Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kaleidoskop 2024: Israel yang Kian Brutal dan Palestina Tetap Bertahan

sri astuti Editor : Widi Kusnadi - 6 jam yang lalu

6 jam yang lalu

15 Views

Seorang mahasiswa mengibarkan bendera Palestina di atas Hamilton Hall di kampus Universitas Columbia, pada 30 April 2024.(Foto: Anadolu Agency)

2024 menjadi tahun kedua genosida oleh Zionis Israel berlangsung di Gaza, Palestina. Dunia menyaksikan bagaimana Israel yang kian brutal menghancurkan segala hal mulai dari masjid, gereja, kamp-kamp pengungsian, sekolah hingga rumah sakit, serangan yang harusnya menjadi sebuah pelanggaran, tapi dunia tetap diam.

Tidak hanya serangan, blokade berkepanjangan yang dilakukan Israel membuat warga Gaza hidup dalam kesulitan tanpa makanan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainya. Namun di tengah kondisi yang terus memburuk, saat ini Gaza masih tetap bertahan dan terus mencoba melawan.

Tahun 2024 menjadi babak baru dari “konflik” Israel-Palestina, di mana kita menyaksikan gelombang dukungan yang belum pernah terajadi sebelumnya untuk Palestina.

Sejak 7 Oktober 2023 hingga sepanjang tahun 2024, kita menyaksikan mahasiswa di Amerika dan sebagian besar negara Eropa terus bersuara, menggelar aksi menentang genosida Israel di Jalur Gaza, serta menyerukan universitas-universitas mereka untuk melakukan boikot dan divestasi terhadap perusahan atau lembaga terafiliasi dengan negara apartheid tersebut.

Baca Juga: Ribuan Tenda Terendam Banjir di Gaza Akibat Hujan Lebat

Tahun ini, sedikitnya sembilan negara telah resmi mengakui Negara Palestina, antara lain Armenia, Slovenia, Irlandia, Norwegia, Spanyol, Bahama, Trinidad dan Tobago, Jamaika serta Barbados. Dengan demikian, total 146 negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mengakui Negara Palestina.

Tahun ini juga menjadi momen bersejarah bagi perjalanan diplomatik Palestina, karena untuk pertama kalinya Palestina memperoleh kursi di Majelis Umum PBB di saat mereka berusaha untuk medapatkan status keanggotaan penuh.

Kerugian Israel akibat Genosida di Gaza

Namun genosida ini tidak hanya berdampak buruk bagi Gaza. Israel sendiri juga menderita kerugian yang cukup parah karena di tengah dukungan dunia internasional terhadap Palestina yang semakin kuat, Israel tetap melanjutkan agresi militernya.

Baca Juga: Lazzarini: Sekitar 258 Staf UNRWA Tewas di Gaza Sejak Dimulainya Agresi Israel

Kerugian yang dialami Israel terjadi di berbagai sektor, mulai dari ekonomi, pariwisata, pendidikan hingga militer.

Sejak peristiwa 7 Oktober 2023, mata uang Israel New Shekel jatuh ke level terendah dalam hampir delapan tahun terhadap dolar AS pada hari Senin (9/10/2023) waktu setempat. Ini tidak terlepas dari konflik yang tengah berlangsung.

Industri pariwisata pendudukan Israel menghadapi penurunan tajam akibat perang berkepanjangan, dengan jumlah penginapan hotel anjlok dan banyak tempat usaha tutup.

Menurut laporan yang dirilis oleh Asosiasi Hotel Israel pada akhir November 2024, pemesanan hotel turun 29% pada bulan Oktober dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, yang menandai pukulan telak bagi sektor tersebut.

Baca Juga: Pemerintah Palestina Peringatkan Meluasnya Bencana Kelaparan di Gaza

Terbaru, sektor penerbangan Israel juga dilaporkan menderita kerugian sebesar 105 juta shekel (USD 28,8 juta) dalam sembilan bulan pertama tahun 2024 sebagai akibat dari genosida yang terus berlanjut di Jalur Gaza.

Informasi ini diungkap dalam sebuah pernyataan oleh Otoritas Bandara Israel, bersamaan dengan laporan pembatalan penerbangan yang terus berlanjut oleh beberapa maskapai penerbangan ke dan dari Tel Aviv.

Data dari Biro Pusat Statistik Israel juga mengungkap peningkatan dramatis dalam jumlah warga Israel yang  memilih untuk meninggalkan negara itu, bahkan sebelum pecahnya perang saat ini, yang menandakan bahwa negara tersebut mungkin menghadapi kesulitan ekonomi, Yediot Ahronoth melaporkan, mengutip laporan dari Shorash Foundation for Economic and Social Research.

Perlawanan Palestina yang tidak berhenti meski sejumlah tokoh perjuangan termasuk Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar syahid tahun ini juga menjadi kendala besar bagi Israel. Hampir setiap hari mereka melaporkan adanya pasukan yang terluka atau tewas. Akibatnya, kini mereka sedang menghadapi krisis personel militer.

Baca Juga: Palestina: Penjajah Targetkan Situs Arkeologi di Yerikho

Menurut situs web Israel, Walla, setidaknya 25.000 tentara pendudukan, pasukan keamanan, dan pemukim telah mengalami cedera sejak 7 Oktober 2023.

Sementara itu, Yedioth Ahronoth melaporkan, cedera perang mempengaruhi kemampuan fisik dan mental tentara, serta kehidupan sehari-hari, juga kemampuan untuk beradaptasi dan kembali ke kehidupan normal.

Hal ini memaksa Israel memberlakukan peraturan baru yang belum pernah terjadi sebelumya, yaitu wajib militer untuk kaum Yahudi ultra-ortodoks. Peraturan ini menimbulkan konflik baru antara pemerintah Israel dan kaum Yahudi ultra-ortodoks yang menenatang wajib militer.

Tidak hanya Gaza, Israel juga harus membayar mahal atas kejahatannya. Selain kerugian yang cukup besar, Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya.

Baca Juga: 2024 Tahun Paling Mematikan bagi Tahanan Palestina

Tahun ini, Pengadilan Kriminal Internasional juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. []

 

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kementerian: Lebih dari 12.943 Siswa Palestina Syahid Sejak 7 Oktober 2023

Rekomendasi untuk Anda