Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

K.H. Abul Hidayat: Persatuan, Mudah Diucapkan Sulit Diwujudkan

Nur Hadis - Ahad, 30 Juli 2017 - 23:23 WIB

Ahad, 30 Juli 2017 - 23:23 WIB

198 Views

Lampung Tengah, MINA – Persatuan dan kesatuan merupakan hal yang mudah diucapkan tetapi sulit untuk diwujudkan. Demikian yang dikatakan Pembina Jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia, K.H. Abul Hidayat Saerodjie, dalam acara Tabligh Akbar di Desa Gaya Baru 1, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah, Sabtu, (29/7).

“Satu kalimat yang sebenarnya bagi umat Islam ini mudah diucapkan tetapi sulit untuk diwujudkan, ummatan wahidah wihdatul ummah, union and united, pesatuan dan kesatuan,” ujar Abul Hidayat yang kerap disapa Ahi.

Hal ini dikarenakan, hawa nafsu telah menguasai diri manusia sehingga sulit untuk dikendalikan.

“Manusia itu tidak bisa dihalangi dengan apapun. Artinya apa? Kalo manusia itu nafsu yang tertanam dalam jiwanya, walaupun dihalangi, dia akan lompat. Sehingga mosang masingnya pemikiran manusia pasca reformasi kemudian seolah-olah jor klowor alasannya demokrasi ternyata ada infiltrasi pemikiran liberal tanpa norma dan batas-batas tertentu,” katanya.

Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas

Padahal, menurut ahi, persatuan merupakan hal yang penting dalam membangun suatu peradaban yang saat ini sedang mengalami pergeseran nilai-nilai, di mana yang benar disalahkan dan yang salah dianggap sebagai kewajaran.

“Ini bisa menjadi satu potensial untuk membangun peradaban, yang hari ini peradaban itu nampaknya gonjang ganjing,” ujarnya dalam acara Tabligh Akbar yang bertajuk “Al-Quran Sebagai Pedoman Hidup Orang Beriman dalam Merajut Ukhuwah Islamiyah.”

Hal ini membuktikan, kecerdasan intelektual semata tidak bisa diandalkan untuk menciptakan perdamaian dan bahkan hari ini kecerdasan dijadikan alat untuk melakukan kejahatan yang mengakibatkan perpecahan dan peperangan.

“Tapi kalo kecerdasan ini digunakan untuk rekayasa kejahatan apa yang terjadi? Pembunuhan manusia melebihi perang dunia kedua, berapa ratus ribu wanita dan anak-anak tidak bedosa itu habis dibantai dengan peluru pembunuh masal karna ciptaan manusia,” katanya.

Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III

Lebih lanjut ia mengatakan, yang demikian melahirkan sebuah teori yang menyatakan, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjadikan manusia bijak, melaikan harus memiliki kecedasan emosional dan spiritual.

“Maka para ahli-ahli pendidikan dalam dua dau warsa ini mengatakan, “Tidak cukup pendidikan hanya mencerdaskan otak saja.” Muncul teori, ternyata diamati diselidiki ternyata manusia perlu kecerdasan emosiaonal dan kecerdasan spiritual. Ini hanya bisa terwujud dengan sempurna dengan Al-Quran,” ujar Ahi.

Oleh Karena itu ia mengatakan, penting untuk mengadakan kajian keagaman, untuk membangun aqidan dan keimanannya. Karena dengan iman, manusia bisa dikendalikan. (L/ism/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia