Setiap Muslim yakin sepenuhnya bahwa karunia Allâh Azza wa Jalla yang terbesar di dunia ini adalah islam/">agama Islam. Seorang Muslim wajib bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla atas nikmat-Nya yang telah memberikan hidayah Islam. Allâh Azza wa Jalla menyatakan bahwa nikmat Islam adalah karunia yang terbesar, sebagaimana firman-Nya :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” [al-Mâidah/5:3]
Sebagai bukti syukur seorang Muslim atas nikmat ini adalah dengan menjadikan dirinya sebagai seorang Muslim yang ridha Allâh sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Rasûlullâh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabinya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Seorang Muslim harus menerima dan meyakini islam/">agama Islam dengan sepenuh hati. Artinya ia dengan penuh kesadaran dan keyakinan menerima apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika seseorang ingin menjadi Muslim sejati, pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang setia, maka ia harus meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang haq (benar). Ia harus belajar islam/">agama Islam dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan Islam dengan ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla dengan mengikuti contoh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pada tahun 2010, seorang wanita asal bogor yang bernama Anggarini telah memutuskan untuk menjadi muallaf. Awalnya dia berfikir Islam dulunya agama yang sulit, banyak aturan dan sedihnya. Dia juga tidak suka kalau melihat orang Islam menjadi pengemis. Waktu itu semua hal yang menakutkan adalah Islam.
“Tapi, aku simpan sendiri dan tidak pernah menyampaikan hal ini pada siapapun, karena aku sangat menghargai perbedaan,” ujar Anggraini kepada Septia Eka Putri wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Anggraini sempat berfikir bahwa semua hal yang kampungan dan buruk adalah Islam. Sampai pada suatu hari dia membaca sebuah tulisan “Kebersihan adalah sebagian dari Iman”, kalimat yang sederhana yang dilihat pada dinding samping toilet yang di bawahnya ada tempat sampah. “Setiap kali masuk toilet aku terbiasa melihat tulisan itu.” a
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Sampai, suatu ketika Aggraini terpaksa memilih sebuah mushola yang bau dan pengap serta kotor – kurang layak bagi sebuah ruangan untuk menjalankan shalat – yang di halamnnya juga ada seporang pengemis, untuk mengecas telepon genggamnya. Pengalaman hari itu di mana dia harus duduk di situ menunggu baterai telepon genggamnya terisi penuh, ternyata tak bisa dia lupakan.
Islam mulai menyentuh hatiku
Di mushola inilah awal semua itu terjadi, “Islam menyentuh hatiku, di tempat yang sangat aku gak suka, aku dengan segala rasa penolakan dengan Islam yang jorok harus mencairkan hatiku ketika aku membaca sebuah buku – Al Qur’an – di mushola itu,” ungkapnya
Awalnya Anggraini tidak mengetahui bahwa buku itu adalah Al Qur’an, ketika dia membuka buku itu tertulis ayat-ayat beserta artinya. Karena dia tidak bisa membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arabnya, maka gadis itu hanya membaca artinya saja. Setelah membolak-balik beberapa halaman dia menemukan tulisan: “kebersihan adalah sebagian dari iman.”
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Aku terdiam, ternyata kalimat yang tertulis di sebuah toilet yang biasa aku lihat, ada dalam buku itu. Lalu timbul pertanyaan kenapa pula orang Islam itu jorok?”
Sejak peristiwa itulah yang tepatnya terjadi tahun 2007, ia mulai tertarik membaca banyak artikel Islam. “Aku perlu waktu tiga tahun mencari dan meyakinkan hatiku untuk bersyahadat. “Aku ingat saat itu aku bersyahadat di masjid Al Hijr Air Mancur Bogor,”
2010 from zero as muslim
Saat ini Anggraini tengah menempuh studi S3 di University Nasional of Malaysia, awal ia masuk islam/">agama Islam sempat tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, dia merasa hal ini pasti tidak disetujui oleh kedua orang tuanya dan benar, sampai sekarang hal tersebut belum bisa diterima oleh mereka. Akhirnya Anggraini berusaha menghidupi dirinya dengan menulis dan mencari kegiatan yang bisa menghasilkan sesuatu yang ia gunakan untuk kelangsungan hidupnya. Dan dia menjadi penulis sampai sekarang.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
“Itu baru permulaan, pada waktu itu aku berIslam secara diam diam, setiap tahun aku masih dapat ucapan Natal, sholat ku belum bagus, baca Quran baru mulai belajar, aku gak pernah tinggal di rumah. Sejak SMA, aku sekolah di sekolah kristen, tapi untungnya aku berada di kota yang terpisah dari orang tua. Mulai dari kecil aku mandiri dan sekolah adalah yang utama,”
Memutuskan berhijab
Sebelumnya dia mengaku tak pernah terpikirkan untuk mengenakan hijab. “Tetapi sejak November tahun itu aku resmi tampil dengan osok baru – gadis berjilbab. Ada dampaknya, aku kehilangan banyak job, but am fine, aku muslimah sekarang, yang sekarang sedang menikmati helaan nafasku bersama robku, aku tidak ingin kehilangan rasa ini lagi, aku akan menjaganya sekuat daya upaya, jalanku masih panjang.”
Anggraini merasa harus mengisi ruhnya agar terus berkembang sebagai muslimah yang dapat memberikan manfaat untuk orang banyak, dan itu sangat tidak mudah. “Doakan aku agar selalu istiqomah dalam iman dan Islam meskipun seluruh manusia pergi menjauh dariku, aku cuma mau belajar dan belajar, gak perlu melihat ke belakang.”
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Impiannya yang lain adalah membukukan kisah perjalanan hidupnya sebagai seorang muslimah, agar bisa memberi pelajaran dan berbagi penghalaman dengan orang-orang lain, bagaimana nikmatnya hidup dalam Islam. Anggraini yakin dan percaya bahwa Allah SWT akan selalu bersamanya, dan keyakinan itu dia rangkai dalam sebuah motto yang menjadi peganganya.
“Jadilah hidup yang memudahkan orang lain, prinsip ini sudah aku pegang jauh sebelum aku menjadi muslim, bagiku jika kita memudahkan orang lain, maka Allah SWT akan memberikan kemudahan dari arah yang tidak disangka-sangka, prinsip itu baru aku rasakan maknanya ketika aku sudah menjadi muslimah.”
(R07/RS1)
Mi’raj Islami News Agency (MINA)
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel