Berbicara Muslimah, tidak ada yang bisa memungkiri kehebatannya. Bekerja siang dan malam tanpa lelah, mengurus dan mengatur rumah tangga yang tak kunjung henti, terkadang masih bisa mengerjakan pekerjaan di luar rumahnya. Subhanallah . . .
Seperti halnya pada Jumat (4/11), ribuan Muslimah ikut turun ke jalan bersama puluhan bahkan ratusan ribu muslim dari beberapa penjuru Indonesia, dari Sabang sampai Marauke. Mereka turun ke jalan bukan hanya sekedar ikut-ikutan atau ingin selfie di tempat.
“Kami berkumpul di sini atas panggilan hati dan diniatkan jihad,” kata Mufidah salah seorang koordinator lapangan.
Yah, mereka berduyun-duyun memenuhi panggilan aksi damai Bela Islam II yang menuntut keadilan atas dugaan penistaan agama oleh salah seorang gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Peserta aksi yang berlangsung pada hari raya mingguan umat Islam itu berjalan kaki melalui Pejambon – Gereja Imanuel-Gambir – Kedutaan Besar Amerika Serikat-kantor wakil presiden – Balai Kota. Setelah itu menuju Patung Kuda – Jl Medan Merdeka Barat hingga ke depan Istana Merdeka.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Rutinitas mereka terganggu, hatinya terusik, batinnya bergemuruh atas ulah gubernur yang kepleset lidahnya. Jika hanya cacian dan makian “isi toilet” yang sering dia lontarkan kepada lawan bicaranya, mungkin saja ratusan ribu Muslim memakluminya. Tapi yang dihinanya adalah kitab suci agama mayoritas di negara yang ditumpanginya.
“Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak-Ibu gak bisa pilih saya. Ya kan dibohongin pake surat Al Maidah 51 macem-macem itu…(hadirin tertawa). Itu hak Bapak-Ibu, ya. Jadi Bapak-Ibu perasaan gak bisa pilih nih karena ‘saya takut masuk neraka’…dibodohin itu…ngga papa. Karena itu panggilan pribadi Bapak-Ibu.”
Yah begitu petikan pernyataan gubernur dari etnis Tionghoa itu dalam pidatonya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September lalu. “Bukan, ini bukan tentang SARA, bukan juga tentang agama, ras atau sebagainya. “Ini tentang aqidah kita, Ahok menistakan salah satu ayat dalam kitab suci umat Islam,” kata ketua umum pengurus besar wanita Al-Irsyad, Fahima Askar.
Awalnya, umat Islam di Jakarta tidak mempermasalahkan jika mereka dipimpin oleh non Muslim, tapi pernyataan itu membuktikan dan menyadarkan Muslimin bahwa penistaan Alquran tidak bisa ditolelir.
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Berbagai komunitas Muslimah dari berbagai kalangan elemen yang tidak mengenal usia pun ikut turun ke jalan, diantaranya, Komunitas Pendaki Muslim, Al-Irsyad, Gerakan Pekerja Muslim, Himpunan Mahasiswa Indonesia, AQL, Mujahidah FPI, dan ratusan komunitas lainnya berikut cabangnya di daerah ikut dikerahkan.
Jihad Muslimah Dalam Aksi Damai 4/11
Muslimah dengan kelihaiannya dalam situasi apapun, bisa memainkan beberapa peran dalam satu waktu. Dalam aksi damai Bela Islam misalnya, mereka dengan semangat menggebu ikut meneriakkan tuntutan yang sama .
“Tangkap, tangkap, tangkap si Ahok. Tangkap si Ahok sekarang juga,” seru massa demonstran.
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Tak ingin ketinggalan dengan yang lainnya, selain menyanyikan yel-yel mereka juga membawa poster dan spanduk dengan yang seirama.
Namun, dalam waktu yang sama, saat jam istirahat tiba, muslimah yang tadinya dengan semangat 45 menyuarakan tuntutannya, mengambil posisi merapatkan barisan ke bagian konsumsi dengan membagikan logistik yang ada.
“Ayo, makan! makan dulu! sebelum mulai jihad kita,” seru panitia muslimah bagian konsumsi. Dengan cepat dan sigap mereka membawa kresek berisi nasi, ada yang membawa air minum, mengampiri para demonstran yang cukup damai.
Selang beberapa menit kemudian, saat unjuk rasa mulai bergeliat memadati bundaran Bank Indonesia (BI) menuju Istana Presiden, sebagian Muslimah dengan cekatan dan tanpa henti menjaga kebersihan sekitar tempat aksi berlangsung.
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
“Kita fokus dengan Kebersihan, kesehatan dan pendistribusian konsumsi untuk rekan-rekan kita yang ikut aksi,” kata Aisya ketua Smile Backpacker.
Mereka bersama muslimat yang lainnya juga ikut ambil bagian dalam menjaga kebersihan. Dengan berbekal kantong plastik hitam, mereka menyusuri tempat-tempat yang terlihat ada sampah di setiap titik. Tidak hanya itu, mereka yang memiliki keahlian di bidang kesehatan juga ikut berpartisipasi menangani para peserta yang kelelahan.
“Ya, kita tangani pasien yang memerlukan bantuan, biasanya kalau aksi seperti ini paling mual, pusing, lemes karena kelelahan,” kata dokter Dzakiya dari Mer-C.
Meski demikian, banyak dari mereka yang juga ikut long march hingga sampai Istana Presiden, bahkan ada diantara mereka yang melakukan orasi dengan meneriakkan pendapatnya menggunakan pengeras suara.
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
“Ahok sudah melecehkan Alquran, sama saja menistakan agama kita, dia harus dihukum! Kami siap untuk tetap berjuang membela agama kami sampai darah penghabisan,” kata seorang Muslimah dari serikat Gerakan Pekerja Muslim Indonesia.
Yah, itulah beragam pandangan di lapangan yang sempat MINA pantau di beberapa titik lokasi aksi damai untuk jihadnya Muslimah dalam aksi Bela Islam pada Jumat, (4/11) dari pukul 09.00-18.00, waktu setempat. Perannya di medan yang mungkin belum mereka pernah alami dan mungkin yang terbesar dalam hidupnya. Di luar aktivitas keseharian mereka. Wallahu’alam.(P004/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara