Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kaleidoskop Palestina 2022: Perjuangan Masih Panjang

sri astuti - Jumat, 30 Desember 2022 - 16:04 WIB

Jumat, 30 Desember 2022 - 16:04 WIB

1 Views

Ratusan warga Palestina berbaris melalui jalan-jalan Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, Sabtu malam untuk mendukung para pejuang kebebasan Palestina di tahanan Israel, 11 September 2021. (Huthaifa Srour / WAFA)

Perjuangan kemerdekaan Palestina masih Panjang. Pendudukan Israel masih kuat mencengkram wilayah Palestina. Sepertinya belum ada yang mampu mengehentikan. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) seakan menjadi hal “lumrah” yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Perluasan permukiman illegal, penghancuran paksa dan perebutan tanah, pengerusakan lahan pertanian, pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak, penyerangan dan penculikan, tidak adanya kepastian hukum para tahanan serta pelanggaran hak-hak mereka menjadi berita berulang sepanjang tahun 2022. Ini tentu menjadi satu tanda Pendudukan Israel bebas melakukan pelanggaran tanpa ada yang mampu mencegahnya.

Israel justru terus melakukan ‘normalisasi’, dengan banyak negara sejak tahun 2020 lalu, dan di tahun ini jumlahnya bertambah. Negara yang terang-terangan melakukan normalisasi meyakini hal ini untuk menuju pada penyelesaian konflik Israel-Palestina, meski Palestina bersikeras normalisasi merupakan “penusukan dari belakang” terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.

Namun yang terjadi sepanjang tahun 2022 ini juga memperlihatkan, gerakan perlawanan Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem dan wilayah lainnya tidak pernah surut. Kekuatannya tidak sebanding, tapi perjuangan Palestina dan gerakan-gerakan perlawananya juga tidak bisa di pandang sebelah mata.

Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan

Terakhir, kita melihat bagaimana munculnya gerakan perlawanan baru, Lion’s Den di Tepi Barat, menjadi satu ‘tantangan berbahaya’ dan cukup membuat Israel ‘sakit kepala’. Perlawanan juga muncul dari balik penjara-penjara Israel melalui aksi mogok makan dan pemboikotan Pengadilan Israel.

Berikut Kantor Berita MINA merangkum peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 2022, dalam konflik Israel-Palestina.

Tahanan Palestina Memperjuangkan Haknya

Awal tahun 2022 kita melihat perjuangan tahanan Palestina Hisyam Abu Hawash di Penjara Israel, yang melakukan aksi mogok makan. Pria berusia 40 tahun itu melakukan mogok makan selama 140 hari untuk memprotes penahanan administratifnya.

Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza

Aksinya mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat Palestina dan Internasional. Peralawanan Hisham Abu Hawash akhirnya membuahkan hasil. Tepat di hari ke 141 aksi mogok makannya, Israel sepakat untuk membebaskannya dan itu merupakan kemenangan bagi rakyat Palestina.

Sebanyak 900 tahanan Palestina, yang ditahan di penjara Ofer, pada hari Kamis (6/10) juga melakukan mogok makan satu hari sebagai solidaritas dengan 30 tahanan administratif yang telah melakukan mogok makan untuk hari ke-12.

Aksi protes juga dilakukan sekitar 500 warga Palestina yang ditahan secara administratif. Mereka melanjutkan boikot terhadap pengadilan pendudukan Israel, yang hingga peretngan Januari sudah berjalan selama 51 hari berturut-turut.

Para tahanan mengambil sikap kolektif, menyatakan boikot yang komprehensif dan final dari semua prosedur peradilan terkait dengan penahanan administratif (peninjauan kembali, banding, tertinggi).

Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel

Lembaga Kemanusiaan AWG dan Mae_C pada 17 Maret kemudian secara khusus menggelar Konferensi Perempuan Internasional untuk Pembebasan Tahanan Perempuan Palestina di Jakarta. Konferensi ini menyuarakan pemenuhan hak dan pembebasan tahanan perempuan dan anak-anak Palestina, yang masih berada dalam penjara-penjara Zionis Israel.

Dukungan Dunia untuk Palestina

Sejumlah organisasi masyarakat di beberapa negara di dunia, sejak Kamis (24/2) menggelar pekan “Al-Quds Internasional”, yang berlangsung hingga 4 Maret, memperingati Isra dan Miraj, serta pembebasan Baitul Maqdis oleh Sultan Shalahudin Al-Ayyubi tahun 1187 M.

Ketua Organisasi Pemuda Untuk Al-Quds dan PJ Pekan Al-Quds Internasional di negara Teluk, Thariq Al-Shayi mengatakan, partisipasi sejumlah lembaga di beberapa negara, membuat agenda dan aksi termasuk bagian dari Pekan Al-Quds Internasional, membuktikan kontribusi negara-negara ini dan sejumlah rezim yang berdamai dengan penjajah zionis tidak mewakili opini bangsanya.

Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia

Masih di bulan yang sama, Indonesia menginisiasi pertemuan luar biasa Open-Ended Meeting of the Executive Committee tingkat Perwakilan Tetap negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Jeddah, Senin (25/2).

Pertemuan luar biasa tingkat Duta Besar ini membahas eskalasi konflik dan penyerangan brutal pasukan penjajah Israel terhadap Masjid Al-Aqsa dan menyusun langkah-langkah yang perlu dan mendesak untuk segera dilakukan dalam rangka mengakhiri tindakan agresi pasukan penjajah Israel, upaya pendudukan Masjid Al-Aqsa baik sebagian maupun keseluruhan, dan agresi ke jalur Gaza.

Selain itu, pertemuan tersebut juga membahas upaya-upaya yang dianggap perlu untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali, dan memastikan keadaan status quo status Masjid Al-Aqsa sebagai tempat ibadah yang diperuntukkan hanya untuk umat Islam.

Rekonsiliasi Palestina

Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah

Enam faksi Palestina sepakat untuk melakukan pemilihan kota di Gaza. student and syndicate elections, Al-Zaytouna Centre for Studies and Consultations melaporkan pada Jumat (8/4).

Fatah-Hamas juga melakukan rekonsiliasi yang diinisiasi oleh Aljazair. Presiden Aljazair Abdul-Majid Tebboune menerima Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyyeh dan Kepala Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di ibu kota, Aljir. Presiden Aljazair menyebut pertemuan kedua pimpinan faksi Palestina itu sebagai pertemuan bersejarah.

Pelanggaran Israel di Yerusalem Terus Berlanjut

Pasukan pendudukan Israel Kembali menyerang jamaah Muslim Palestina yang sedang melakukan shalat Subuh berjamaah di dalam Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki pada Jumat (15/4).

Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza

Media lokal melaporkan, puluhan orang terluka ketika pasukan militer Israel menembakkan peluru baja berlapis karet, gas air mata, dan granat kejut di dalam halaman dan aula masjid dalam serangan fajar itu.

Menanggapi serangan tersebut, Aqsa Working Group (AWG), Senin (18/4), menggelar Aksi Bela Al-Aqsa serentak di 12 provinsi di Indonesia.

Terus berlanjut, organisasi ekstrem sayap kanan Yahudi juga melakukan kampanye provokatif untuk menghancurkan Kubah Sakhrah di kompleks Masjidil Aqsa. Organisasi ini bahkan menetapkan tanggal pembongkaran Kubah Sakhrah, pada Ahad, 29 Mei 2022, bertepatan dengan perayaan Ibrani.

Israel juga melakukan Pawai Bendera dimulai Ahad (29/5), sekitar pukul lima sore waktu setempat. Para pemukim bergerak dari Jalan Shalahuddin menuju gerbang Bab Al-Amud di Kota Tua Yerusalem.

Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara

Beberapa pemukim juga mengibarkan bendera gerakan teroris ekstremis Kach, yang berada di balik serangkaian pembantaian terhadap warga Palestina.

Pelanggaran Israel terhadap Wartawan

Catatan pelanggaran Israel terhadap petugas media sudah cukup panjang, dan pembunuhan wartawan senior Al-Jazeera Syirin Abu Aqilah yang gugur saat melakukan peliputan baku tembak antara Jihad Islam dan Pasukan Israel di Provinsi Jenin, Palestina di hari Rabu (11/5), menambah daftar panjang itu.

Ia tertembak di bagian kepala dengan menggenakan helm dan rompi press berwarna biru. Pembunuhan itu menarik banyak simpati dan belasungkawa serta kecaman, juga seruan untuk penyelidikan menyeluruh, baik dari organisasi media, maupun kelompok hak asasi manusia dan komunitas internasional.

Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina

Normalisasi dan Pembatalan Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem

Israel terus melakukan pendekatan untuk bisa melakukan normalisasi hubungan melalui perjanjian Abaraham yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump. Terbaru, Turki sepakat melakukan normalisasi dan revitalisasi hubungan, pada Mei 2022.

Namun, kontras dengan Turki yang melakukan normalisasi, beberapa negara justru mencabut keputusan mereka untuk memindahkan kedutaan untuk Israel ke Yerusalem.

Pertama, Suriname yang sebelumnya mengatakan akan memindahkan kedutaan ke Yerusalem akhirnya membatalkan keputusannya, karena alasan kekurangan dana.

Baca Juga: Hamas Kutuk Agresi Penjajah Israel terhadap Suriah

Kemudian, Konsul Jenderal Inggris di Yerusalem, Diane Corner, menegaskan negaranya tidak akan memindahkan kedutaan di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, seperti rencana Pemerintah Inggris sebelumnya yang sudah diganti. Ia menekankan komitmen negaranya terhadap solusi dua negara.

Keputusan serupa juga di ambil Australia yang mengumumkan tidak akan lagi mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel, membalikkan keputusan kontroversial oleh pemerintah konservatif sebelumnya.

Kemajuan hubungan juga terjadi antara Singapura-Palestina. Pada hari Selasa (18/10) Singapura resmi membuka kantor perwakilan baru untuk Negara Palestina di kota Ramallah, Tepi Barat dalam acara yang juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Singapura Mohammad Maliki Usman. (A/R6/R7/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pemukim Yahudi Ekstremis Rebut Rumah Warga Yerusalem di Silwan  

Rekomendasi untuk Anda