Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalung GPS Collar Dipasang Pada Gajah Terluka

Admin - Sabtu, 1 Desember 2018 - 16:21 WIB

Sabtu, 1 Desember 2018 - 16:21 WIB

6 Views ㅤ

Banda Aceh, MINA – Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh kembali memasang satu unit kalung GPS Collar (petunjuk lokasi di mana berada) pada seekor gajah liar yang luka parah di wilayah hutan Aceh Besar kawasan Desa Panca, Kemukiman Gunung Biram, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.

Gajah berjenis kelamin betina yang dipasangkan kalung GPS tersebut sebelumnya dilaporkan masyarakat setempat kepada pihak BKSDA lantaran posisi gajah berada dekat areal perkebunan warga. Warga juga melihat adanya luka di bagian pangkal ekornya yang sudah memburuk, juga terdapat luka lain di bagian dada sebelah kiri.

Merespon laporan warga, Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo, menjelaskan, Sabtu (1/12), ia telah mengintruksikan kepada timnya setelah mendapat kabar dari masyarakat bahwa gajah tersebut kembali ke perkebunan masyarakat.

Kemudian tim yang terdiri dari staf BKSDA dari unsur PLG dan CRU yang dipimpin oleh Nurdin Isma serta tim Wildlife Ambulance dari PKSL (Pusat Kajian Satwa Liar) FKH Unsyiah segera melakukan persiapan dan memobilisasi perlengkapan dan tim langsung melakukan observasi pada hari Rabu (28/11).

Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio

“Melihat kondisi luka dan infeksi pada gajah, tim memutuskan untuk melakukan amputasi di atas sendi terakhir perlukaan yang telah rusak dan membusuk. Operasi amputasi berjalan lancar dan obat-obatan antibiotik maupun vitamin telah diberikan baik secara parenteral (injeksi) maupun topical (langsung pada luka),” kata Sapto Aji.

Menurut Sapto, pemasangan GPS Collar, guna memantau pergerakan gajah betina tersebut, sehingga pihaknya tahu lokasi maupun titik koordinat gajah setiap harinya. Unit GPS akan mengirimkan titik koordinat dan dapat langsung dipantau di atas peta digital.

“Data GPS Collar ini lebih jauh diharapkan akan memberikan informasi lebih banyak tentang pola penggunaan habitat gajah dan keterhubunganya dengan habitat lainnya di kabupaten yang berbeda,” sebutnya.

Selain untuk kepentingan pemantauan gajah yang terluka, data pergerakan harian gajah tersebut dapat pula dijadikan sebagai early warning system dalam upaya penanganan konflik gajah, untuk dapat memprediksi jalur dan waktu pergerakan gajah agar dapat dilakukan antisipasi lebih dini.

Baca Juga: Transaksi Judi Online di Indonesia Mencapai Rp900 Triliun! Pemerintah Siap Perangi dengan Semua Kekuatan

Sejauh ini pihaknya telah berhasil memasang 6 GPS Collar yang tersebar di beberapa habitat penting gajah di Aceh.

Saat ini empat di antaranya masih aktif dan memberikan informasi yang sangat penting terkait pola pergerakan gajah dan mengkonfirmasi faktor barrier alami yang mempengaruhinya. Sehingga, diketahui beberapa kawasan yang sangat penting dan wajib dilakukan pengelolaan secara aktif untuk dapat menanggulangi konflik gajah secara permanen dan sekaligus sebagai langkah penting bagi upaya konservasi gajah.

Sapto juga menyampaikan bahwa, BKSDA sekarang memiliki beberapa GPS Collar termasuk collar yang dipasang di Desa Panca, Gunung Biram, bersumber dari donasi Internasional Elephant Foundation (IEF) & Asian Elephant Support (AES) yang disalurkan melalui PKSL-FKH Unsyiah.

Ia berharap upaya tersebut akan menjadi bagian dari solusi penting bagi masa depan konservasi gajah di Aceh.

Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar

BKSDA sendiri juga telah melakukan pengadaan unit GPS Collar untuk kebutuhan lainnya, karena program pemasangan GPS Collar diadopsi oleh Ditjen KSDAE sebagai salah satu role model yang dipilih untuk Aceh.

Sementara itu, Ketua PKSL-FKH Unsyiah, Wahdi Azmi, yang memimpin tim medis PKSL dalam operasi tersebut menjelaskan bahwa pihaknya memposisikan diri mendukung tugas BKSDA Aceh sebagai otoritas pengelolaan konservasi.

“PKSL FKH Unsyiah dengan wildlife ambulance program-nya mendapat benefit berupa berbagai sarana dan akses bagi pelatihan pendidikan bagi calon-calon dokter hewan muda, dan membangun keahlian khusus satwa liar sebagai comparative advantage di dalam tubuh FKH satu-satunya di Sumatera,” ujarnya.(L/AP/P1 )

Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah

Rekomendasi untuk Anda

MINA Millenia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia