Canberra, 5 Dzulqa’dah 1437/8 Agustus 2016 (MINA) – Pegiat anti-Islam di Australia memperingatkan masyarakat untuk tidak menandai ‘tidak beragama’ pada sensus di tengah kekhawatiran mereka bahwa Australia akan menjadi ‘bangsa Muslim’, demikian Daily Mail melaporkannya.
Mereka menyebarkan hasutan tersebut melalui media sosial untuk mendesak rekan senegara mereka dan wanita untuk menyatakan agama mereka pada kuesioner sensus nasional yang akan digelar pada 9 Agustus mendatang.
Sebuah email juga dikirim tentang tulisan yang mengklaim jika orang tidak menandai agama mereka ‘Australia akan secara resmi dideklarasikan menjadi negara Muslim,’ demikian laporan IINA dikutip Mi’raj Islamic News Agency, Senin.
“Ingatlah bahwa meskipun banyak orang Australia tidak memiliki agama hari ini, jumlah penduduk Muslim di Australia semuanya akan menyatakan bahwa mereka adalah Muslim dan fakta ini akan dihitung untuk memastikan apa jenis negara kita dalam hal agama,” tulis pernyataan yang dikirim melalui email yang dibaca.
Baca Juga: Kelelahan Meningkat, Banyak Tentara Israel Enggan Bertugas
“Meskipun Anda mungkin sekarang tidak memiliki agama, silakan mempertimbangkan memasuki agama Anda saat dibaptis atau lahir, saat menjawab pertanyaan ini. Jika suatu waktu Australia akan resmi dinyatakan sebagai sebuah negara Muslim -. Karena Sensus Biro Statistik Australia akan mencerminkan ini, “tambahnya.
Kelompok agama yang diberi label oleh klaim juru kampanye anti-Islam sebagai “konyol”. Banyak pemimpin Muslim di Australia percaya bahwa pernyataan anti-Islam, yang dipromosikan oleh beberapa media di negara itu, akan memperburuk fenomena Islamofobia.
Perlu diingat bahwa telah terjadi bentrokan antara penduduknya di Kota Melbourne bulan lalu menyusul pengumuman Australia menerima lebih banyak pengungsi Suriah dan Irak, di tengah kekhawatiran komunitas Muslim akan berkembangnya Islamofobia di negara itu, khususnya terhadap Muslimah karena mereka mudah diidentifikasi melalui penampilan mereka. (T/R05/P4)
Mi’raj Islam News Agency (MINA)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris