Sana’a, 3 Ramadhan 1438/29 Mei 2017 (MINA) – Sementara umat Islam di seluruh dunia merayakan Ramadhan dengan berbagai makanan khusus dan lezat, jutaan warga Yaman menderita kelaparan dan kekurangan makanan akut dalam Ramadhan tahun ini.
Menurut lembaga bantuan dunia, 17 juta orang tidak memiliki cukup makanan, kondisi yang disebut PBB sebagai “krisis kemanusiaan terbesar di dunia”, MINA (Mi’raj Islamic News Agency) melaporkan dari sumber Aljazeera, Senin (29/5/2017).
Biasanya, orang berbelanja sepanjang bulan Ramadhan, tapi para pemilik toko Yaman tidak punya apa-apa lagi untuk dijual.
“Penjualan adalah yang terendah dari tahun-tahun sebelumnya. Setiap tahun lebih buruk dari sebelumnya,” kata Yahya Hubar, seorang pemilik toko di Hodeidah, sebuah kota pantai di Yaman barat.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Lebih dari dua juta anak-anak kekurangan gizi akut di Yaman, di mana seorang anak balita meninggal setiap 10 menit karena penyakit yang tak dapat diatasi, menurut sebuah laporan UNICEF yang dipublikasikan pada Desember 2016.
Selain itu, negara ini menghadapi wabah kolera, yang saat ini telah menginfeksi lebih dari 29.000 orang, dampak perang saudara sepanjang dua tahun terakhir.
Karena itu, banyak yang berebut untuk mendapatkan makanan saat bantuan datang, hanya untuk sekedar mengganjal perut. Tidak ada lagi orang yang membicarakan makanan khusus yang disiapkan dan dinikmati selama bulan Ramadhan yang biasanya meriah itu.
“Situasi kami sangat berat, kami belum bayar selama beberapa bulan, kebutuhan pokok sulit didapat dan harganya tinggi. Barang-barang sudah tidak bisa lagi kami beli,” Nabil Ibrahim, seorang warga Hodeidah lainnya mengatakan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Ini adalah Ramadan ketiga yang dihadapi Yaman dalam keadaan perang. Mayoritas penduduk hanya memiliki akses terbatas terhadap makanan dan obat-obatan.
PBB membutuhkan 2,1 miliar dolar AS (27.9 trilun rupiah) untuk memberikan bantuan makanan ke Yaman.
Sejauh ini, hanya setengah dari jumlah yang telah diajukan untuk membantu mengatasi apa yang disebut “tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
“Orang-orang dari Hodeidah hidup dalam situasi yang tragis. Ramadhan tiba saat orang-orang sangat menderita karena gaji yang tidak dibayar, tidak ada listrik, tidak ada air dengan cuaca panas dan blokade karena perang yang sedang berlangsung di Yaman,” ujar Sadeq Al-Saeedi, seorang relawan badan amal sosial.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Konflik yang sedang berlangsung antara kelompok Houthi dan koalisi Arab telah merenggut nyawa lebih dari 10.000 orang dan mendorong negara itu ke jurang kelaparan, seperti yang dilaporkan PBB.
Hal ini juga berdampak pada fasilitas kesehatan negara tersebut. Sejumlah rumah sakit dan klinik telah dibom, sementara yang lain harus menutup pintu karena pertempuran.
Awal bulan ini, keadaan darurat diumumkan di ibukota Yaman, Sana’a, setelah wabah kolera menewaskan puluhan orang. (RS2/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon