Ramallah, 24 Ramadhan 1436/11 Juli 2015 (MINA) – Gerakan boikot Israel yang dilancarkan Uni Eropa mengakibatkan Israel mengalami kerugian miliaran shekel atau triliunan rupiah, menurut sebuah laporan Kementerian Keuangan Israel, sebagaimana rincian lebih lanjut dimunculkan di media Israel pekan ini.
Penelitian itu dimulai pada tahun 2013, saat Menteri Keuangan Israel adalah Yair Lapid, meneliti kemungkinan skenario berdasarkan pada berbagai jenis langkah-langkah hukuman, demikian Middle East Monitor (MEMO) sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (11/7).
Dalam skenario yang parah setidaknya tergambar, Uni Eropa akan memimpin boikot sukarela pada komoditi dari permukiman ilegal Israel di Tepi Barat, yang menyebabkan kerugian bagi ekspor Israel sekitar 1 miliar shekel atau sekitar 3,52 trilun rupiah per tahun.
Skenario lain yang tergambar meliputi produk permukiman yang diblokir Uni Eropa dan boikot sebagian dari negara-negara non-Uni Eropa, menelan kerugian Israel sebanyak 4,37 miliar shekel atau sekitar 15,4 triliun rupiah, yang menunjukkan penurunan tajam pada ekspor Israel.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Skenario kasus terburuk Israel akan berarti embargo mengenai produk-produk Israel di Eropa, dengan kerugian sebesar 84,4 miliar shekel atau 297, 3 triliun rupiah, yang menunjukkan hilangnya pendapatan dari larangan ekspor, juga penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) entitas Zionis itu sekitar 40 miliar shekel atau sekitar 140,9 triliun rupiah.
Dengan latar belakang itu, laporan Kementerian Keuangan Israel juga menyatakan, “sejak serangan 11 September, ketika Israel memposisikan diri dengan Barat dalam ‘perang melawan teror,’ telah terjadi penurunan dalam performa Israel di dunia, khususnya di kalangan liberal. ”
“Hari ini, isu boikot sedang terus meningkat oleh organisasi non-pemerintah dan dipromosikan oleh orang-orang yang menikmati profil publik yang tinggi,” kata laporan itu.
Memperhatikan pengalaman Apartheid Afrika Selatan yang akhirnya dipaksa menyerah oleh boikot ekonomi internasional, laporan berkomentar: “Titik kritis dalam hubungan internasional Israel bisa mendorong perekonomian Israel dari jalur pertumbuhan saat ini untuk kembali menjadi salah satu yang relatif tertutup dan kualitas hidup condong lebih rendah. ”
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Gerakan BDS Makin Mendunia
Laporan Kementerian Keuangan Israel itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menandatangani RUU jalur cepat untuk perjanjian perdagangan bebas yang kontroversial antara AS dan Eropa, yang berisi undang-undang anti gerakan internasional boikot, penghentian perdagangan saham, dan sanksi (BDS).
RUU tersebut secara signifikan mewajibkan negara-negara Uni Eropa untuk menahan diri dari boikot atas barang permukiman ilegal Israel.
Sementara itu gerakan internasional boikot Israel yang digerakkan kelompok aktifis The Boycott, Divestment and Sanctions (BDS), semakin mendapatkan dukungan dari masyarakat internasional terutama di barat.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
BDS juga berhasil mempengaruhi beberapa negara Uni Eropa untuk menerapkan undang-undang yang melarang hubungan dengan perusahaan-perusahaan Israel yang beroperasi di permukiman ilegal yang dibangun di wilayah pendudukan (wilayah Palestina yang diduduki Israel secara ilegal) yang khusus dibangun bagi komunitas Yahudi.
Uni Eropa bahkan telah menetapkan larangan bagi pemberian bantuan, hadiah, bantuan keuangan dan kerjasama dengan entitas Israel (lembaga/perusahaan/individu) yang berlokasi di wilayah pendudukan.
Kampanye boikot Israel yang dilancarkan BDS mulai Juli 2005 yang didukung lebih dari 170 organisasi Palestina, merupakan bagian dari gerakan internasional untuk menekan Pemerintah Israel menghentikan pembangunan pemukiman yahudi ilegal di wilayah pendudukan.
Saat ini lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di permukiman-permukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki sejak tahun 1967.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Meski mendapat kecaman dari dunia internasional termasuk dari sekutu-sekutu utamanya, Israel terus saja melanjutkan pembangunan permukiman-permukiman ilegal yahudi di wilayah pendudukan.
Isu permukiman ilegal yahudi merupakan salah satu penghambat utama perundingan damai Palestina-Israel.
Tahun 2007, Komite Nasional Palestina BDS didirikan untuk mengkoordinasikan gerakan global yang terus meningkat itu.(T/R05/P2)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)