kanada-300x169.jpg" alt="" width="300" height="169" />Ottawa, MINA – Kanada mengungkapkan keprihatinan serius atas situasi yang memburuk yang dialami etnis Rohingya dan etnis minoritas lainnya di Myanmar.
” Pembunuhan dan pelanggaran berat hak asasi manusia merupakan bagian dari serangan yang meluas terhadap orang Rohingya, ” pernyataan bersama Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland dan Menteri Pembangunan Internasional dan La Francophonie Marie-Claude Bibeau, IINA melaporkan dikutip MINA, Senin (9/10).
“Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan – dan tanggung jawab untuk mengakhiri pembersihan etnis benar-benar sesuai dengan kepemimpinan militer Myanmar dan pemerintahan sipilnya,” kata pernyataan tersebut.
“Sekali lagi, kami mendesak pihak berwenang untuk menetapkan syarat untuk mengembalikan pengungsi Rohingya yang aman dan sukarela ke rumah-rumah mereka yang sah dengan harga diri, di mana mereka harus bebas dari penganiayaan dan menikmati kesetaraan penuh di bawah undang-undang,” katanya.
Baca Juga: Iran Akan Usir 2,5 Juta Migran Afghanistan Hingga Akhir Tahun
Menteri Bibeau telah menyetujui $ 12,25 juta untuk dana bantuan kemanusiaan melalui mitra terpercaya di Myanmar dan Bangladesh sampai tahun 2017 untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang paling rentan, termasuk perempuan dan pemuda Rohingya. “Masyarakat internasional, termasuk Kanada, harus berbuat lebih banyak,” menurut pernyataan tersebut.
Kanada meminta pemerintah militer dan sipil di Myanmar untuk mengakhiri kekerasan tersebut, mengizinkan penyerahan bantuan kemanusiaan secara penuh, aman dan tanpa hambatan, dan menerapkan rekomendasi dari Komisi Penasihat yang dipimpin Kofi Annan di Negara Bagian Rakhine, katanya.
“Kami terus siap mendukung semua upaya untuk membangun masyarakat yang demokratis, inklusif, beragam dan stabil di Myanmar,” tambah pernyataan tersebut.
Dalam beberapa minggu terakhir, lebih dari setengah juta anggota minoritas Muslim Rohingya telah melintasi perbatasan Myanmar yang mayoritas beragama Buddha ke Bangladesh, menjadikannya tempat darurat pengungsi tercepat di dunia, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. (T/R13/P1)
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Mi’raj News Agency (MINA)