Jakarta, MINA – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), menyerukan pentingnya komitmen global untuk menciptakan perdamaian dunia dalam pidatonya pada pembukaan Forum Perdamaian Dunia ke-9 (World Peace Forum/WPF) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/11).
Di hadapan para tokoh lintas negara dan agama, JK menegaskan bahwa perang hanya melahirkan penderitaan, dan tidak ada satu pun manusia yang ingin hidup di tengah konflik.
“Semua orang ingin hidup damai. Tidak ada orang yang berpikir untuk menjadi korban perang,” ujar JK dalam sambutannya.
JK, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), menekankan, perdamaian sesungguhnya menjadi inti dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam ajaran Islam.
Baca Juga: BMKG: Hujan Ringan Guyur Jakarta Pagi Ini
“Setiap hari kita mengucap salam —Assalamu’alaikum— yang berarti damai. Dalam salat pun, kita mengakhiri dengan doa untuk kedamaian. Itu menunjukkan bahwa inti kehidupan manusia adalah kedamaian,” ungkapnya.
Menurut JK, pelaksanaan forum di Jakarta mencerminkan peran Indonesia sebagai pelopor perdamaian dunia.
“Pelaksanaan forum ini di Jakarta menjadi simbol bahwa Indonesia berada di garis depan memperjuangkan perdamaian dunia. Presiden Prabowo juga telah menunjukkan upaya yang sama di PBB,” katanya.
Gerakan Moral Lintas Bangsa dan Agama
Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Membaik, Warga Bisa Nikmati Udara Sehat Hari Ini
Forum Perdamaian Dunia ke-9 diselenggarakan oleh Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), lembaga yang dipimpin oleh Prof. Din Syamsuddin. Forum ini mempertemukan tokoh-tokoh lintas agama, negara, dan profesi yang memiliki komitmen terhadap perdamaian.
Din menjelaskan, WPF bukan sekadar pertemuan akademik, tetapi gerakan moral global yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan spiritualitas sebagai dasar terciptanya perdamaian sejati.
“Forum ini adalah gerakan moral dari para pencipta perdamaian dunia. Karena kami bukan pemerintah, maka berada di tataran moral untuk menyebarkan ide-ide tentang pentingnya perdamaian,” ujar Din.
Mengusung tema “One Humanity, One Destiny, One Responsibility” atau *Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan, Satu Tanggung Jawab, forum ini menyoroti pentingnya jalan tengah (the middle path) dalam menyikapi ekstremitas global.
Baca Juga: Din Syamsuddin dan Tan Sri Lee Kim Yew Padukan Nilai Islam dan Tionghoa dalam World Peace Forum ke 9
“Dari Islam kita mengenal wasathiyatul Islam —ajaran moderasi, keseimbangan, dan keadilan— sementara dari kebudayaan Tionghoa terdapat nilai-nilai harmoni dan kebajikan. Keduanya bertemu dalam semangat kerja sama dan kesejahteraan bersama,” kata Din Syamsuddin.
Forum tahun ini dihadiri oleh tokoh-tokoh dunia, antara lain Presiden Timor Leste José Ramos-Horta, mantan Presiden Kosovo Atifete Jahjaga, serta perwakilan dari Al-Azhar University Mesir, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Religions for Peace Asia.
Delegasi dari lebih 30 negara turut memberikan apresiasi terhadap model diplomasi budaya Indonesia yang menempatkan perdamaian sebagai panggilan moral, bukan sekadar agenda politik.
Perwakilan Iran, Hujjat-ul-Islām Hamid Shahriari, menyebut forum tersebut mrnjadi platform penting untuk menjembatani tradisi rasional Islam dan kebudayaan Tionghoa bagi kolaborasi global.
Baca Juga: Maqdisy Heroes Long March, Tumbuhkan Literasi Baitul Maqdis Sejak Dini
Kehadiran berbagai pemimpin dunia di Jakarta menunjukkan bahwa Indonesia semakin diakui sebagai *jembatan antarperadaban*, dengan kombinasi nilai-nilai Islam moderat, demokrasi, dan kearifan Asia.
Dalam penutupnya, Jusuf Kalla kembali menegaskan perdamaian bukan sekadar konsep politik, melainkan jiwa kemanusiaan yang universal.
“Perdamaian bukan agenda politik, tapi semangat kemanusiaan. Forum ini mengingatkan kita bahwa peradaban sejati hanya bisa berdiri di atas kedamaian,” tegas JK.
Forum Perdamaian Dunia (World Peace Forum) pertama kali diadakan tahun 2006 dan telah menjadi wadah dialog lintas iman dan budaya paling konsisten di Asia. Edisi ke-9 ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat diplomasi moral dan budaya di tingkat global.[]
Baca Juga: Presiden Prabowo Lantik Arif Satria sebagai Kepala BRIN
Mi’raj News Agency (MINA)
















Mina Indonesia
Mina Arabic