Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kajian Al-Anfal 2-4: Orang Beriman yang Sebenarnya

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 21 September 2016 - 21:36 WIB

Rabu, 21 September 2016 - 21:36 WIB

4842 Views

Ali Farkhan Tsani, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor dan Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٢) ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ (٣)أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقًّ۬ا‌ۚ لَّهُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٌ۬ وَرِزۡقٌ۬ ڪَرِيمٌ۬ (٤)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (2) [yaitu] orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (3) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki [ni’mat] yang mulia.” (4). (QS Al-Anfal [8]: 2-4).

Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Surat Al-Anfal ayat 2-4 tentang ciri-ciri orang beriman yang sebenarnya, meliputi:

  1. Memiliki Rasa Gemetar Hatinya kepada Allah

Allah berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 2).

Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka

Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah, gemetar hatinya, ada rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya justru adalah sebagai bentuk mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia berkeinginan untuk melakukan perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan takut melaksanakannya.

Ia seperti Nabi Yusuf dan orang-orang beriman lainnya, yang gemetar hatinya, manakala digoda lawan jenis atau bercanda dengan yang bukan mahramnya.

Gemetar yang menunjukkan rasa takutnya kepada Allah. Ia lebih baik ditusuk besi tajam daripada bersentuhan dengan yang bukan isterinya. Ia pun lebih baik sendirian atau malah dengan keluarganya, daripada dengan yang bukan mahram, yang hanya mendatangkan dosa demi dosa, dari tiap huruf, kata dan kalimat, dari tiap canda tawanya, dan dari tiap kerlingan mata serta gerakan tubuhnya. Padahal ada tempat yang sah, halal lagi barakah yakni keluarganya.

Mereka orang-orang beriman yang sebenarnya, akan gemetar lagi takut dengan pengawasan Tuhannya.

Baca Juga: Zionis Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Genosida, Dunia Tak Berdaya

Itulah salah satu golongan yang dijaminkan terlidungi pada hari kiamat saat tidak ada perlindungan dari Allah. Yakni pemuda atau pemudi yang ketika diajak bermaksiat, ia mengicapkan, “Saya takut kepada Allah”.

  1. Bertambah imannya jika dibacakan ayat Al-Quran.

Allah berfirman pada lanjutan ayat:

وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا

Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal [8]: 2).

Baca Juga: Pesan Surah As-Syuraa: Persatuan Bukti Keimanan, Perpecahan Bukti Kemusyrikan

Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang  ketika Al-Qur’an dibaca, baik oleh dirinya ataupun orang lain.

Karena itu, bagi orang beriman, menjadi makmum berdiri di belakang imam shalat, imam membaca ayat yang sekiranya panjang-panjang. Itu adalah hak imam, dan orang beriman akan senang saja. Sebab, ya itu tadi, apabila dibacaan ayat-ayat Allah, maka bertambahlah imannya.

Demikian pula kalau ada alim mengaji ayat-ayat Allah, ia akan senang mendengarnya. Menguraikan Al-Quran dan As-Sunnah, ia akan betah mendengarkannya.

  1. Bertawakkal hanya kepada Allah

Allah  berfirman dalam lanjutan ayat:

Baca Juga: Bacalah: Perintah Ilahi yang Mengubah Dunia

وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya: “Dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal [8]: 2).

Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain.

Karena orang beriman itu yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah. Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika Allah tidak berkehendak, ya tidak akan terjadi.

Baca Juga: Tiga Godaan Lelaki: Ujian Harta, Fitnah Wanita, dan Ambisi Takhta

  1. Mendirikan Shalat

Allah  berfirman pada lanjutan ayat:

ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat.” (QS Al-Anfal [8]: 3).

Mendirikan shalat adalah bukti keimanan seseorang. Di samping karena memang shalat adalah tiangnya agama. Kalau ia menegakkan shalatnya, sama dengan ia menegakkan agamanya. Sebaliknya manakala ia meruntuhkannya, tidak memperhatikannya, mengabaikannya, sama juga dengan meruntuhkan, tidak memperhatikan dan mengabaikan agamanya sendiri.

Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Sesuai Syariat, Ini Panduan Lengkapnya

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan di dalam sabdanya:

الصَّلاةُ عِمادُ الدِّينِ ، مَنْ أقَامَها فَقدْ أقَامَ الدِّينَ ، وَمنْ هَدمَها فَقَد هَدَمَ الدِّينَ

Artinya: “Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya”. (HR Al-Baihaqi).

  1. Gemar berinfaq di jalan Allah.

Allah  berfirman pada lanjutan ayat:

Baca Juga: Doa untuk Orang Haji dan Umroh Agar Mendapat Haji Mabrur

وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

Artinya: “Dan mereka yang menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 3).

Maka, seorang dikatakan beriman kepada Allah adalah ketika ia gemar menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Pada ayat lain, Allah berfirman:

Baca Juga: Silaturahim vs Silaturahmi: Apa Bedanya Menurut Syariat?

قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُ ۥۚ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَىۡءٍ۬ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۖ ۥ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٲزِقِينَ

Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki Nya)’, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba [34]: 39).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam hadits Qudsi:

قَالَ اللَّهُ أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

Baca Juga: Keutamaan Haji: Pahala dan Kedudukan Mulia di Sisi Allah

Artinya: “Wahai anak Adam, bershadaqahlah, niscaya Aku memberi rezeki kepadamu.” (HR Abu Daud).

Demikianlah lima sifat, ciri atau karakteristik dari orang-orang yang beriman kepada Allah. Jika kita memiliki sifat iman seperti itu, maka ayat menegaskan:

أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا

Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS Al-Anfal [8]: 4).

Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat orang-orang yang beriman dengan sebenarnya, sebagaimana ayat-ayat tersebut. Aamiin. (P4/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah