Washington, 23 Ramadhan 1434/31 Juli 2013 (MINA) – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry mengatakan bahwa juru runding Israel dan Palestina telah sepakat untuk berunding lagi dalam dua minggu ke depan, bertujuan untuk menyegel kesepakatan akhir dalam sembilan bulan.
“Kedua belah pihak akan bertemu di Israel atau wilayah Palestina dan tujuan kami untuk mencapai kesepakatan status akhir selama sembilan bulan ke depan,” kata Kerry kepada wartawan pada Selasa (30/7), setelah Israel dan Palestina mengakhiri pembicaraan yang terhenti selama tiga tahun.
Kerry berbicara bersama perunding Israel dan Palestina di sisinya, ia mengatakan pembicaraan putaran minggu ini antara kedua belah pihak berlangsung positif dan konstruktif dan ia yakin bahwa mereka bisa berdamai, Aljazeera melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency).
Setelah pembicaraan pagi di Gedung Putih dengan Presiden Barack Obama dan Departemen Luar Negeri, kedua belah pihak telah sepakat bahwa semua isu yang paling diperdebatkan seperti perbatasan, pengungsi, dan nasib Yerusalem akan di diskusikan di atas meja.
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
“Dan mereka berada di meja dengan satu tujuan sederhana, tujuan untuk mengakhiri konflik, untuk mengakhiri klaim. Tujuan kami adalah untuk mencapai kesepakatan status akhir selama sembilan bulan ke depan,” kata Kerry.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa semua rincian pembicaraan dan diskusi akan dirahasiakan.
Setelah pidato Kerry, Saeb Erekat, Kepala Negosiator Palestina, turun ke podium.
“Palestina sudah cukup menderita, dan tidak ada manfaat lebih dari upaya ini daripada orang-orang Palestina,” kata Erekat. “Saya senang bahwa semua masalah status akhir berada di atas meja.”
Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York
Tzipi Livni, negosiator Israel, juga mengambil kesempatan berbicara di podium.
“Dalam negosiasi ini, bukan maksud kami untuk berdebat tentang masa lalu, tapi untuk membuat keputusan untuk masa depan,” kata Livni. “Ini adalah tugas kita untuk bekerja sama, sehingga kita dapat mengubah secercah harapan menjadi sesuatu yang nyata dan abadi.”
Israel dan Palestina masih sangat terbagi tentang masalah “status akhir”, termasuk nasib Yerusalem, yang diklaim oleh kedua sebagai ibukota, hak kembalinya bagi para pengungsi Palestina, dan perbatasan negara Palestina di masa depan yang menjadi rumit oleh tersebarnya puluhan pemukiman Yahudi ilegal di Tepi Barat yang diduduki. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan