Jakarta, MINA – Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria mengatakan, untuk mengatasi masalah ketahanan pangan saat wabah corona perlu skenario atau strategi yang difokuskan, guna menyelamatkan produksi pertanian.
“Pemerintah, harus menyiapkan skenario jangka pendek, menengah dan panjang. Selain itu, perlu juga pemetaan (mapping) kasus-kasus pangan di wilayah krusial,” kata Arief dalam keterangan tertulis yang diterima MINA, Sabtu (2/5).
Kemudian pemberian program stimulus kepada petani harus menjadi prioritas diantaranya mempercepat bantuan sarana produksi, dan relaksasi agar petani tetap mempertahankan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.
Arif menegaskan, dana desa yang digelontorkan oleh pemerintah pusat sebaiknya dipergunakan untuk meningkatkan laju distribusi dan logistik lokal panen.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Kita masih bersyukur, ketidakpastian ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi pangan. Negara lain, salah satunya Inggris, per harinya 10 ribu truk mengangkut makanan namun karena corona harus brexit dan akhirnya harus menghadapi ketidakpastian pangan,” tambahnya.
Sementara itu, Ahmad Arief Peneliti Program Peduli Kemitraan dan Co Founder Laporcovid-19.org mengatakan, dalam situasi wabah Covid-19, pemerintah harus belajar dari masyarakat tradisional dalam memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri.
Seperti yang dilakukan oleh sejumlah komunitas adat di wilayah Cilebang Kabupaten Banten, Komunitas Pipikoro Kabupaten Sigi, Komunitas Meureumba-Meuramba Kabupaten Sumba Timur.
“Terkait masyarakat adat, kebijakan pangan yang diterapkan harus memasukkan penilaian tentang asupan makanan tradisional, dan stabilitas akses terhadap SDA untuk pemenuhan sistem pangan lokal,” katanya. (R/R11/R1)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mi’raj News Agency (MINA)