Gaza, MINA – Tentara penjajah Israel membunuh jurnalis muda Palestina berusia 19 tahun, Hassan Hamad, dalam serangan pesawat tak berawak (drone) yang ditargetkan di rumahnya di kamp pengungsi Jabalya, utara Gaza, pada Ahad pagi (6/10).
Jurnalis muda itu berulang kali diancam oleh Israel, yang memintanya untuk menghentikan liputannya tentang kejahatan pendudukan Israel, terutama setelah serangan terbaru ke Jabalya. Palestine Chronicle melaporkan, Senin (7/10).
Menurut jurnalis Palestina Maha Hussaini, Hamad telah menerima ancaman pada hari-hari menjelang kesyahidannya.
“Dengar, jika kau terus menyebarkan kebohongan tentang Israel, kami akan mendatangimu selanjutnya dan mengubah keluargamu menjadi… (kalimat selanjutnya disensor dalam unggahan itu). Ini peringatan terakhirmu,” bunyi pesan yang diterima Hamad melalui WhatsApp, sebagaimana disampaikan Hussaini di X.
Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan
Hussaini membenarkan bahwa jurnalis muda itu juga menerima beberapa panggilan telepon dari seorang perwira Israel yang memerintahkannya untuk berhenti meliput di Gaza.
“Dia tidak patuh (mengabaikan ancaman Israel dan tetap melaksanakan tugasnya meliput kondisi Gaza). Dia dibunuh hari ini,” tulis Hussaini di X.
Seorang rekannya mengonfirmasi pembunuhan tersebut di akun X milik Hamad.
“Dengan kesedihan dan rasa sakit yang mendalam, saya berduka atas kematian jurnalis Hassan Hamad. Saya bersaksi di hadapan Allah bahwa Anda telah memenuhi tugas Anda,” tulis rekan Hamad.
Baca Juga: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza Utara
Unggahan itu selanjutnya menyoroti perjalanan jurnalis muda tersebut dan tantangan yang harus dilaluinya untuk terus menyampaikan kebenaran kepada dunia.
“Hassan Hamad, jurnalis yang tidak hidup lebih dari 20 tahun, melakukan perlawanan selama setahun penuh dengan caranya sendiri,” tulis unggahan tersebut.
“Ia melawan dengan menjauhi keluarganya agar mereka tidak menjadi sasaran. Ia melawan saat ia kesulitan menemukan sinyal internet, duduk selama satu atau dua jam di atap gedung hanya untuk mengirim video yang dapat Anda lihat dalam hitungan detik,” tambahnya.
“Kemarin, mulai pukul 10 malam, ia berpindah-pindah di antara lokasi yang dibom dan kemudian kembali mencari sinyal internet, hanya untuk kembali dan meliput pemandangan sisa-sisa yang berserakan. Ia menahan rasa sakit akibat cedera di kakinya, tetapi tetap melanjutkan syuting,” bunyi unggahan itu.
Baca Juga: Hamas Kutuk AS yang Memveto Gencatan Senjata di Gaza
Rekan Hamad menyimpulkan dengan menggambarkan saat-saat terakhir jurnalis yang syahid itu.
“Pukul 6 pagi, dia menelepon saya untuk mengirim video terakhirnya. Setelah panggilan yang berlangsung tidak lebih dari beberapa detik, dia berkata, “Itu dia, itu dia, selesai,” dan menutup telepon. Itu adalah perasaan yang tidak dapat ditanggung oleh manusia mana pun,” kata pernyataan itu.
“Hassan juga menentang pendudukan, meninggalkan jejak dan pesan bahwa kami akan terus maju setelahnya. Kami milik Tuhan, dan kepada-Nya kami akan kembali,” kata rekan Hamad mengakhiri cerita di unggahan X.
Rekaman grafis di media sosial yang memperlihatkan jasad Hamad di dalam kotak sepatu telah memicu kemarahan dan kemurkaan di kalangan aktivis di dunia maya yang mengecam pembunuhan yang disengaja terhadap jurnalis muda tersebut.[]
Baca Juga: Ikut Perang ke Lebanon, Seorang Peneliti Israel Tewas
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Palestina Hadapi Musim Dingin, Lazismu Kirimkan Pakaian Hangat