Mediterania, MINA — Kapal Observer Summertimes-Jong dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla untuk menembus blokade Gaza, ditolak sandar oleh pemerintahan Mesir. Meski menghadapi hambatan tersebut, kapal pemantau tetap melanjutkan misinya dengan arah menuju Siprus, sambil menjalankan fungsi pengawasan untuk memastikan logistik dan obat-obatan sampai ke warga Gaza yang menjadi korban penjajahan Zionis Israel.
Sebelum berangkat, Direktur Sumud Nusantara, Muhammad Nadir Al-Nuri dan relawan lainnya, melakukan doa bersama di Pelabuhan Gammarth, Tunisia. Misi ini juga diikuti oleh relawan IGPC Wanda Hamidah dan aktivis dari Aqsa Working Group (AWG) Muhammad Fatturahman.
Namun, Wanda dan Fatturahman mengalami stagnasi pelayaran karena kapal yang mereka naiki, Kamar, Keiser, dan Kapal Nusantara, mengalami kerusakan sehingga tidak dapat melanjutkan perjalanan dan harus sandar di perairan Italia sejak sepekan terakhir.
Sementara itu, Husein yang berada di Observer Summertimes-Jong sejak Selasa (30/9), bergabung dengan 44 kapal armada terdepan Global Sumud Flotilla yang berada di kawasan zona berbahaya serangan Zionis Israel.
Baca Juga: Aktivis Rohingya di PBB: Genosida Belum Berakhir, Kami Masih Dijadikan Target Pembantaian
Pada Rabu (1/10/2025) petang, armada tersebut telah terdeteksi berada sekitar 100 nautical miles (Nm) dari bibir pantai Gaza, wilayah yang dikenal rawan serangan kapal perang Israel. Pada pagi harinya, armada terdepan kembali menghadapi intimidasi dan serangan dari kapal perang Zionis Israel, menambah risiko tinggi misi kemanusiaan ini.
Global Sumud Flotilla merupakan misi pelayaran internasional yang bertujuan membawa logistik, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan ke masyarakat Gaza di tengah blokade yang diberlakukan oleh Israel. Armada ini terdiri dari puluhan kapal dari berbagai negara yang bekerja sama untuk memastikan akses kemanusiaan bagi warga Gaza. Indonesia sendiri berkontribusi melalui Sumud Nusantara dan Indonesia Global Peace Convoy (IGPC), yang menurunkan aktivis dan relawan untuk terlibat langsung dalam misi pengawasan dan distribusi bantuan.
Misi ini menghadapi tantangan signifikan, mulai dari penolakan sandar di pelabuhan, kerusakan kapal, hingga intimidasi dan serangan dari kapal perang Israel di perairan Gaza. Meski demikian, para relawan tetap berkomitmen melanjutkan perjalanan demi memastikan bantuan kemanusiaan sampai ke warga terdampak. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perusahaan Telekomunikasi Afghanistan Akui Pemutusan Internet Perintah Pemimpin Tertinggi Negara