Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Allah berfirman pada awal-awal Surat Al-Hajj :
يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوۡا رَبَّكُمۡۚ اِنَّ زَلۡزَلَةَ السَّاعَةِ شَىۡءٌ عَظِيۡمٌ
Artinya : “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar.” (QS Al-Hajj [22] :1).
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Pada Tafsir Al-Quran Kementerian Agama RI dijelaskan, ayat ini mengimbau agar manusia mawas diri serta menjaga diri dari azab Allah pada hari Kiamat dengan beriman dan bertakwa. Bertakwalah kepada Allah yakni dengan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Perintah bertakwa ini berlaku sejak ayat ini diturunkan sampai datangnya Hari Kiamat kelak, yang ditandai dengan terjadinya gempa bumi yang amat dahsyat, menghancurleburkan seluruh yang ada dalam jagat raya ini.
untuk itu, sebagai bentuk percaya pada Hari Kiamat maka orang-orang beriman agar istiqamah dalam menjaga takwanya, sehingga kelak akan mendapat perlindungan dan pertolongan Allah pada Hari Kiamat.
Pada ayat ke-2 Surat Al-Hajj Allah melanjutkan firman-Nya :
يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّاۤ اَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمۡ بِسُكٰرٰى وَلٰـكِنَّ عَذَابَ اللّٰهِ شَدِيۡدٌ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Artinya : “(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (goncangan itu), semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras.” (QS Al-Hajj [22]: 2).
Dalam ayat ini diterangkan betapa dahsyatnya peristiwa yang terjadi pada Hari Kiamat itu, di antaranya : pada hari itu ibu yang sedang menyusukan anaknya lalai dari anaknya. Padahal hubungan antara ibu dan anak adalah hubungan yang paling dekat dibandingkan dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain. Demikian pula hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya adalah hubungan kasih sayang yang tidak akan putus-putusnya.
Namun pada Hari Kiamat yang demikian mengerikan dan dahsyatnya peristiwa yang terjadi, seakan hubungan yang sangat erat itu terputus, karena rasa takut dan ngeri melihat suasana yang kacau balau itu.
Dampak lainnya, pada Hari Kiamat pula gugurlah semua kandungan perempuan yang sedang hamil. Biasanya keguguran kandungan perempuan yang hamil terjadi, jika terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan dan menakutkan hati atau karena terjatuh atau mengalami guncangan yang keras.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Demikianlah, pada Hari Kiamat itu terjadi gempa bumi dan guncangan yang hebat yang menghancurkan manusia yang hidup, termasuk di dalamnya perempuan-perempuan yang hamil beserta anak yang sedang dikandungnya.
Peristiwa Hari Kiamat diungkapkan lagi pada ayat ke-10 dari Sutat Al-Hajj :
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Artinya: “Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (QS Al Hajj [22] : 7).
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Kandungan Surat Al-Hajj
Menurut sebagian ulama, Surat Al Hajj terdiri atas 78 ayat, termasuk ke dalam surat-surat Madaniyyah. Menurut pendapat sebahagian lainnya, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Sebab perbedaan ini ialah karena sebahagian ayat-ayat surat ini ada yang diturunkan di Mekkah, dan sebagian lainnya ada yang diturunkan di Madinah.
Adapun dinamai surat ini dengan Al Hajj, artinya haji, karena surat ini mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji, seperti ihram, thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, mencukur rambut, syi’ar-syi’ar Allah, serta hikmah-hikmah disyari’atkannya ibadah haji.
Pokok-pokok isi dari Surat Al-Hajj berisi : keimanan, terutama keimanan tentang adanya kebangkitan dan huru-hara Hari Kiamat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Di dalamnya juga berisi tentang kewajiban berhaji bagi kaum Muslimin, dan haji telah disyari’atkan sejak masa Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.
Termasuk kandungan di dalam Surat Al-Hajj mencakup tentang tanda-tanda takwa, tiap-tiap agama yang dibawa rasul-rasul sejak dahulu mempunyai syari’at tertentu, pahala orang yang mati dalam berhijrah di jalan Allah, sikap orang-orang kafir bila mendengar ayat-ayat Al Quran; seruan berjihad di jalan Allah, dan celaan terhadap orang-orang yang tidak tetap pendiriannya dan selalu mencari keuntungan untuk diri sendiri.
Kaitan Haji dan Takwa
Surat Al-Hajj mengingatkan manusia akan adanya Hari Kiamat yang sangat dahsyat. Oleh sebab itu sudah sewajarnya manusia menjaga takwa dengan menyembah Allah Tuhan semesta alam.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Di antara bentuk ketakwaan itu adalah dengan disyariatkannya ibadah haji ke Baitullah.
Berkaitran dengan hubungan takwa dan ibadah haji, Allah menyebutkan pada Surat Al-Baqarah ayat 197:
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Artinya, “(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2] : 197).
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Ayat ini menjelaskan tentang waktu pelaksanaan haji, dan juga menjelaskan adab saat pelaksanaan haji, yaitu tidak berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam melakukan ibadah haji.
Adapun terkait makna takwa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan sebaik-baik bekal haji.
Berkaitan dengan takwa dan haji ini, dijelaskan oleh Imam An-Nawawi al-Bantani, maksud dari takwa pada ayat ialah melakukan kewajiban dan meninggalkan larangan. Adapun makna dari takwa pada ayat ialah sesuatu yang digunakan sebagai bekal untuk pelaksanaan ibadah haji agar tidak meminta-minta kepada orang lain selama pelaksanaan haji.
Hal ni mengacu pada Tafsir Imam As-Suyuthi yang menjelaskan bahwa maksud dari takwa pada ayat ini ialah sesuatu yang dijadikan bekal untuk perjalanan ibadah haji agar tidak meminta-minta kepada orang lain. Hal ini didukung dengan adanya riwayat yang menjelaskan bahwa ayat perintah membawa bekal tersebut turun untuk penduduk Yaman yang pergi melaksanakan haji tanpa membawa bekal sehingga menyusahkan orang lain.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Pada rangakaian Surat Al-Hajj selanjutnya disebutkan :
وَاِذۡ بَوَّاۡنَا لِاِبۡرٰهِيۡمَ مَكَانَ الۡبَيۡتِ اَنۡ لَّا تُشۡرِكۡ بِىۡ شَيۡـًٔـا وَّطَهِّرۡ بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِيۡنَ وَالۡقَآٮِٕمِيۡنَ وَ الرُّكَّعِ السُّجُوۡدِ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud.” (QS Al-Hajj [22] : 26)
Dilanjutkan pada ayat berikutnya :
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
وَاَذِّنۡ فِى النَّاسِ بِالۡحَجِّ يَاۡتُوۡكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّاۡتِيۡنَ مِنۡ كُلِّ فَجٍّ عَمِيۡقٍ
Artinya : “Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS Al-Hajj [22] : 27).
Kaitan Haji dan Hari Kiamat
Syaikh Dr. Ibrahim bin Mohammad Al-Haqil, alumnii Universitas King Saud Riyadh dalam artikel “Antara Haji dan Hari Kiamat”, yang dimuat di media Syabakah al-Alukah, edisi 5/11/2012, menguraikan bahwa ibadah haji memiliki kaitan yang sangat erat dengan Hari Kiamat dalam hal besarnya pekerjaan, intensitas keramaian, dan banyaknya pertemuan.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Bahkan surahnya disebut Surat al-Hajj, yang memuat berita tentang pembangunan Ka’bah, dan seruan untuk menunaikan ibadah haji.
Surah Al-Hajj ini dibuka dengan peringatan tentang hari kebangkitan, yakni Hari Kiamat. Karena itu, siapa pun yang merenungkan haji maka akan menemukan peringatan pada Hari Kiamat.
Peziarah haji bepergian dalam ketakutan secara manusiawi, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya selama perjalanannya atau selama pelaksanaan haji. Oleh karena itu, dikukuhkan dalam haknya untuk melakukan hak yang dia miliki, dan untuk menulis surat wasiatnya..
Inipun sudah menggambarkan bagaimana seseorang di dunia ini sedang dalam perjalanan, dan dengan berbagai bahaya yang mengelilinginya.
Ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang banyak bergerak sesuai dengan waktu dan manasiknya. Pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan dari satu amaliyah ke amaliyah berikutnya. Bergerak dari Miqat ke Haram, dan dari Haram ke Mina, lalu ke Arafah, lalu kembali ke Muzdalifah, lalu Mina ke Haram.
Peralihan amaliyah pun berkaitan, mulai dari Thawaf mengelilingi Ka’bah, lari-lari kecil Sa’i antara Shafa dan Marwah, kemudian bermalam di Mina, wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempari Jamarat, menyembelih hewan qurban, dan seterusnya.
Saat jamaah haji melakukan perjalanan melalui tempat-tempat suci untuk melakukan manasik, mereka pasti melihat ratusan ribu hingga jutaan jamaah lainnya bergerak bersamanya.
Hal ini mengingatkan pada gerakan-gerakan besar pada Hari Kiamat dalam satu hari yang digambarkan sebagai seribu tahun.
Ini seperti dicantumkan pada ayat ke-47 sari Surat Al-Hajj :
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya : “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS Al Hajj [22] : 47).
Lalu, terbayanglah dalam gerakan jamaah haji itu, kelak pada Hari Kiamat orang-orang menjalani hari perhitungannya masing-masing. Sehingga rombongan penghuni surga akan masuk surga, dan rombingan penghuni neraka akan masuk neraka.
Terlebih pada saat Wuquf di Padang Arafah, gambaran miniatur Padang Mahsyar, tempat yang merupakan salah satu bagian terpanas di bumi untuk melakukan ibadah, ini pun mengingatkan para peziarah haji pada Hari Kiamat.
Ibnul Qayyim mengatakan dalam sya’irnya, “Sungguh agungnya hari perkumpulan Arafah itu, seperti perkumpulan di Hari Kiamat, namun Hari Kiamat itu lebih dahsyat”.
Kedekatan matahari dengan kepala jamaah haji yang sedang berwukuf di Arafah, keringat yang bercucuran membahasi tubuh, menggabarkan betapa dahsyatnya Hari Kiamat.
Gambaran ini seperti disebutkan di dalam hadits Nabi :
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ
Artinya : “Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.” Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke mulut beliau.” (HR Muslim).
Semoga kita semua, wabil khusus jamaah haji dan orang-orang yang sudah berhaji, dapat mengambil pelajaran dari ibadah haji, serta mengambi lhikmah kaitan antara haji dan Hari Kiamat. Wallahu a’lam bishshawwab. (A/RS2/)
Mi’raj News Agency (MINA)
Penulis, Ali Farkhan Tsani, Wartawan dan Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency) Jakarta, juga Khatib/Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat serta Penulis Buku-Buku Keislaman dan Kepalestinaan. Penulis dapat dihubungi melalui WA : 0858-1712-3848, email : [email protected], IG/FB : Ali Farkhan Tsani, Website : alifarkhantsani.com