Jakarta, MINA – Randy, 21 tahun, mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) yang meninggal dunia terkena tembakan di bagian dada oleh oknum polisi di Kendari, Sulawesi Tenggara, ternyata seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Najih Prastiyo mengatakan, Randy mengembuskan nafas terakhir setelah tertembak peluru tajam saat melakukan aksi unjuk rasa di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Tenggara.
“Randy yang berunjuk rasa bersama dengan ribuan mahasiswa se-Kota Kendari, terkena tembakan peluru tajam di dada sebelah kanan, saat bentrokan pecah antara mahasiswa dan pihak pengamanan,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima MINA, Kamis (26/9).
Atas kasus ini, Najih menuntut Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) untuk mencopot Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara yang dinilai telah gagal dan lalai dalam memberikan jaminan keamanan bagi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Menurut Najih, penyampaian aspirasi secara lisan dan tertulis dilindungi oleh undang-undang. Pihak kepolisian harus bertanggung jawab mengusut kasus ini sampai tuntas, dan kami kader IMM se-Indonesia akan mengawal penuh kasus ini.
“Mahasiswa itu bukanlah penjahat negara, yang harus ditembaki dengan seenaknya begitu saja. Kami menuntut kepada Kapolri untuk mengusut kasus ini sampai benar-benar terang dan pelaku penembakan Kader Kami (Immawan Randi) dapat tertangkap secepatnya,” katanya.
Najih mengaku berbela sungkawa serta kehilangan yang sangat mendalam atas peristiwa tersebut. Menurut dia, peristiwa ini adalah bukti nyata dari tindakan represif yang dilakukan oleh pihak keamanan terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya.
“Kami, IMM se-Indonesia menyatakan bela sungkawa yang mendalam atas meninggalnya salah satu kader IMM yang tertembak peluru tajam ketika melakukan aksi unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kami,” katanya.
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
Najih pun mempertanyakan prosedur pengamanan aksi yang kemudian sampai menodongkan senjata dan terjadi penembakan meregang nyawa. Menurutnya, tidak dibenarkan prosedur pengamanan aksi sampai dengan terjadi penembakan peluru tajam.
“Secara pribadi saya mengecam atas terjadinya peristiwa ini. Bagaimana bisa dibenarkan prosedur pengamanan unjuk rasa dengan memakai senjata lengkap dengan peluru tajam. Ini mau mengamankan aksi, atau mau perang kepada mahasiswa?” katanya mempertanyakan.
Najih meminta kader IMM se-Indonesia untuk melakukan konsolidasi di masing-masing basis dan level pimpinan. Menyerukan aksi solidaritas atas tewasnya Immawan Randy ketika di medan aksi dan melawan segala bentuk represi dari pihak keamanan terhadap mahasiswa.
“Kepada seluruh kader IMM se-Indonesia, mari kita rapatkan barisan dan melakukan konsolidasi di basis dan setiap level kepemimpinan untuk menyerukan aksi atas tewasnya saudara kita, Immawan Randi,” katanya.
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin juga mendorong kepolisian melakukan pengusutan yang jujur dan transparan, agar tidak menimbulkan fitnah. Ia berpesan Tim Internal Muhammadiyah segera melakukan autopsi untuk mengetahui penyebab pasti wafatnya Randy.
“Saya mengajak untuk tetap tenang dan tidak terhasut melakukan tindakan anarkisme, serta selalu kompak dalam menegakkan amar makruf nahi munkar,” katanya. (L/R06/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III