Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Dakwah Digital pada platform Media Sosial perlu digalakkan untuk membendung atau mengimbangi konten disinformasi, dengan dialirkan sebanyak-banyaknya konten kebenaran.
Demikian ditekankan, Kepala Biro Sumatera Kantor Berita Islam MINA, Nurhadis di hadapan sejumlah 53 orang peserta Tadrib Da’i yang digelar Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung di Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Lampung, Kamis (11/8).
“Dewasa ini dakwah tidak hanya dilakukan dengan menggunakan media konvensional saja, melainkan juga dapat dilakukan dengan media digital seperti media sosial,” katanya.
Oleh karena itu, kata Nurhadis, kemampuan menggunakan media sosial sebagai media dakwah merupakan hal penting bagi para da’i, di samping mengikuti perkembangan zaman juga untuk mengoptimalkan dakwah itu sendiri.
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
Namun, lanjut Nurhadis dalam berdakwah di Media Sosial, paling tidak ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
“Pertama konten harus bermanfaat dan menunjukkan Islam yang rahmatan lil alamin, perbanyak nilai-nilai persatuan, hindari mempertentangkan perbedaan furu’iyah,” ujarnya.
Yang kedua, lanjut Nurhadis, konten harus berisi sesuatu yang menarik.
Selain konten, kemasan juga harus diperhatikan dengan seksama.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Kamis Ini
“Sebaik apapun konten tetapi kalau kemasannya tidak menarik, maka tidak akan memiliki daya tarik dan orang tidak akan membaca atau melihatnya,” katanya
Adapun yang ketiga, dakwah perlu dilakukan dengan responsif atau menyesuaikan dengan tren. Saat berdakwah di media sosial, da’i juga harus memperhatikan isu-isu yang sedang aktual di tengah masyarakat.
“Informasi akan viral manakala sedang menjadi tren atau diminati oleh para netizen demikian pun dengan konten-konten dakwah,” katanya.
Oleh karenanya, Nurhadis menekankan para da’i untuk melek digital dan juga aktif menulis artikel dakwah.
Baca Juga: Tim Gabungan Lanjutkan Pencarian Korban Longsor Jawa Tengah
“Allah mengajari manusia dengan pena itu berarti perintah yang komprehensif juga untuk membaca dan menulis. Mengajari manusia dengan pena adalah mengajari menulis. Perintah membaca disertai pula perintah untuk menulis,” katanya.
Perintah itu adalah juga perintah aktif produktif menghasilkan tulisan bukan hanya perintah aktif-reseptif membaca. “Jika hanya dimaknai perintah membaca tulisan, pemaknaan itu terlalu sempit yakni umat Islam hanya diperintah mengkonsumsi bacaan orang lain,” katanya.
Padahal, kata Nurhadis, telah terbukti dalam sejarah kejayaan suatu bangsa kemajuan suatu kaum ditandai oleh kemampuan membaca dan menelaah yang diikuti dengan kemampuan menulis.
Tadrib Da’i tersebut merupakan salah satu daripada Rangkaian Tabligh Akbar Muharram Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung yang puncak rangkaiannya digelar pada Ahad (14/8). (L/B03/P1)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina