Bremen, MINA – Tidak akan ada perdamaian di Timur Tengah tanpa negara Palestina yang merdeka. Demikian ditegaskan Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Senin (19/8) dalam pidatonya seputar konflik di Timur Tengah yang tak kunjung berakhir.
“Pembentukan negara Palestina merupakan bagian penting dari solusi damai dalam konflik di kawasan saat ini, terutama perang di Jalur Gaza,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam sebuah pertemuan di kota utara Bremen.
“Kami telah mengatakan dengan jelas bahwa harus ada perspektif Solusi Dua Negara dan tanpa harapan kemungkinan pemerintah sendiri, perdamaian tidak mungkin terjadi dan harus ada perspektif damai bagi negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza dan Israel yang berdampingan,” kata Scholz.
“Itulah posisi Eropa, Amerika Serikat, dan Jerman mengenai masalah ini, dan kami berpegang teguh pada itu dalam apa yang kami lakukan dan kritik, bahkan jika ada sesuatu yang perlu dikritik,” tambahnya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Bulan lalu, Jerman mengatakan tidak mendukung “kebijakan pendudukan Israel” setelah pengadilan PBB menegaskan hak Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri dan memutuskan bahwa organisasi Israel di wilayah pendudukan harus dievakuasi.
Perang Israel-Hamas
Pemerintah Jerman saat ini hanya mendukung Israel karena tanggung jawab historisnya terhadap negara Yahudi, dan itu tidak berarti “Jerman mendukung kebijakan pendudukan Israel,” kata wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Christian Wagner kepada wartawan di Berlin saat itu.
“Terserah pada pemerintah Israel untuk menarik kesimpulan dari laporan (Mahkamah Internasional) ini,” tambahnya.
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat
Wagner mengatakan negaranya telah berulang kali menjelaskan “sikap dan posisi mengenai kebijakan pendudukan Israel.”
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok pejuang Palestina Hamas.
Lebih dari 40.000 warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 90.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.[]
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait
Mi’raj News Agency (MINA)