Gaza City, 9 Ramadhan 1434/17 Juli 2013 (MINA) – Juru Bicara pemerintah Palestina berbasis di Jalur Gaza, Ihab Al-Ghussain mengatakan, rakyat Palestina terpaksa menggunakan terowongan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya karena diblokade Israel sejak 2006.
Selama enam tahun berturut-turut, Israel telah memperketat blokade jalur darat dan laut untuk mengisolasi Jalur Gaza dari akses menuju Tepi Barat, termasuk kota Al-Quds di mana Masjid Al-Aqsha berada, dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Krisis di Gaza semakin buruk terutama pada penutupan satu-satunya penyeberangan komersial menghubungkan arus barang dari Tepi Barat yang dikontrol penuh Israel di sebelah selatan Jalur Gaza, Karem Abu Salem.
“Posisi kami selalu jelas bahwa, warga Palestina terpaksa menggunakan terowongan karena adanya penutupan satu-satunya penyeberangan komersial, Karem Abu Salem, di mana hanya 20 persen dari kebutuhan rakyat Gaza yang diperbolehkan masuk oleh Israel,” ujar Al-Ghussain sebagaimana dilansir kantor berita AlRay dan dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
Israel hanya mengizinkan 150 truk per hari masuk melalui perbatasan Karem Abu Salem. Sedangkan, setidaknya 700 truk per hari diperlukan untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari sekitar 1,7 juta penduduk Gaza itu.
Al-Ghussain menekankan, tidak ada alternatif lain selain terowongan dalam situasi blokade lanjutan secara terang-terangan tehadap Gaza oleh Israel dan tidak adanya terminal komersial formal antara wilayah Gaza dan Mesir.
“Pemerintah Palestina sendiri akan mulai benar-benar menghancurkan terowongan dalam hal apabila ada alternatif yang dapat mengamankan kebutuhan hidup 1,7 juta penduduk Gaza,” tegas Al-Ghussain dalam konferensi pers di Gaza City, Selasa kemarin (16/7).
Berkenaan dengan kontak pemerintah Palestina dengan Mesir setelah penggulingan Muhammad Mursi, Juru Bicara pemerintah Palestina berbasis di jalur Gaza, Ihab Al-Ghusain menegaskan bahwa Mesir masih prihatin mengenai penyelesaian masalah Palestina saat ini.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
“Kontak sedang berlangsung, Mesir masih prihatin tentang penyelesaian masalah Palestina saat ini, yang terbaru adalah jamaah umroh asal Gaza yang terlantar di Arab Saudi,” tambah Al-Ghusain.
Krisis Di Gaza Semakin Memburuk
Krisis di Jalur Gaza semakin memburuk akibat hampir seluruh terowongan ditutup militer Mesir setelah kudeta militer terhadap Presiden Mesir Muhammad Mursi pada Rabu (3/7).
Situasi ekonomi di Jalur Gaza juga semakin memburuk bertepatan pada bulan suci Ramadhan sehingga tingkat kemiskinan dan pengangguran tetap sangat tinggi, berkat blokade yang dilakukan Israel.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Kementerian Perhubungan Palestina mengatakan bahwa larangan masuknya Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui terowongan di bawah perbatasan Mesir-Palestina memperburuk krisis bagi sekitar 70 ribu pengemudi di Jalur Gaza.
“Sekitar 20.000 kendaraan umum dan 30.000 kendaran pribadi terpengaruh dalam krisis bahan bakar di Gaza,” Juru bicara Kementerian Perhubungan Palestina, Khalil Al-Zayan mengatakan dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Kantor Departemen Informasi Palestina, Gaza City, Selasa (16/7).
Al-Zayan mengungkapkan, ada banyak kendaraan berhenti sama sekali karena kurangnya jumlah bahan bakar yang diperlukan. Sebagai akibat dari krisis BBM itu, kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan dan bahan bangunan tidak dapat diangkut ke tempat tujuan mereka.
“Krisis semakin buruk di Gaza jika saudara kami Mesir tidak membuka jalan bagi kebutuhan pokok sebagai blokade Jalur Gaza,” ungkap Al-Zayan.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Militer Mesir telah memulai aktifitas penghancuran terowongan yang menghubungkan antara Mesir dan Gaza dengan menggunakan buldozer dan tangki air untuk membanjiri terowongan. Penghancuran ini mengancam kehidupan 1,7 juta warga Gaza.
Informasi yang didapat Mi’raj News Agency (MINA) dari sebagian penduduk Gaza bahwa pesawat-pesawat Mesir sudah mulai membombardir kawasan terowongan-terowongan Rafah dan menghancurkan pipa-pipa jalur suplai BBM yang dipasang di dalam terowongan Gaza-Mesir di Sinai.
Sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan, militer juga melakukan kampanye untuk mencari dan menghancurkan semua terowongan di perbatasan dengan Gaza.
Sementara perbatasan Rafah pun ditutup dari dua arah dengan penjagaan militer berlapis-lapis. Dari Mesir tidak boleh masuk ke Jalur Gaza, dan sebaliknya dari Jalur Gaza tidak boleh ke Mesir.
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan
Ribuan warga Gaza yang hendak menyeberangi Rafah saat ini masih menunggu baik di pintu masuk maupun pintu keluar di kedua sisi perbatasan Rafah. Langkah keputusan itu datang menyusul militer Mesir meningkatkan keamanan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza di tengah gejolak yang sedang berlangsung di Semenanjung Sinai.
Perbatasan Rafah adalah satu-satunya pintu penyeberangan melalui darat yang tidak dikontrol oleh Israel. Melalui pintu perbatasan inilah warga Gaza dapat terhubung dengan dunia luar.
Warga Gaza bukanlah satu-satunya orang yang mengantri. Warga asing juga ada yang terjebak tidak bisa keluar dari Gaza selama beberapa hari. Bahkan selama bulan puasa Ramadhan, jumlah orang yang dapat melintasi Jalur Gaza melalui Rafah masih sangat terbatas.
Sekitar 900 jamaah asal Gaza juga terlantar akibat keputusan Mesir untuk menutup perbatasan Rafah. Beberapa jamaah masih berada di Arab Saudi sementara jamaah lainnya berada di Mesir dalam perjalanan menuju Gaza.
Baca Juga: Israel Serang Kamp Nuseirat, 33 Warga Gaza Syahid
Pemerintah Palestina meminta pihak berwenang Mesir untuk membuka penyeberangan Rafah dan memungkinkan mereka untuk melewati karena sebagian besar warga Gaza yang terlantar di Arab Saudi adalah orang lanjut usia. (T/P02/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Pemindahan Kedutaan Paraguay ke Yerusalem Langgar Hukum Internasional