Jakarta, 26 Dzulhijah 1435/20 Oktober 2014 (MINA) – Tepuk tangan meriah terdengar usai Joko Widodo menandatangi berita acara pelantikannya sebagai presiden RI ke-7 periode 2014-2019. Para hadirin pada acara pelantikan presiden di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Senin (20/10) tersebut, kompak berdiri bertepuk tangan.
Tepuk tangan meriah itu diawali oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah mengucap sumpah jabatan, Jokowi dan SBY bertukar tempat duduk. SBY yang tidak lagi menjabat sebagai presiden menyerahkan kursinya kepada Jokowi. Saat itulah SBY bertepuk tangan, yang segera diikuti oleh sebagian besar hadirin.
Ketua Majelis Permusyawarana Rakyat, Zulkifli Hasan menegaskan, dengan dilantiknya Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla, di depan rapat paripurna MPR, maka mulai saat ini kedua tokoh tersebut resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI.
Peristiwa ini dinilainya sebagai simbol peralihan kekuasaan dari pemerintahan lama ke pemerintahan baru yang berlangsung dengan baik, lancar dan aman.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Usai dilantik Jokowi memulai pidato perdananya dengan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Prof. Dr. Boediono yang telah memimpin penyelenggaraan pemerintahan selama lima tahun terakhir.
Jokowi mengatakan, baru saja dia mengucapkan sumpah yang memiliki makna spritual yang dalam, yang menegaskan komitmen untuk bekerja keras mencapai kehendak bersama sebagai bangsa yang besar.
Menurut dia, kini saatnya semua menyatukan hati dan tangan. Kini saatnya, bersama-sama melanjutkan ujian sejarah berikutnya yang maha berat, yakni mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Saya yakin tugas sejarah yang berat itu akan bisa kita pikul bersama dengan persatuan, gotong royong dan kerja keras. Persatuan dan gotong royong adalah syarat bagi kita untuk menjadi bangsa besar. Kita tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan keterpecahan. Dan, kita tidak pernah betul-betul merdeka tanpa kerja keras,” tegasnya.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
“Pemerintahan yang saya pimpin akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di seluruh pelosok tanah air, merasakan kehadiran pelayanan pemerintahan. Saya juga mengajak seluruh lembaga negara untuk bekerja dengan semangat yang sama dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing,” katanya pula.
Dia yakin, negara ini akan semakin kuat dan berwibawa jika semua lembaga negara bekerja memanggul mandat yang telah diberikan oleh Konstitusi.
Kepada para nelayan, buruh, petani, pedagang bakso, pedagang asongan, sopir, akademisi, guru, TNI, POLRI, pengusaha dan kalangan profesional, “saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu, bergotong rotong. Inilah, momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama untuk bekerja…bekerja… dan bekerja.”
Dia juga menyebutkan, bangsa Indonesia juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga diri.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri. Bangsa besar yang kreatif yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global,” katanya.
Bangsa Indonesia harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. “Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk.
Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di Laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana.”
Kerja besar membangun bangsa ini menurut dia, tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Presiden, Wakil Presiden ataupun jajaran pemerintahan yang saya pimpin, tetapi membutuhkan topangan kekuatan kolektif yang merupakan kesatuan seluruh bangsa.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Lima tahun ke depan, katanya, menjadi momentum pertaruhan kita sebagai bangsa merdeka. “Karena itu kerja, kerja, dan kerja adalah yang utama. Saya yakin, dengan kerja keras dan gotong royong, kita akan akan mampu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” (L/R01/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung