Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia <!-- #FreePalestine - Ayo bersatu demi Palestina. -->

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jurus Dagang Nabi: Kaya Dunia, Berkah Akhirat

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 43 detik yang lalu

43 detik yang lalu

0 Views

Pasar Ukaz (foto: ig)

DI ZAMAN yang serba cepat dan kompetitif ini, banyak orang berlomba-lomba mencari peluang usaha demi meraih kesuksesan finansial. Namun, tak sedikit yang merasakan bahwa meski usaha mereka tampak besar, omzet tinggi, dan kerja keras sudah maksimal, tetap saja rezekinya seperti “bocor di jalan”.

Usaha ada, tapi keberkahan terasa jauh. Sementara di sisi lain, ada orang yang usahanya sederhana—warung kecil, toko rumahan, atau bisnis online berskala kecil—namun hidupnya tenteram, utangnya lunas, keluarganya harmonis, dan yang paling indah, usahanya membawa manfaat hingga ke akhirat. Apa rahasianya?

Jawabannya ada dalam jurus dagang Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bukan hanya sosok panutan dalam ibadah, akhlak, dan kepemimpinan, tetapi juga seorang pedagang sukses, jujur, dan penuh keberkahan. Bisnis yang beliau rintis, bahkan sebelum kenabian, menjadi contoh teladan terbaik bagi umat Islam dalam menjalankan usaha dengan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan kejujuran.

Bisnis Bukan Sekadar Untung Rugi

Baca Juga: 7 Langkah Menuju Bisnis Sukses: Dari Mimpi Menjadi Realita

Dalam pandangan Islam, bisnis bukan hanya urusan laba dan rugi. Lebih dari itu, bisnis adalah jalan ibadah, sarana keberkahan, dan investasi akhirat. Seorang Muslim yang menjalankan usaha dengan niat mencari ridha Allah akan mendapat nilai pahala yang berkesinambungan, bahkan meskipun skala bisnisnya tidak besar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa berdagang bukan sekadar mencari uang, tetapi juga membangun kepercayaan, memperkuat jaringan sosial, dan menyebarkan nilai-nilai Islam melalui transaksi yang adil dan transparan. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Pedagang yang jujur dan amanah akan berada bersama para nabi, orang-orang yang benar, dan para syuhada di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)

Inilah indikasi kuat bahwa keberkahan dalam bisnis bukan diukur dari seberapa besar omzet, tapi seberapa besar nilai amanah, kejujuran, dan keterlibatan Allah dalam usaha tersebut.

Libatkan Allah dalam Bisnis

Baca Juga: 50 Tahun dan Baru Memulai? Justru Saatnya!

Seringkali orang mengandalkan strategi marketing, riset pasar, analisis kompetitor, dan manajemen operasional dalam menjalankan bisnis. Tidak salah. Namun, satu elemen yang sering dilupakan adalah melibatkan Allah sebagai “investor utama” dalam bisnis kita. Bagaimana caranya?

  1. Niatkan bisnis untuk ibadah: Jangan jadikan usaha sekadar untuk dunia. Niatkan untuk menafkahi keluarga secara halal, membantu orang lain, dan mendekatkan diri pada Allah.
  2. Bersedekah dari hasil usaha: Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam terkenal sangat dermawan. Setiap hasil usaha yang beliau dapatkan selalu dibagi untuk yang membutuhkan. Inilah rahasia rezeki yang tidak pernah habis.
  3. Shalat tepat waktu dan menjaga ibadah: Banyak pengusaha yang melewatkan shalat karena alasan sibuk. Padahal, menjaga shalat adalah cara menjaga hubungan dengan Pemilik Rezeki.
  4. Berdoa dan bertawakal: Jangan andalkan hanya kemampuan diri. Mintalah pertolongan kepada Allah agar usaha diberi kelancaran, keberkahan, dan dijauhkan dari tipu daya.

Nabi Muhammad: Pedagang Ulung yang Menguntungkan Semua Pihak

Sejarah mencatat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pedagang yang sangat sukses sejak muda. Beliau berdagang dengan modal dari Sayyidah Khadijah, lalu memperdagangkannya ke Syam dan kota-kota lain. Apa yang membuat beliau sukses?

  • Kejujuran dalam berdagang
    Beliau tidak pernah mengurangi takaran, tidak menipu kualitas barang, dan tidak bersumpah palsu demi menarik pembeli.
  • Amanah dan tanggung jawab
    Pelanggan merasa nyaman karena barang yang dijanjikan selalu sesuai, janji pengiriman tepat waktu, dan uang yang dititipkan dikelola dengan baik.
  • Etika dalam bersaing
    Beliau tidak menjatuhkan pesaing dengan fitnah, tidak memonopoli pasar, dan tidak melakukan praktik kotor.

Dari sinilah muncul istilah Ash-Shadiq al-Amin (yang jujur dan terpercaya), julukan yang diberikan masyarakat Makkah bahkan sebelum beliau menjadi nabi.

Baca Juga: Berhenti Baperan, Mulailah Menjadi Pribadi Tangguh!

Berkah Melewati Batas Waktu

Banyak orang tidak sadar bahwa keberkahan bisnis itu bisa “melampaui zaman”. Bisnis yang dijalankan dengan prinsip Islam bisa memberi manfaat bahkan setelah pemiliknya meninggal dunia.

Contoh nyata adalah sedekah dari hasil usaha yang menjadi wakaf, beasiswa pendidikan, pembangunan masjid, atau pengembangan lembaga sosial. Bayangkan jika usaha Anda hari ini bisa membiayai pendidikan anak yatim, membantu santri penghafal Qur’an, atau memberi makan dhuafa—lalu semua itu mengalirkan pahala jariyah yang tiada putus.

Sungguh indah jika usaha kita tak hanya menghidupi keluarga, tetapi juga menghidupi kebermanfaatan sosial. Usaha menjadi ladang amal, bukan sumber petaka. Sayangnya, banyak orang hanya fokus pada bagaimana bisnis itu cepat balik modal dan menghasilkan uang berlimpah, tapi lupa bahwa uang yang tak berkah justru bisa menenggelamkan jiwa.

Baca Juga: Fokus Pada Solusi, Bukan Berlama-Lama dalam Masalah

Teladani, Jangan Sekadar Mengagumi

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menunjukkan jalan, kini tinggal kita yang meneladani. Kita tidak perlu menciptakan sistem baru. Kita hanya perlu meniru sistem dagang Rasulullah: jujur, amanah, adil, dan bertawakal. Jangan memisahkan agama dari bisnis, karena Islam tidak mengenal sekularisasi. Seluruh aspek kehidupan adalah ibadah, termasuk berdagang.

Mulailah dengan memperbaiki niat, jujur dalam promosi, memperhatikan hak-hak karyawan, menghindari riba dan kecurangan, serta aktif berbagi dari keuntungan. Jangan biarkan keuntungan dunia menjadi sebab kerugian akhirat.

Menjadi kaya tidak salah. Nabi pun seorang yang kaya. Tapi yang penting adalah menjadi kaya yang diberkahi. Harta yang halal dan penuh berkah akan menciptakan ketenangan, membangun peradaban, dan membawa manfaat hingga akhirat. Dan itulah jurus dagang Nabi: bukan hanya sukses di dunia, tapi juga mulia di akhirat.

Baca Juga: Visi Itu Perlu Visualisasi

Mari ubah cara pandang kita terhadap bisnis. Jadikan setiap langkah usaha sebagai jalan menuju ridha Allah. Jika Allah sudah menjadi mitra dalam bisnis kita, maka tidak ada istilah rugi, karena keberkahan akan selalu menyertai. Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Qs. At-Thalaq: 2-3). Allahu a’lam.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Bangkit dan Beraksi: Kunci Mewujudkan Impian Besar

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Kolom
Kolom
Khadijah
Khadijah