Berlin, MINA – Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak rencana pengerahan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina. Ia menyebutnya sebagai langkah yang “prematur.”
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya tekanan dari beberapa negara Eropa, khususnya Inggris, yang mempertimbangkan pengiriman pasukan untuk membantu Ukraina menghadapi agresi Rusia.
Dalam pertemuan darurat para pemimpin Eropa di Paris pada Senin (17/2), Scholz menekankan pengiriman pasukan penjaga perdamaian saat ini belum tepat dan dapat memicu eskalasi lebih lanjut. Al-Jazeera melaporkan.
Pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron itu dihadiri oleh sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk.
Baca Juga: Parlemen Brussels Serukan Sanksi terhadap Israel
Agenda utama pertemuan adalah membahas keamanan regional dan respons terhadap inisiatif perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang mengadakan pembicaraan bilateral dengan Rusia tanpa melibatkan sekutu Eropa dan Ukraina.
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin Eropa sepakat untuk memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina. Namun, mereka memperingatkan bahwa penetapan gencatan senjata tanpa kesepakatan perdamaian yang komprehensif dapat berisiko dan berpotensi memperburuk situasi.
Sikap Jerman ini berbeda dengan Inggris, di mana Perdana Menteri Keir Starmer menyatakan kesiapan untuk mengerahkan pasukan Inggris ke Ukraina jika diperlukan. Starmer menekankan pentingnya keterlibatan Amerika Serikat sebagai penjamin utama, untuk mencegah agresi lebih lanjut dari Rusia. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Media Asing: Militan Sudan Membantai Warga Desa, 200 Lebih Tewas