Washington, 27 Syawwal 1435/23 Agustus 2014 (MINA) – Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marie Harf, mengatakan Washington tidak membayar uang tebusan kepada Islamic State (IS/ISIS/ISIL) terkait jurnalis Amerika James Foley yang dipenggal oleh militan.
Sebuah laporan telah beredar, bahwa penculik Foley telah menuntut uang tebusan sebesar AS $ 132 juta untuk pembebasannya, namun AS menolak memberikan, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (23/8).
“Kami tidak membuat konsesi untuk teroris. Kami tidak membayar uang tebusan,” kata Harf. “Salah satu cara utama ISIL mendanai dirinya selama konflik adalah dari pembayaran uang tebusan lain yang telah dibayar. Kami meyakini pada tahun 2014 saja, mereka memperoleh jutaan dolar.”
Harf menambahkan bahwa membayar tebusan atau membuat konsesi, akan menempatkan warga Amerika Serikat di luar negeri dalam resiko penculikan yang lebih besar, karena akan diinsentifkan oleh militan.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
“Ini untuk melindungi warga negara kami di luar negeri dan juga untuk tidak memberikan teroris dana yang mereka butuhkan guna terus melakukan tindakan kejinya,” katanya.
Harf mencatat, pendanaan militan ISIL berasal dari sejumlah sumber, termasuk kegiatan kriminal di Irak dan Suriah, perampokan bank, pemerasan, penjarahan, penyelundupan dan penculikan untuk tebusan serta merampok desa dan kota.
Dia juga menambahkan bahwa militan kini mengendalikan beberapa fasilitas minyak di Suriah Timur.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan pendanaan bagi militan ISIL sangat baik dari luar daerah Irak dan Suriah.
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
“Dana mereka sangat baik. Ini melebihi apapun yang pernah kita lihat. Jadi kita harus mempersiapkan diri untuk semuanya,” kata Hagel.
Ia mengatakan ISIL adalah ancaman bagi warga AS di seluruh dunia dan Pemerintah AS akan terus mengeksplorasi semua opsi dalam berurusan dengan mereka.
Islamic State (Negara Islam), sebelumnya dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Levant (ISIL). Mereka telah aktif di Suriah selama lebih dari dua tahun.
Aktivitas ISIL meningkat pesat pada awal Juni setelah koalisi kelompok-kelompok bersenjata menguasai sebagian besar wilayah provinsi yang didominasi oleh kelompok Sunni Irak.
Baca Juga: Tiba di Peru, Prabowo akan Hadiri KTT APEC
Konflik antara tentara dan militan memasuki tahap baru pada bulan Juli ketika gerilyawan berhasil merebut sejumlah kota utama dan kota lainnya di Irak.
Tentara Irak telah mengadakan operasi militer terhadap gerilyawan ISIL di mana lebih dari 1 juta warga sipil telah mengungsi di tengah bentrokan yang sedang berlangsung di wilayah utara dan barat.
Kelompok ini telah merilis video dan pesan yang mengancam warga Amerika atas serangan udara terbaru Washington di Irak.
Sebuah video yang dirilis Selasa (19/8) menunjukkan salah satu militan ISIL memenggal wartawan Foley. (T/P001/P2)
Baca Juga: Sebelum Bertemu Prabowo, Biden Lebih Dulu Jamu Presiden Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Pilih Tokoh Pro-Israel Mike Huckabee Jadi Duta Besar