Washington, 14 Jumadil Awwal 1436/5 Maret 2015 (MINA) – Laporan terbaru dari Pusat Statistik Kesehatan Nasional (NCHS) Amerika Serikat (AS) menunjukkan, kematian pada 2010-2013 akibat keracunan Heroin, meningkat empat kali lipat, dari 0,7 kematian per 100.000 orang menjadi 2,7 kematian per 100.000 orang.
Data menunjukkan, kematian karena keracunan obat Heroin meningkat di semua kelompok usia, ras dan etnis. Laki-laki empat kali lebih tinggi tingkat kematiannya dibandingkan wanita pada 2013, laman TIME yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Kamis (5/3).
Setiap daerah di AS juga mengalami peningkatan, Midwest mengalami lompatan terbesar. Salah satu penyebab lonjakan adalah masalah obat penghilang rasa sakit yang berkembang di Amerika.
NCHS merilis laporan lain bulan lalu, menunjukkan secara signifikan banyak orang di atas usia 20 menggunakan obat opioid. Jumlah orang yang menggunakan obat penghilang rasa sakit yang lebih kuat dari pada morfin, meningkat dari 17% menjadi 37% dari tahun 2000-an hingga 2010.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Orang yang kecanduan obat penghilang rasa sakit dapat beralih ke heroin, karena lebih murah dan tidak memerlukan resep, menurut Dr Andrew Kolodny, kepala medis Phoenix House, sebuah organisasi nirlaba rehabilitasi narkoba dan alkohol nasional.
Kedua obat berasal dari opium poppy yang menawarkan kualitas sama.
“Kami melihat kematian akibat heroin melonjak, karena kami memiliki epidemi orang kecanduan opioid. Ada pasar baru seperti pinggiran kota,” kata Kolodny.
Data sebelumnya dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menunjukkan, obat penghilang rasa sakit adalah masalah yang berkembang.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Pada 2014, CDC melaporkan, dokter menulis resep obat penghilang rasa sakit sebanyak 259 juta dalam setahun, setara dengan sebotol pil per warga AS dan hampir 50 orang AS meninggal setiap hari karena overdosis obat penghilang rasa sakit.
“Kami berhadapan dengan epidemi obat terburuk dalam sejarah kami,” kata Kolodny. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)