaum Muslimin di Indonesia yang selalu menggelorakan kemerdekaan Palesatina dan pembebasan Al-Aqsha, melalui aksi-aksi longmarch, statement keras, seminar dan diskusi, pameran foto dan pemutaran film, pembacaan puisi dan aneka kreasi solidaritas lainnya. Ini merupakan salah satu bentuk dukungan yang sangat berarti bagi mereka, yang jaraknya puluhan ribu kilometer dari Nusantara.
Itu karena masalah Al-Quds, Al-Aqsha, Palestina bukan semata karena perasaan kasihan melihat luka yang diderita akibat penjajahan dan imprealisme. Tetapi juga adalah untuk menyeru kepada seluruh dunia yang masih punya hati nurani, agar dapat mengatakan dengan lantang : “Stop imprealisme. Stop permusuhan bengis yang menimpa saudara, keluarga, tanah, dan tempat suci. Hentikan tindakan diam negara-negara Internasional terhadap perilaku Zionis Israel. Hentikan pembunuhan, penjarahan, penindasan, dan penjajahan. Sudah cukup lama kedzaliman dan permusuhan berlangsung di depan mata internasional”.
Secara lebih khusus, umat Islam di manapun berada, perlu terus bekerjasama dan berpartisipasi membela tanah suci umat Islam, kiblat pertama, negeri Isra Mi’raj, yang direbut oleh Zionis Israel. Umat Islam juga perlu sadar bahwa arah dan jalan perjuangan umat Islam adalah jelas, satu, yakni menghadapi musuh yang satu, Zionis Israel. Maka, kepada segenap kekuatan umat Islam agar menjadi martir bara perlawanan dalam usaha menghentikan penjajahan atas tanah penuh berkah Palestina.
Ketahuilah, Yahudi Zionis Internasional sejak diprovokasi oleh pendirinya, Theodore Hertzl, telah mengetahui betapa Masjid Al-Aqsha adalah milik dan simbol kejayaan umat Islam. Karena itu, mereka akan terus coba nodai dan kuasi keberadaannya. Mereka pun terus berusaha dengan berbagai daya dan upaya bagaimana agar jangan sampai umat Islam sadar dan bersatu untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari penjajahan Zionis. Termasuk bagaimana mereka berusaha akan membagi kawasan suci Masjid Al-Aqsha menjadi dua bagian, satu untuk masjid dan sebagian lagi untuk kuil sesembahan mereka. Serta ingin memindahkan ibukotanya dari Tel Aviv ke Jeruslaem (Al-Quds). Amerika Serikat pun mengikuti, hendak memindahkan Kedutaan Besarnya dari Tek Aviv ke Al-Quds juga.
Mereka orang-orang kafir bahu-membahu, berjuang ‘menginfakkan’ dengan menggelontorkan harta bendanya, segenap pikirannya, bukan sisa pikiran, seluruh waktunya bukan sisa waktu, demi untuk meraih Al-Aqsha. Sisi lainnya, mereka pun berusaha mengadu domba kaum Muslimin, mereka pecah belah kekompakan umat Islam dengan isu perbedaan mazhab, organisasi, pemikiran, partai dengan metode usang tapi dikenal canggih ‘politik devide et empera’ (pecah belah) dan ‘politik belah bambu’ (satu bagian diangkat tapi satu bagian lainnya diinjak).
Lalu, apakah hal itu akan kita biarkan begitu saja tanpa perlawanan? Para pejuang di negeri penuh berkah Palestina, sudah mengumandangkan Intifadhah Jilid III, dan kita seluruh kaum Muslimin wajib menyambutnya dengan segala daya dan upaya apa yng bisa kita lakukan. Hatta mengirim minyak untuk menerangi lampu-lampu di Masjid Al-Aqsha, harus kita lakukan. ‘Mengirim minyak’ di sini dalam arti luas adalah mengirim dukungan, bantuan, support, pembelaan lisan dan tulisan, hingga doa yang kita panjatkan. “Allahummanshur ikhwaananaa di filistin…”. (Ya Allah tolonglah saudara-saudara kami di Palestina). Menangkanlah kaum mukminin menghadapi Zionis Yahudi. Persatukanlah hati kaum Muslimin dalam satu shaf Jama’ah Muslimin menghadapi hegemoni musuh-musuh Allah.
Perhatian dan pembelaan kita terhadap Masjid Al-Aqsha di kawasan Baitul Maqdis, disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
عَنْ مَيْمُونَةَ، مَوْلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفْتِنَا فِي بَيْتِ الْمَقْدِسِ فَقَالَ: «ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ» وَكَانَتِ الْبِلَادُ إِذْ ذَاكَ حَرْبًا، «فَإِنْ لَمْ تَأْتُوهُ وَتُصَلُّوا فِيهِ، فَابْعَثُوا بِزَيْتٍ يُسْرَجُ فِي قَنَادِيلِهِ»
Artinya: Dari Maimunah budak yang dimerdekakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sesungguhnya dia berkata, “Wahai Rasulullah, berilah fatwa kami tentang Baitul Maqdis”. Nabi bersabda, “Datangilah dan shalatlah di sana. Bila engkau tidak bisa datang ke sana untuk menjalankan shalat di dalamnya, maka kirimkan minyak untuk menerangi lampu-lampunya”. (HR Abu Dawud).
Yahudi Zionis internasional telah mengetahui betapa Masjid Al-Aqsha adalah milik dan simbol kejayaan umat Islam, dan mereka akan terus coba nodai dan kuasi keberadaannya. Oleh karena itu mereka berusaha dengan berbagai daya dan upaya bagaimana agar jangan sampai umat Islam sadar dan bersatu untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari penjajahan Zionis. Termasuk bagaimana kahir-akhir ini mereka berusaha akan membagi kawasan suci Masjid Al-Aqsha menjadi dua bagian, satu untuk masjid dan sebagian lagi untuk kuil sesembahan mereka.
Zionis Israel dipersenjatai dan didukung dengan kejahatan dan kedzaliman persekongkolan Amerika dan beberapa Negara Barat mendukung penjajahan. Mereka tidak segan membantu Zionis Israel dalam bentuk harta, keputusan politik, atau dengan mengirim pasukan, juga dalam bentuk bantuan teknologi dengan memberi mereka persenjataan yang paling canggih. Lebih ironisnya, semuanya itu ditanggung oleh pajak dari negeri mereka dan negeri-negeri yang bersekongkol secara dzalim, dan beberapa kepala pemerintahan yang terikat melalui kesepakatan-kesepakatan hina dan praktek perjudian politik di atas meja perundingan yang sia-sia. Padahal semua fasilitas itu berasal dari uang rakyatnya.
Maklumat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Menolak Penjajahan
Tentang kewajiban membebaskan negeri-negeri terjajah, kita introspeksi kembali ke masa lebih dari setengah abad yang lalu, yakni tahun 1953, saat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) telah mengeluarkan Maklumat I yang isinya,
“Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa”.
Dalam Ma’lumat Hizbullah No. 1/’72 era Imaam Wali Al-Fattaah, selengkapnya disebutkan bahwa Jama’ah Muslimin (Hizbullah) :
- Berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
- Berjuang karena Allah, dengan Allah, untuk Allah, bersama-sama Kaum Muslimin menuju Mardlatillah.
Pada Ma’lumat itu disebutkan juga bahwa dalam menghadapi suasana yang makin bergolak, maka Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menetapkan langkah-langkah azasi (strategis), yaitu:
- Pandangan, Pendirian dan Sikap Hidup Muslim: Yaqin, bahwa berpegang teguh tha’at melaksanakan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, sumber segala kejayaan dan kebahagiaan.
- Ukhuwah Islamiyyah : Kesatuan bagi seluruh Muslimin yang tidak dapat dibagi-bagi, dipisah-pisahkan, apa lagi diadudombakan, sebagai perwujudan Ukhuwah Islamiyah, baik dalam kemudahan ataupun dalam kesukaran.
- Kemasyarakatan: Berpihak kepada kaum yang dha’if (lapar, lemah, tertindas, teraniaya), mempertegak keadilan.
- Sikap terhadap Lain-Lain Golongan: Tegak berdiri di dalam lingkungan kaum Muslimin, ditengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar.
- Antar Bangsa-Bangsa: Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa.
Terpanggil kembali oleh ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits sahih, maka Jama’ah Muslimin (Hizbullah) sebagai wujud Khilafah ‘Alaa Minhaain Nubuwwah, era Imaam Muhyiddin Hamidy, dengan izin dan petolongan Allah telah memaklumkan secara terbuka ke dunia internasional tentang Ghazwah Fath Al-Aqsha (Perjuangan Pembebasan Al-Aqsha) sejak tanggal 24 Sya’ban 1427 H. atau bertepatan dengan tanggal 17 September 2006 lalu.
Kemudian setelah maklumat itu, dilanjutkan beberapa amal sholih dalam rangka mobilisasi Ghazwah Fath Al-Aqsha meliputi : aksi longmarch gerak jalan malam hari, tabligh akbar, seminar, bedah buku, pameran foto, pemutaran film, konferensi internasional, daurah (diklat) tentang Al-Quds, penerbitan, media online, dan sebagainya.
Termasuk pengiriman para mujahid asatidz menggali ilmu-ilmu Al-Aqsha di Mu’assasah Al-Quds Yaman, pengiriman relawan mujahid ke Jalur Gaza, melalui program pembangunan Rumah Sakit Indonesia di sana, pengiriman duta khilafah dalam safar Umrah Plus Aqsha, aksi Global March to Jerussalem (GMJ) dan sebagainya.
Maka, menjadi kewajiban kita semua, sesuai dengan amanah, bidang, pekerjaan, dan kondisi masing-masing, secara bejama’ah.
Marilah kita bermuhasabah (introspeksi) pada diri sendiri, sejauh mana, seberapa besar, sebanyak mana, seintensif apa, yang sudah kita lakukan sebagai sumbangsih amal shalih membela dan memperjuangkan Al-Aqsha.
Sebab kalau kita melalaikan jihad di jalan Allah, maka akan ada ancaman:
لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ الله بِالْفَقْرِ
Artinya : “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan Allah timpakan kefakiran terhadap mereka.” (HR Ibnu ‘Asakir).
Penutup
Masih ada harapan, masih ada langkah-langkah yang cerah dan usaha-usaha yang bisa diharapkan, yang bukan hanya sebatas luapan emosi semata. Ketabahan dan keistiqamahan kaum Muslimin dalam jihad demi kejayaan Islam wal Muslimin, sesungguhnyalah merupakan tanda-tanda dekatnya kemenangan. Oleh karena itu umat Islam jangan sampai berhenti dan lemah dalam melawan Zionis Israel yang setiap saat mengancam.
Sesungguhnya besarnya sumber daya materil dan sumber daya manusia yang umat Islam miliki, sudah cukup menjadi modal besar untuk menyingkirkan segala bentuk kerusakan yang menimpa keluarga dan saudara-saudara kita serta membebaskan mereka dari beban penjajahan. Hal ini merupakan prioritas utama kita di semua level, hingga pada akhirnya kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsha dapat tercapai seiring dengan terwujudnya kedamaian yang berdasarkan kebenaran, keadilan, dan kebebasan di Timur Tengah dan di seluruh dunia.
Semoga Allah memberikan kekuatan dan kemudahan kepada kita dalam menjalankan amanah jihad di jalan-Nya, membebaskan Al-Aqsha dalam komando Jama’ah Muslimin wa Imaamahum ay Khilafah ‘alaa minhaajin nubuwwah. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. (RS2/P2)
Penulis dapat dihubungi melalui : WA 082221427842 atau email [email protected]
Tulisan-tulisan Penulis dapat dibaca di www.alifarkhantsani.com
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)