Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

JOKOWI DAN KOMITMEN PERJUANGAN PALESTINA

Admin - Senin, 20 Oktober 2014 - 05:26 WIB

Senin, 20 Oktober 2014 - 05:26 WIB

3974 Views ㅤ

1403519380122595638

Foto Jokowi dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Mehdawi (Tribun)

Sebentar lagi Indonesia akan menghadapi babak baru, rakyat Indonesia akan mempunyai pemimpin baru setelah prosesi pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih dilaksanakan.

Tepatnya pada 20 Oktober 2014, Joko Widodo atau yang akrab dikenal Jokowi dan Jusuf Kalla akan diambil sumpah oleh MPR untuk mengemban amanah sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

Seluruh ketua umum partai politik Indonesia diundang. Undangan juga dikirimkan untuk mantan presiden dan wakil presiden yang pernah memimpin Indonesia. Ada beberapa kepala negara dan kepala pemerintahan serta utusan dari berbagai negara akan turut menyaksikan prosesi pelantikan itu.

Biografi singkat Jokowi

Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara

Sekarang ini nama Joko Widodo menjadi sangat dikenal di mata masyarakat. Joko Widodo lahir pada 21 Juni 1961 di Kota Solo. Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo dan merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Berasal dari keluarga yang sederhana, Joko Widodo menempuh pendidikan dasar hingga menengah di kota Solo. Kemudian ia meneruskan pendidikan tinggi di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pada saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi, tidak banyak prestasi yang dicatat oleh Jokowi. Setelah selesai kuliah, pria ini memilih untuk bekerja pada sebuah perusahaan. Akan tetapi tidak bertahan lama karena ia kemudian memilih meneruskan usaha mebel yang dimiliki oleh keluarganya. Dalam waktu yang cepat, usaha mebel yang dilakukan berhasil mendapatkan banyak keuntungan.

Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, “Jokowi”. Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya.

Pada tahun 2005 Jokowi terpilih menjadi Walikota Solo. Ada banyak prestasi yang sudah dilakukan pria ini di Kota Solo. Karena melihat prestasi Jokowi yang bagus di Kota Solo, pada tahun 2012 dia dicalonkan menjadi Gubernur Jakarta. Dalam biografi Joko Widodo disebutkan, untuk menjadi Gubernur Jakarta, Jokowi harus menghadapi perlawanan yang sengit dari lawan politiknya. Dengan kerja keras yang dilakukan, akhirnya Jokowi bisa menang dalam pilkada Jakarta.

Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat

Setelah menjadi Gubernur Jakarta, tentu membuat pria ini semakin sibuk. Banyak sekali aktifitas yang harus dia lakukan. Tidak sedikit pula media yang membuat berita khusus akan Jokowi. Dengan popularitas yang semakin meningkat ini sudah pasti membuat banyak orang yang ingin Jokowi maju sebagai presiden.

Tidak pernah bermimpi jadi Presiden

Setelah melewati masa kampanye selama satu bulan, pemungutan suara di Indonesia digelar secara serentak. Sebagian besar hitung cepat (quick count) yang dipublikasikan begitu pemungutan suara selesai menempatkan Jokowi-Kalla unggul atas pasangan Prabowo-Hatta. Suasana sempat memanas karena pasangan Prabowo-Hatta mendeklarasikan kemenangannya berbekal empat lembaga survey hitung cepat yang memenangkan dirinya.

Pada 22 Juli 2014, KPU dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi suara nasional menyatakan Jokowi sebagai pemenang pilpres 2014 dengan jumlah 70.633.594 suara sah. Jokowi mendapat dukungan sebesar 53,15 persen, sementara pesaingnya, Prabowo-Hatta memperoleh 46,85 persen suara. Jokowi menjadi presiden terpilih setelah 4 bulan 8 hari sejak pendeklarasian dirinya di Marunda.

Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia

Pada hari yang sama, Jokowi untuk kali pertama berpidato sebagai presiden terpilih hasil Pemilu Presiden 2014. Kali ini, ia berpidato di atas kapal pinisi Hati Buana Setia yang sandar di Dermaga IX Pelabuhan Sunda Kelapa.

Dalam pidato politik pertamanya, Jokowi menyerukan satu salam baru, “lupakanlah nomor 1 dan lupakanlah nomor 2, marilah kembali ke Indonesia raya. Kita kuat karena bersatu, kita bersatu karena kuat! Salam 3 Jari, persatuan Indonesia,” kata Jokowi .

Pada satu kesempatan, Jokowi menyatakan bahwa dirinya tidak pernah bermimpi menjadi Presiden Republik Indonesia dan semuanya muncul begitu saja atas dukungan rakyat. Hal itu seperti dikatakanya kepada wartawan di Solo.

“Saya tidak pernah bermimpi menjadi Walikota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, apalagi sekarang presiden terpilih. Semuanya ini tidak direncanakan,” kata Jokowi pada wartawan di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2014).

Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia

Menurut Jokowi, semuanya muncul begitu saja atas dukungan rakyat, dan tidak ada yang direncanakan. Kendati demikian, Jokowi meminta bersabar karena proses politik dan demokrasi harus dilewati, kini tinggal menuju prosesi pelantikan Presiden dan wakil presiden oleh MPR.

“Semuanya harus bersabar dan tidak perlu tergesa-gesa,” ucap mantan Walikota Solo itu.

Meskipun menjadi Kepala Negara RI, kegiatan blusukan yang sering dilakukan saat menjabat walikota serta gubernur diyakini Jokowi tetap berjalan seperti biasa.

“Kita mempunyai pengalamam sekup kecil saat menjabat walikota, dan agak besar ketika Gubernur DKI Jakarta. Itu menjadi langkah pertama mengidentifkasi dan memilah-milah masalah yang ada dan mana yang perlu diprioritaskan,” tuturnya.

Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya

Jokowi Komitmen pada kemerdekaan Palestina

Palestina-Israel-Kecewa-300x225.jpg" alt="Swedia-Akui-Kemerdekaan-Palestina-Israel-Kecewa" width="300" height="225" /> Foto : Aktualpost

Dalam debat capres yang diadakan salah satu televisi di Indonesia, Jokowi menyatakan dukunganya pada kemerdekaan Palestina. Hal ini disampaikan pada debat capres bertemakan politik internasional dan ketahanan nasional.

Komitmen Jokowi terhadap perjuangan rakyat Palestina dan pembukaan KBRI di Palestina diungkapkan, menegaskan keberpihakan terhadap kemanusian dan sikap mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina.

Lalu, kepada wartawan di Jakarta, Kamis (10/7/2014), Jokowi menyatakan kecamannya terhadap agresi Israel ke Palestina di Jalur Gaza yang telah menewaskan ribuan warga sipil. Dia menyebut aksi itu sebagai pelanggaran hak asasi manusia melalui pembunuhan massal.

Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia

“Salah satu cara mewujudkan kedaulatan di negara Palestina adalah merdeka. Maka, saya akan berjuang keras untuk mendorong kemerdekaan Palestina,” ujar Jokowi.

“Sebagaimana yang disebut dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, termasuk Palestina yang sudah terjajah lebih dari tujuh dekade,” sambung dia.

Palestina, kata Jokowi, memiliki arti penting bagi rakyat Indonesia. Palestina adalah salah satu negara di Liga Arab yang mendukung dan mengakui kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 silam. Sudah selayaknya pihak Indonesia melakukan hal yang sama terhadap Palestina.

Tak tanggung-tanggun, dukungan Jokowi untuk Palestina juga disampaikan pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar berperan aktif membela bangsa Palestina di berbagai forum internasional. Jokowi juga menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengambil langkah cepat demi menghentikan serangan Israel ke Palestina.

Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah

“Saya juga menyerukan solidaritas di antara negara-negara pencinta perdamaian dan menghormati HAM untuk bersama menekan Israel menghentikan aksinya. Ayo duduk di meja perundingan yang bermartabat, adil, dan setara,” ujar Jokowi.

Jokowi meminta seluruh rakyat Indonesia bisa membantu warga Palestina dengan memberi sumbangan. Dalam waktu dekat, Jokowi akan bertemu Duta Besar Palestina untuk Indonesia untuk mendiskusikan penyaluran dana yang baik agar tepat sasaran.

“Semoga Allah SWT selalu bersama rakyat Palestina,” ujar Jokowi.

Pendapat beberapa Tokoh mengenai Dukungan Jokowi pada Palestina

Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin, mengapresiasi penyataan calon presiden Joko Widodo untuk mendukung kemerdekaan Palestina.

“Saya menyampaikan penghargaan kepada capres yang menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina,” kata Din di kantor MUI, Selasa, 24 Juni 2014

Menurut Din, pernyataan Jokowi ini sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat yang menyatakan Indonesia ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.

Selain itu, permasalahan yang dihadapi Palestina selama ini, menurut Din, merupakan masalah ketidakadilan global. Baik yang terjadi pada bidang keagamaan maupun politik. Ketidakadilan global ini mengakibatkan munculnya radikalisme dan berdampak sistemik bagi dunia, katanya.

Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan

“Masalah kemanusiaan ada di depan mata. Penindasan maupun pembunuhan terjadi, baik terhadap orang tua maupun anak-anak,” kata Din yang juga menjabat Ketua Umum Muhammadiyah.

Sementara itu, Analis Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia Zacky Khairul Umam mengatakan dukungan calon presiden Joko Widodo terhadap kemerdekaan Palestina mencerminkan spirit untuk menjaga marwah Bangsa Indonesia.

Ia mengatakan Jokowi memiliki momentum yakni aspirasi luas non-partai, seperti yang dulu pernah dimiliki Presiden Sukarno. Menurutnya, akan banyak pihak yang membela Jokowi seperti tokoh lintas-golongan dan agama.

“Kabarnya, Dubes Palestina (Fariz N Mehdawi) juga sudah kenal Jokowi sejak jadi walikota di Solo. Kasus Palestina tak lagi hanya milik sekelompok muslim, tetapi menjadi isu yang menyangkut kemanusiaan. Jika Jokowi mampu memanfaatkan kekuatannya ini, isu Palestina menjadi persoalan bersama bahwa di sana masih banyak tragedi berdarah, problem ketidakadilan, dan lain-lain,” ujar Zacky.

Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat

Zacky berharap Jokowi bisa memainkan peran global dan mengubah mindset para diplomat Indonesia. Ia lalu membandingkan Jokowi dengan PM Turki Recep Tayyip Erdogan dan mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Jokowi bisa berkarakter tak sekeras prinsip Ahmadinejad yang serba anti-Amerika dan Israel, juga tak sekolot Erdogan dengan nada paternalistiknya. Meski kalem, karakter Jokowi keras, dan ini bagus. Apa (Presiden Afrika Selatan Nelson) Mandela berapi-api?” terangnya.

Akan tetapi menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Trisakti Fahmi Habsy menilai Jokowi berpotensi dizalimi oleh konspirasi Zionisme Yahudi internasional yang menurut dia, tidak menginginkan kemerdekaan Palestina dan terciptanya perdamaian di Timur Tengah.

“Dalam sejarah kepemimpinan bangsa Indonesia pasca-Soekarno, baru Jokowi saja yang berani mengambil peran aktif untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah, dengan terang-terangan membuka hubungan diplomatik dengan Palestina apakah nanti di Gaza atau Ramallah,” ujar Fahmi .

Dia mengatakan, jaringan zionisme internasional dan antek-anteknya berpotensi menjegal langkah Jokowi menuju kursi Presiden RI dengan segala cara dan tipu muslihat. Hal itu dilakukan agar Indonesia tidak menjadi negara pelopor di kawasan ASEAN yang membuka perwakilan diplomatik di Ramallah atau Gaza, seperti 44 negara lain yang telah membuka perwakilan diplomatik di Palestina.

“Penjajahan dan perampasan tanah rakyat Palestina tidaklah sekadar menimpa umat Islamnya saja, tapi juga penzaliman penduduk Palestina yang beragama Kristen Orthodox, Katolik atau Koptik karena di sana tempat suci bagi agama-agama samawi,” tutur Fahmi.

Menurut dia, selama bertahun-tahun, konspirasi zionisme internasional mencegah Indonesia untuk tidak membuka perwakilan diplomatik terhadap Palestina dikarenakan ketakutan pengaruh geopolitik Indonesia sebagai negara dengan penduduk umat Islam terbesar di dunia, yang akan menstimulasi gelombang dukungan negara-negara Asia dan negara Islam lainnya untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina dan mendesak Israel menerima kesepakatan perdamaian tanpa syarat. (T/P003/R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency

Rekomendasi untuk Anda