Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kader Munir Raih Gelar Doktor Bidang Konseling Islam

Redaksi Editor : Arif R - 24 menit yang lalu

24 menit yang lalu

5 Views

Kader Munir bersama dewan penguji/promotor Sidang Terbuka Promosi Doktor di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. (FOTO For minanews.net)

Medan, MINA – Kader Munir atau biasa dipanggil Ustaz Abdul Kadir (UAK) berhasil meraih gelar doktor setelah sukses mempertahankan disertasinya di hadapan penguji pada sidang terbuka di Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Rabu (30/7).

Kader Munir mengangkat penelitian pada bidang konseling Islami dengan judul “Penanaman Nilai Tauhid melalui Layanan Konseling Islami di Pondok Pesantren Kabupaten Langkat”.

Sidang terbuka yang digelar di Ruang Sidang Pascarjana UIN Sumatera Utara itu, dipimpin oleh Ketua Sidang : Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag dan Sekretaris Sidang : Prof. Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi

Sementara tim penguji yang menguliti penelitian Kader Munir antara lain: Prof. Dr. Saiful Akhyar Lubis, MA, selaku Promotor, Dr. Yenti Arsini, S.Ag., M.Pd selaku Promotor, Prof. Dr. Rusydi Ananda, M.Pd (Penguji Internal), Prof. Dr. Nurussakinah Daulay, M.Psi (Penguji Internal), Nani Barorah Nasution, S.Psi., MA., Ph.D hadir sebagai penguji eksternal dari Universitas Negeri Medan.

Baca Juga: Ruh Pendidikan yang Tergerus Arus Digital

“Alhamdulillah atas izin Allah bisa menyelesaikan Program Doktor dalam kurun waktu tepat 3 tahun atau 6 semester,” ujarnya seraya berharap capaian ini dapat bermanfaat bagi dunia Pendidikan terutama pondok pesantren di Langkat, Sumatera Utara.

Kader Munir, yang lahir di Waikoro, Flores Nusa Tenggara Timur saat ini memimpin Pimpinan Pondok Pesantren Jabal Rahmah Stabat Langkat. Dalam penelitian disertasinya itu menyebutkan nilai-nilai ketauhidan melalui layanan konseling Islami yang diberikan kepada santri di sejumlah Pondok Pesantren di Langkat antara lain adanya penanaman nilai tauhid Rububiyah, Uluhiyah, dan Asma wa Sifat. Bahwa hanya Allah yang menciptakan dan mengatur alam semesta (Rububiyah), hanya Allah yang berhak disembah (Uluhiyah), serta memahami nama dan sifat Allah secara benar (Asma wa Sifat).

Kader juga menemukan layanan konseling islami yang lebih modern di sejumlah ponpes modern karena dikelola resmi oleh guru bimbingan konseling yang memiliki pengetahuan dan kecakapan terampil dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling, sementara di Pesantren Ulumul Qur’an dilakukan oleh Pengasuh Pondok.

Menurutnya, keberhasilan penanaman nilai-nilai ketauhidan melalui layanan konseling Islami pada model pesantren modern dan tradisional keduanya diampu oleh pengajar yang kompeten, kurikulum yang sistematis, metode pembelajaran yang variatif, lingkungan pesantren yang religius, serta dukungan keluarga dan masyarakat.

Baca Juga: Kisah Juraiz Hikmah Kekuatan Doa Seorang Ibu

Secara keseluruhan, kedua model pesantren memiliki pendekatan yang berbeda tetapi saling melengkapi dalam menanamkan nilai-nilai ketauhidan. Strategi yang diterapkan tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga pada aspek pengamalan, kreativitas, serta adaptasi terhadap perkembangan zaman.

“Kombinasi dari kedua model pendekatan ini dapat menjadi strategi ideal dalam pendidikan tauhid, dengan menggabungkan disiplin spiritual, inovasi pembelajaran, dan pendekatan yang lebih adaptif untuk memastikan nilai tauhid dapat dipahami, diinternalisasi, dan diamalkan oleh santri dalam kehidupan mereka,” ujarnya.

Sementara itu, arus  globalisasi menjadi penghambat adalam penanaman nilai tauhid pada pondok pesantren. Untuk itu, Kader Munir menyebutkan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan penanaman nilai-nilai ketauhidan melalui layanan konseling Islami adalah dengan menekankan pentingnya integrasi teori tauhid dengan praktik ibadah, penyederhanaan materi, pendampingan personal, serta pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.

“Penciptaan lingkungan yang mendukung dan keterlibatan aktif santri dalam proses pembelajaran menjadi faktor kunci dalam memastikan pemahaman dan pengamalan tauhid berjalan efektif,” kata Ustaz UAK yang juga pernah memimpin Pondok Pesantren Al-Fatah Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara. []

Baca Juga: Anak Pintar Tapi Tak Shalat: Gagal Pendidikan atau Gagal Jadi Orang Tua?

Rekomendasi untuk Anda