SETIAP umat manusia diciptakan dengan potensi besar, ditiupkan ruh dari sisi-Nya, lalu dipilih untuk memikul amanah sebagai khalifah di muka bumi. Namun tidak semua manusia mampu menunaikan tugas suci ini dengan kesadaran utuh. Sebagian memilih terlena, sebagian lainnya tersesat oleh dunia yang memabukkan.
Maka, hanya mereka yang berani berjihad-lah yang benar-benar bangkit, berjalan melawan arus kebatilan, menuju puncak kebermaknaan hidup. Jihad bukan sekadar pertempuran bersenjata. Ia adalah lokomotif perubahan yang menggugah jiwa dan menyadarkan hati bahwa hidup ini bukan sekadar bernafas—tapi berjuang hingga akhir hayat!
Jihad, dalam makna sejatinya, adalah perjuangan tanpa henti untuk menaikkan derajat keislaman dalam segala aspek kehidupan. Bukan semata mengangkat pedang, tapi mengangkat martabat. Bukan sekadar berlari di medan perang, tapi juga berlari meninggalkan maksiat.
Bukan hanya menumpahkan darah, tapi meneteskan keringat, air mata, dan bahkan rasa sakit demi sebuah perubahan ilahi. Ketahuilah, tidak ada satu pun perubahan besar yang lahir tanpa jihad. Bahkan para nabi pun berjihad. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, manusia mulia, hidup dalam jihad dari hari pertama kenabian hingga ruhnya kembali ke langit.
Baca Juga: Sedekah Sebelum Terlambat: Tadabbur Qur’an Surat Al-Munafiqun Ayat 10
Lalu, apakah kita hanya akan menjadi penonton dalam panggung sejarah ini? Atau kita siap menjadi bagian dari lokomotif perubahan itu—yang menggerakkan roda dunia menuju cahaya?
Jihad: Api Pembakar Kemalasan, Obor Penuntun Kesadaran
Jihad adalah cara Allah membangunkan jiwa-jiwa yang tertidur dalam kenyamanan semu. Banyak orang hari ini merasa hidupnya baik-baik saja, padahal sedang berjalan menuju jurang. Mereka bekerja, makan, tidur, bercanda, tertawa, lalu mati dalam kehampaan. Tidak ada perubahan. Tidak ada perjuangan. Tidak ada arah.
Padahal Allah berfirman,
Baca Juga: Nuklir, Mudharat dan Manfaatnya dalam Perspektif Al-Qur’an
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. Al-‘Ankabut: 69)
Ayat ini adalah janji Allah yang tak pernah ingkar. Siapa yang berjihad, maka Allah sendiri yang akan membimbingnya meniti jalan-jalan perubahan. Maka pertanyaannya: Mengapa hidup kita stagnan? Mengapa kita merasa hampa? Mungkin karena kita belum mau berjihad. Belum mau bersusah payah dalam ketaatan. Belum mau menanggung perihnya meninggalkan dosa. Belum bersedia mengorbankan waktu, tenaga, bahkan nyawa untuk dakwah.
Jihad adalah nyala api yang membakar semua kemalasan, semua rasa takut, semua keraguan. Jihad adalah lampu yang menerangi hati dari kegelapan cinta dunia. Jihad adalah panggilan nurani yang menyentak kita dari tidur panjang. Ia menggugah kita untuk tidak hanya hidup sebagai makhluk, tapi sebagai hamba, sebagai pejuang, sebagai kekasih Allah.
Baca Juga: Peran Orangtua dan Umara dalam Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina
Jangan bayangkan jihad hanya di medan perang. Jihad yang pertama adalah melawan hawa nafsu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda setelah pulang dari perang besar,
“Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar.”
Para sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Melawan hawa nafsu.”
Itulah medan jihad yang paling sunyi, paling sepi, paling tersembunyi—namun sangat menentukan. Saat kita menahan diri dari amarah, menundukkan pandangan, menolak suap, menahan lisan dari ghibah, bangun malam saat semua terlelap—itu jihad. Saat seorang ibu mendidik anak dengan sabar dan penuh iman—itu jihad. Saat seorang ayah banting tulang dengan niat lillah demi keluarga—itu jihad. Saat seorang pemuda menolak ajakan zina dan memilih jalan yang halal—itu jihad.
Jihad adalah perjuangan hidup agar Allah ridha. Dan hanya dengan jihad kita bisa berubah. Tanpa jihad, kita akan terus menjadi versi lemah dari diri kita. Kalah oleh godaan. Tunduk pada kemalasan. Menyerah pada keadaan. Sementara Allah memanggil kita untuk berubah!
Baca Juga: Hijrah Rasulullah sebagai Langkah Strategis Menuju Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Jihad: Jalan Lurus Menuju Derajat Tertinggi
Allah tidak menciptakan kita untuk menjadi biasa. Kita bukan sampah sejarah. Kita adalah umat terbaik. Tapi predikat itu bukan warisan, melainkan hasil perjuangan. Allah berfirman,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ…
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (Qs. Ali Imran: 110)
Baca Juga: Berjama’ah Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Namun ayat itu dilanjutkan dengan syarat: Menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah. Ketiganya adalah jihad! Maka siapa yang tidak berjihad, sesungguhnya ia menolak menjadi umat terbaik.
Ingatlah, derajat tertinggi bukan milik orang yang duduk santai. Bukan milik mereka yang mencari zona nyaman. Derajat tertinggi hanya untuk para pejuang, para mujahid, mereka yang hidupnya adalah perjuangan dan matinya adalah kemenangan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang mati dan belum pernah berjihad dan tidak pernah berniat berjihad, maka ia mati dalam keadaan nifaq (munafik).” (HR. Muslim)
Hadis ini mengguncang hati! Bahkan niat berjihad saja sudah cukup menunjukkan kemurnian iman. Apalagi jika benar-benar turun ke medan amal, bergerak di jalan dakwah, berdiri di barisan perjuangan. Maka, marilah kita bertanya: Sudahkah kita menanamkan niat berjihad? Sudahkah kita berada di jalan para pejuang?
Baca Juga: Iman, Jihad, dan Hijrah: Tiga Pilar Tegaknya Kalimatullah
Jihad adalah jalan para nabi, para sahabat, para syuhada, dan para wali. Tidak ada jalan pintas menuju surga, kecuali melalui jihad. Tidak ada kemuliaan sejati tanpa perjuangan. Bahkan surga itu pun tidak bisa dibeli dengan sekadar shalat dan zikir, melainkan dengan darah, air mata, dan pengorbanan.
Lihatlah Sumayyah, wanita pertama yang syahid demi keimanan. Lihatlah Mus’ab bin Umair yang meninggalkan kekayaan demi dakwah. Lihatlah para sahabat yang gugur di Badar, Uhud, dan Tabuk. Apakah kita mengira akan masuk surga tanpa menapaki jejak mereka?
Jihad adalah kendaraan tercepat menuju ridha Allah. Siapa yang naik kendaraan ini, ia akan tiba di tempat yang tak bisa dicapai oleh para penikmat dunia. Mereka yang berjihad tak hanya hidup bermakna di dunia, tapi juga akan dibangkitkan dalam barisan para pemenang.
Mari Bangkit Menjadi Mujahid Sejati
Baca Juga: Seluruh Pemeluk Dienul Islam Adalah Muslim
Wahai saudaraku… cukup sudah kita tertidur dalam buaian dunia. Cukup sudah kita tertipu oleh kesenangan yang fana. Hidup ini singkat. Dunia ini kecil. Dan kita diciptakan bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk berjuang.
Jihad adalah lokomotif perubahan. Tanpa jihad, tidak ada Islam. Tanpa jihad, tidak ada kemajuan. Tanpa jihad, kita hanya menjadi umat yang tertinggal, hina, dan tak diperhitungkan. Tapi dengan jihad, kita bisa menaklukkan dunia dan merebut akhirat.
Jangan tunggu panggilan perang. Jangan tunggu menjadi ulama atau tokoh. Mulailah berjihad dari sekarang. Dari hati. Dari rumah. Dari diri sendiri. Lawan hawa nafsumu. Tundukkan egomu. Kalahkan syahwatmu. Bangkitlah! Bergeraklah! Jadilah bagian dari lokomotif perubahan.
Karena dunia ini sedang menunggu para mujahid—bukan yang berpakaian perang, tapi yang berpakaian iman. Bukan yang mengangkat pedang, tapi yang mengangkat tekad. Bukan yang membunuh musuh, tapi yang membunuh kejahilan, kemalasan, dan kehinaan diri sendiri.
Baca Juga: Ukhuwah Islamiyah dan Pembebasan Al-Aqsha
Jihad adalah jalan cahaya. Jihad adalah kehidupan tertinggi. Dan jihad adalah cinta sejati kepada Allah.
Beranikah engkau melangkah ke sana?
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukkah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Qs. Ash-Shaff: 10–11)
Maka wahai jiwa-jiwa yang merindukan kemuliaan, jangan biarkan hidupmu berlalu tanpa jejak perjuangan. Jangan izinkan waktumu habis untuk hal yang tak berguna, sementara Allah memanggilmu untuk berjihad. Bangkitlah dari kelalaian! Tegakkan kepalamu, mantapkan langkahmu, dan siapkan hatimu untuk menjadi mujahid sejati.
Baca Juga: Istighfar Kunci Perubahan Nasib: Tadabbur Qur’an Surat Nuh Ayat 10-12
Jadikan setiap hari ladang amal, setiap napas sebagai bukti cinta kepada Allah, dan setiap peluh sebagai saksi bahwa kau tidak tinggal diam dalam menghadapi kebatilan. Yakinlah, sekecil apa pun jihadmu di jalan Allah, pasti dicatat sebagai amal agung.
Jangan tunda, jangan ragu! Karena jihad bukan hanya tentang mati syahid, tetapi tentang hidup yang sepenuhnya dipersembahkan untuk membela kebenaran dan menegakkan Islam. Jadilah bara yang mengobarkan semangat perubahan, jadilah pelita yang menerangi jalan umat, dan jadilah lokomotif yang menggerakkan sejarah menuju kemenangan![]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Vs Iran, Ketika Serangan Membentuk Keberimbangan Regional