Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

JIWA BERTAUHID KUNCI KEJAYAAN ISLAM

Admin - Sabtu, 4 Oktober 2014 - 19:56 WIB

Sabtu, 4 Oktober 2014 - 19:56 WIB

711 Views ㅤ

Pk Agus

Agus Sudarmadji (Ketua Aqsa Working Group/AWG)

Tomang, 10 Dzulhijjah 1435 H/4 September 2014 M (MINA) – Kunci kejayaan Islam yang dapat diteladani dari Nabi Ibrahim dan keluarga beserta orang-orang yang berjuang bersama mereka adalah jiwa yang bertauhid, kata Agus Sudarmadji Khatib Idul Adha, di halaman parkir Roxi Mas, Tomang.

“Sejarah membuktikan teladan agung itu benar-benar riil dan pernah hidup di tengah manusia dan dari bangsa manusia biasa. Teladan itu pun menjadi motivator bagi kita orang-orang yang beriman untuk mencapai puncak-puncak prestasi kebaikan dunia sampai akhirat,” katanya kepada 800 jama’ah yang hadir.

Agus yang juga ketua Aqsha Working Group (AWG) mengatakan bahwa Ibrahim selalu mengajak umatnya untuk bertuhan hanya kepada Allah serta mencegah mereka dari sikap taklid buta terhadap ajaran sesat nenek moyang yang menyembah berhala yang direkam kisahnya dalam quran/">Al Quran surah Al Anbiya ayat 53 – 58.

Dia menjelaskan begitu halnya dengan Rasulullah selama tahap pertama misi kenabian beliau di Mekkah fokus kepada tugas meletakkan dasar-dasar Tauhid yang kokoh untuk menjadi fondasi pembangunan masyarakat dengan peradaban yang sangat tinggi dan mengalahkan bangsa-bangsa adi daya saat itu yakni Romawi dan Persia.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

“Kesuksesan gilang gemilang di masa kenabian Ibrahim maupun Rasulullahi Shallahu ‘alaihi wassalam yang dilandasi kekuatan jiwa tauhid dari ummat yang dibangun oleh dua figur teladan itu hendaknya menjadi pegangan bagi kita untuk melangkah mantap dan penuh percaya diri untuk menyongsong kebangkitan menuju kejayaan Islam dan muslimin selanjutnya,” katanya.

Dalam khutbahnya dia menjelaskan, jiwa tauhid adalah bagian terpenting dari iman seseorang sebagaimana disabdakan oleh bagian Nabi Shallahu ‘alaihi wassalam dalam haditsnya yang artinya: “Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).”

Menurutnya, tauhid yang kokoh berakar pada ikatan yang kuat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ikatan yang kuat itu lazim disebut dengan aqidah. Seorang muslim memiliki aqidah yang mantap dan terhubung kuat dengan Allah sebagai Rabb sekaligus Ilah-nya.

Dia mengatakan, sejatinya setiap manusia memiliki ikatan tertentu dengan suatu sumber penggerak prilaku bahkan hidupnya secara keseluruhan yang dirumuskan dalam konsep tuhan. Artinya seluruh manusia memiliki aqidah tertentu. Yang membedakan di antara manusia adalah kepada akidat itu terikat apakah kepada Allah atau kepada selain Allah. Ada pula yang aqidahnya seperti terikat kepada Allah namun dalam saat yang bersamaan juga terikat kepada yang lainnya.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Benang Merah Persoalan Hidup

Pada setiap persoalan hidup ditemukan benang merah yang bila ditelusur akan sampai pada akarnya yaitu persoalan pada aqidah seseorang. Oleh karena itu untuk membawa kaum muslimin kepada kejayaan harus dilakukan dengan kembali kepada ikatan aqidah yang benar yang bersumber pada nilai-nilai tauhid. Jangan sampai kita menjadi kaum yang justru memilih terpuruk dalam kehinaan daripada berjaya dalam kemenangan sebagaimana disindir oleh quran/">Al Quran dalam surat Al A’raf 176:

Khotib menggarisbawahi hendaknya kita dengan sungguh-sungguh berusaha keluar dari fitnah besar yang mendera tubuh ummat Islam dengan kembali kepada Tauhid. Sebagai-mana diteladani oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam yang membangun kekuatan ummat dengan diawali mem-bangun jiwa tauhid.

“Semua dimulai dari keluarga beliau berdua yakni seluruh anggota keluarga kita dididik dalam nilai-nilai Tauhid yang benar dan lurus. Sehingga setiap anggota keluarga kita terjauhkan dari bertuhan kepada selain Allah. Dengan demikian kita semua akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang terbebaskan dari penghambaan diri kepada tuhan-tuhan kecil termasuk hawa nafsu,” tambahnya.

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Menurutnya, aqidah yang kuat berdasarkan tauhid pasti akan melahirkan pola hidup berjamaah dan berimaamah. Itulah pola dan fitrah kita sebagai muslim, teladan sunnah dan pola nubuwwah. Sistem dan pola yang telah ditempuh dan dijalankan oleh para Anbiya dan Auliya.(L/P004/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Indonesia
Indonesia
MINA Health
Khadijah