Kaleidoskop 2021: Kemanusiaan dan Bencana Alam Indonesia

Sepanjang 2021, dilanda sejumlah kejadian seperti gempa bumi, erupsi gunung merapi, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), kekeringan, banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, gelombang pasang serta abrasi dan lain-lain.

Dalam bencana ini yang turut menorehkan duka, karena mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dunia dan puluhan jiwa hilang.

“Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatatkan ribuan aktivitas bencana alam terjadi dalam kurun waktu 1 Januari 2021 hingga 31 Desember 2021, total sebanyak 3.034,” kata Lilik Kurniawan Sekretaris Utama BNPB  kepada Minanews.net pada Selasa (31/12) dalam konferensi pers melalui zoom meeting.

Adapun, perincian dari 3.034 bencana di antaranya; gempa bumi 31, erupsi gunung 1, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 265, kekeringan 15, banjir 1.298, tanah longsor 632, cuaca ekstrem 804, dan gelombang pasang serta abrasi 45.

Kemudian dampak dari 3.034 bencana di Indonesia di antaranya, meninggal dunia 665 jiwa, menderita serta mengungsi 8.426.609, hilang 95, luka-luka 14.116 orang. Bencana alam di Indonesia juga meluluhlantahkan bangunan dan fasilitas lainnya. Tercatat 142.179 rumah rusak dengan rincian 19.163 rusak berat, 25.369 rusak sedang, 97.647 rusak ringan.

Selain itu, bencana mengakibatkan 3.704 fasilitas rusak dengan perincian 1.498 fasilitas pendidikan, 1.847 fasilitas peribadatan, 359 fasilitas kesehatan, 509 kantor rusak dan 438 jembatan rusak. Bencana juga membuat jutaan orang menderita dan mengungsi.

Peristiwa-peristiwa tersebut tentunya turut meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Berikut sejumlah bencana yang terjadi di sepanjang 2021 di Indonesia, antara lain:

Januari 2021

9 Januari – Pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di Kepulauan Seribu, Jakarta. Kronologi jatuhnya pesawat yang mengangkut 50 penumpang dan 12 kru tersebut sempat hilang kontak pada pukul 14.40 WIB.

9 Januari – Tanah longsor yang terjadi di Sumedang Jawa Barat menyebabkan 40 orang meninggal dunia dan 25 orang luka-luka akibat bencana ini.

14 Januari – Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,2 mengguncang Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat pada Kamis, 14 Januari dan Jumat dini hari, 15 Januari 2021. Berdasarkan data Pusat Pengendali Operasi BNPB, akibat gempa bumi ini, sebanyak 107 orang meninggal dunia, rinciannya 96 meninggal di Kabupaten Mamuju dan 11 orang di Kabupaten Majene.

Selain itu, sebanyak 89.624 orang mengungsi akibat gempa tersebut. BNPB juga mencatat 11.423 rumah penduduk di Kabupaten Mamuju mengalami kerusakan. Sementara, sebanyak 4.099 rumah di Kabupaten Majene rusak, baik ringan hingga berat.

15 Januari – Gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Barat dengan memakan korban, 107 orang meninggal dunia, 11.124 luka-luka dan yang mengungsi lebih dari 60 ribu orang.

12-16 Januari – Banjir Kalimantan Selatan 35 jiwa meninggal dunia, 879 luka-luka dan 190.191 warga mengungsi.

Februari 2021

14 Februari – Tanah longsor Ngajuk,  Jawa Timur 19 orang meninggal dunia, 22 luka-luka dan 165 warga mengungsi.

24 Februari – Bencana di Parigi Mouton, Sulawesi Selatan enam meninggal dunia dan di tanggal yang sama Pamekasan Jawa Timur, enam orang meninggal dunia.

Maret 2021

10 Maret – Longsor Solok, Sumatera Barat, 8 orang meninggal dunia.

26 Maret – Banjir bandang di Sulawesi Tengah, 899 orang mengungsi, lebih dari 290 rumah rusak.

April 2021

10 April – Gempa bumi di Jawa Timur 10 orang meninggal dunia, 115 orang luka-luka dan lebih dari 2000 orang menungsi.

April 2021 – Siklon Seroja Kepulauan Nusa Tenggara Timur 184 meninggal dunia, 47 jiwa hilang dan 136 warga luka-luka.

Mei 2021

21 Mei 2021 – pukul 19.09 WIB  Gempa bumi Jawa Timur gempa bumi berkekuatan 5,9 . Pusat gempa berada di kedalaman 110 kilometer dan berjarak 57 kilometer di tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

27 Mei – Gempa bumi Blitar, Jawa Timur, 8 meninggal, 3 mengungsi dan 616 rumah rusak.

Juni 2021

16 Juni – Gempa Bumi di Maluku Tengah lebih dari 8.000 orang mengungsi dan lebih dari 233 rusak.

Juli 2021

15 Juli – Kasus harian tertinggi Covid-19 di Indonesia.

24 Juli – Kasus aktif tertinggi Covid-19

27 Juli – Kasus kematian tertinggi Covid-19.

11 Juli – BOR isolasi RS rujukan tertinggi

21 Juli – BOR ICU RS rujukan tertinggi.

Agustus 2021

10 Agustus – Gempa kembali menggetarkan wilayah Indonesia. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga pukul 20.00 WIB, tercatat hanya ada satu kali gempa yang mengguncang Tanah Air.

Gempa atau lindu yang terjadi dilaporkan menggoyang Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara dengan kekuatan magnitudo 4,7 pada pukul 15:42:41 WIB.

21 Agustus – Banjir Katingan, Kalimantan Tengah, 1.105 warga mengungsi.

September 2021

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (5/9/2021) terjadi 1.829 bencana alam di Indonesia sejak 1 Januari hingga 5 September 2021. Ada 750 bencana banjir, 477 cuaca ekstrem, 346 tanah longsor, dan 206 kali kebakaran hutan serta lahan (karhutla).

13 September – Banjir Kota Samarinda 1 orang meninggal dunia. Longsor Padang Pariaman 8 jiwa meninggal dunia dan 5 orang luka-luka.

Oktober 2021

16 Oktober 2021  – Gempa Bali salah satu bencana alam besar sepanjang 2021 berkekuatan 4,8 magnitudo, 3 orang meninggal dunia,

November 2021

15 November – Cuaca ekstrim di Tana Torja 2 MD.

14-15 November – Tanah longsor Tana Torja 2 MD

3 November – Banjir Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, 379 warga mengungsi.

5 November – Banjir Katingen, Kalimantan Tengah 790 warga mengungsi,

27 November – Banjir sungai Hulu Kalimantan Selatan, 4478 warga mengungsi.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengungkapkan, ada 424 kejadian bencana alam yang terjadi sepanjang bulan November 2021 lalu, dengan jumlah korban jiwa sebanyak 30 orang. “Di bulan November 2021, telah terjadi 424 kali kejadian bencana yang menyebabkan 30 orang meninggal dan hilang serta 62 orang lainnya mengalami luka-luka,” kata Suharyanto dalam rapat dengan Komisi VIII DPR, Senin (13/12/2021).

Akibat bencana alam yang terjadi, Suharyanto menuturkan, lebih dari 672.736 orang terdampak bencana dan mesti mengungsi, sedangkan 1.124 unit rumah mengalami kerusakan dalam kurun waktu tersebut. Suharyanto melanjutkan, kejadian bencana yang terjadi selama bulan November 2021 didominasi oleh bencana hidrometeorologi seperti cuaca ekstrem atau angin kencang.

Desember 2021

4 Desember – Gunung Semeru yang berada di perbatasan Malang dan Lumajang meletus pada 4 Desember 2021. Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengeluarkan guguran awan panas sekitar pukul 15.00 WIB.

Total korban jiwa yang ditemukan sebanyak 51 orang meninggal dunia, 24 orang luka-luka dan 10.400 ribu warga terpaksa mengungsi.

6 Desember – Banjir Lombok Barat, NTB, 6.535 warga mengungsi.

18 Desember – Gempa bumi tektonik berkekuatan M7,4 mengguncang wilayah Laut Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kejadian gempa bumi di Larantuka terjadi pada Selasa, 14 Desember 2021, 1 luka berat, 42 luka ringan dan 18.582 mengungsi.

BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami akibat gempa bumi di Larantuka, namun dicabut dua jam setelah terjadi gempa bumi.

Hingga Kamis, 16 Desember 2021, sudah terjadi gempa bumi susulan sebanyak 505 kali.

27 Desember – Pemerintah mengumumkan kasus pertama Omicron di Indonesia.

Varian ini berasal dari WNI yang tiba dari Nigeria pada 27 November 2021 lalu.

Sebelumnya, diumumkan temuan kasus Omicron pada seorang petugas kebersihan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

Catatan:

1. Penguatan kelembagaan penanggulangan bencana di daerah, melalui asistensi penyusunan peta risiko bencana, rencana penanggulangan bencana, rencana kontijensi, penguatan pusdalops, tim reaksi cepat, dan desa tangguh bencana [DESTANA] berbasis livelihood.

2. Penguatan struktur buatan dan vegetasi dalam mitigasi bencana, melalui Penguatan kepedulian multipihak dengan meningkatkan kapasitas dan koordinasi organisasi dan relawan penanggulangan bencana, forum pengurangan risiko infrastruktur tangguh bencana, pariwisata aman, bandara aman, hotel tangguh, dan lain-lain.

3. Penguatan kepedulian multipihak dengan meningkatkan kapasitas dan koordinasi organisasi dan relawan penanggulangan bencana, forum pengurangan risiko bencana, lembaga usaha, perguruan tinggi, pakar kebencanaan dan media massa.

4. Penguatan sistem peringatan dini multi ancaman yang terintegrasi antar kementerian/Lembaga dan diseminasi yang menjangkau masyarakat secara inklusif serta penyiapan tempat evakuasi sementara, jalur evakuasi, rambu evakuasi dan papan informasi ancaman bencana.

5. Penguatan budaya sadar bencana, melalui edukasi dan literasi seperti satuan pendidikan aman bencana, pasar tangguh, puskesmas/RS tangguh, rumah ibadah tangguh dan lain-lain.

6. Penguatan kesiapsiagaan masyarakat melalui program keluarga tangguh bencana [KATANA] dengan memperhatikan budaya dan kearifan lokal.

Summary Catatan BNPB Akhir Tahun 2021

1. Literasi bencana sangat penting untuk diketahui masyarakat, khususnya kejadian bencana besar yang pernah terjadi di masa lalu. Bencana adalah peristiwa yang berulang, jika pernah terjadi di masa lalu, pasti akan kembali terjadi di masa depan.

2.  Upaya mitigasi risiko gempa dengan penguatan bangunan dan kesiapsiagaan masyarakat, ini berarti harus melihat ke belakang pada bangunan yang sudah terbangun untuk diperkuat, tidak hanya melihat ke depan untuk bangunan yang akan dibangun.Hal ini memerlukan metodologi yang praktis yang bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat dan biaya terjangkau menjadi solusi untuk gerakan penguatan mandiri bangunan agar tahan gempa.

3.  Tata ruang berbasis mitigasi risiko bencana sangat penting dalam perencanaan pembangunan di daerah. Jangan lagi kita merubah peruntukan lahan di hulu untuk pemukiman atau kegiatan lain yang mengubah bentang lahan secara masif.

4. Pemulihan daya dukung lingkungan sangat penting agar daerah resapan air dapat berfungsi secara optimal.

5. Degradasi lingkungan di hulu dan sepanjang aliran sungai secara gradual yang menurunkan daya dukung lingkungan secara keseluruhan. Mempertahankan kawasan lingkungan dan ekosistem sangat penting dalam mengurangi potensi banjir khususnya di DAS panjang yang perbedaan elevasi hulu-hilir nya rendah.

6. Restorasi ekosistem menjadi jawaban untuk solusi jangka panjang bencana hidrometeorologi basah.

7. Peringatan dini kegunungapian perlu dikoordinasikan dan diisempurnakan dengan lebih terintegrasi khususnya untuk perintah evakuasi di saat kontinjensi dan darurat.

8. Penyesuaian level aktivitas gunung api yang tidak hanya berpatokan pada aktivitas erupsi tetapi juga aktifitas vulkanik lain seperti awan panas guguran yang mengancam keselamatan masyarakat. (A/R8/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.