Jakarta, 18 Sya’ban 1437/25 Mei 2016 (MINA) – Pemerintahan Presiden Nicolas Maduro yang memerintah Venezuela sejak 2013 sedang dilanda krisis politik dan ekonomi. Administrasi di Caracas menuding pihak oposisi di dalam negeri dan kelompok sayap kanan nasional dan internasional ikut bermain dalam merusak stabilitas di Venezuela.
Duta Besar Republik Venezuela untuk Indonesia, Gladys F. Urbaneja Duran, mengatakan kalangan oposisi di dalam negeri dan Kelompok Kanan internasional tengah berupaya untuk menggulingkan Maduro dari kekuasaan. Salah satu caranya, kata dia, adalah dengan menciptakan ketidakstabilan politik, ekonomi, dan sosial di tengah masyarakat.
“Dalam kaitan dengan masalah ancaman yang kami hadapi, ada pihak oposisi di internal di negara kami dan juga ada Kelompok Kanan internasional dan nasional yang sedang berupaya melakukan kudeta terhadap pemerintahan kami,” ungkap Duran saat konferensi pers di sebuah hotel di bilangan Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (25/5) siang).
Sebelumnya, Presiden Maduro secara tegas menuding Amerika Serikat (AS) juga ikut ambil bagian dalam menciptakan kekacauan di dalam negeri Venezuela. Bahkan ia secara tegas memerintahkan latihan militer bersandi Operation Independence 2016 untuk menangkal atau melawan apa yang dia sebut sebagai agresi terhadap pemerintahannya.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Operasi yang akan melibatkan sekitar 500.000 personel angkatan bersenjata dan milisi sipil yang loyal itu disebut-sebut sebagai latihan militer terbesar yang pernah dilakukan negara di Amerika Selatan itu.
Duran mengatakan salah satu upaya kalangan oposisi dan Kelompok Kanan untuk menggulingkan Maduro adalah lewat perang ekonomi. Perang ini disebutnya sudah diluncurkan atau digalakkan sejak pendahulu Maduro, Hugo Chavez, meninggal pada Maret 2013 lalu.
“Berkaitan dengan perang ekonomi yang mereka lansir ini adalah untuk menciptakan kondisi krisis dan chaos, membuat distribusi barang dan kebutuhan dasar kacau atau tidak stabil,” jelas Duran.
“Maklum dalam konstitusi di pasal 305 diterangkan bahwa bahwa negara menjamin untuk memberikan kebutuhan makan rakyat Venezuela tiga kali atau lebih dalam sehari dengan nutrisi dan makanan yang baik. Itu adalah perintah konstitusi kami,” imbuh perempuan diplomat yang baru bertugas di Indonesia selam empat bulan itu.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Dalam perang ekonomi ini, kalangan anti-Maduro bekerja sama dengan para kapital yang ada di dalam negeri serta perusahaan multinasional untuk menciptakan atau merekayasa gejolak kebutuhan pokok. Padahal, lanjut dia, Venezuela memiliki kecukupan sumber daya untuk memproduksi dan menyediakan kebutuhan pangan bagi 30 juta jiwa rakyatnya.
“Kemudian mereka juga menciptakan suatu rekayasa yang sangat terprogram dan canggih untuk mengganggu kebutuhan pasokan sembako di dalam negeri, membuat harga pangan melonjak, dan mengirim barang-barang pangan ke negara tetangga, Kolombia,” ujarnya.
Ia mengatakan Venezuela sesungguhnya negara yang berhasil dalam membangun sebuah sistem distribusi pangan yang menjangkau hingga ke tempat-tempat yang paling jauh atau daerah pelosok. Dengan keberhasilan itu Caracas mendapatkan penghargaan dari badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menganani masalah pertanian dan pangan atau Food and Agricultural Organization (FAO).
“Jadi kami tentu saja akan tetap mempertahankan keberhasilan ini dalam situasi perang ekonomi ini. Kami telah membentuk komite-komite penyaluran pangan lokal hingga di tingkat komunitas untuk menjamin ketersediaan sembako bagi seluruh rakyat Venezuela,” kata dia.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Perang lain yang dilakukan kelompok anti-Maduro adalah perang media. Dalam hal ini pihak oposisi nasional dan internasional bekerja sama dengan media multinasional untuk memberikan kesan bahwa Venezuela dalam kondisi akan bangkrut dan kacau sehingga perlu ada intervensi internasional.
Karena itu pula Duran merasa perlu untuk memberikan penjelasan khusus mengenai apa yang sesungguhnya terjadi di Venezuela kepada kalangan media di Indonesia. Pasalnya ia menyebut berita-berita yang memojokkan Caracas, yang sengaja dibangun oleh para kelompok penentang Maduro, juga telah sampai ke Tanah Air.
Duran melanjutkan, upaya-upaya destabilasisi seperti sekarang ini pernah dilakukan oleh para kelompok penentang pemerintah pada 2014.
“Mereka (juga) menggunakan pelaku kriminal dan residivis untuk melakukan pembunuhan. Ada juga bekas tentara yang dikrim dari Kolombia, karena di sesungguhnya di Venezuela tidak ada atau belum pernah ada kejadian seperti ini. Mereka mengancam dan membunuh tokoh-tokoh politik, pejabat, dan tokoh masyarakat,” kata Duran.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Hal-hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya, makanya kami anggap ini sebagai sesuatu yang diimpor ke dalam Venezuela,” tambahnya.
Duran menyebut semua aksi sabotase dan upaya-upaya yang dilakukan kelangan oposisi dan Kelompok Kanan internasional untuk merusak stabilitas di negaranya sebagai agresi internasional terhadap kepentingan atau kedaulatan Venezuela. (L/P022/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat