Singkawang, MINA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda kawasan akses masuk Bandara Singkawang, Kalimantan Barat, Rabu (30/7).
Api yang berkobar sejak beberapa hari lalu kini telah meluas hingga mencapai 31 hektare, menciptakan pemandangan seperti lautan api dengan asap pekat yang menyelimuti wilayah tersebut.
Kepala Daops Manggala Agni Kalimantan IX/Singkawang, Yuyu Wahyudin, mengatakan kondisi di lapangan sangat memprihatinkan.
“Asap cukup tebal dan api terus menjalar. Sampai saat ini, petugas gabungan baru berhasil memadamkan sekitar 0,6 hektare,” ujarnya.
Baca Juga: Gempa 8,7 SR Rusia, BNPB: Potensi Memicu Tsunami di Indonesia
Upaya pemadaman dilakukan tim gabungan dari Manggala Agni, MPA 59, MPA Sedau, TNI, Polri, Satpol PP, BPBD Kota Singkawang, serta sejumlah instansi terkait lainnya. Tim sebelumnya telah menggelar briefing di Posko Siaga Karhutla untuk memperkuat koordinasi lapangan.
Selain pemadaman melalui darat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah melakukan upaya pemadaman dari udara (water bombing), meski hasilnya belum maksimal akibat hembusan angin yang kerap berubah-ubah.
Menanggapi kondisi tersebut, Pemerintah Kota Singkawang segera mengambil langkah preventif dengan membangun parit pembatas dan sumur bor di sekitar lokasi kebakaran. Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie, mengatakan langkah ini penting untuk menghambat laju api dan memperkuat suplai air bagi petugas pemadam.
“Kami akan buat parit untuk membatasi laju api dan sumur bor sebagai sumber air tambahan bagi tim di lapangan,” kata Wali Kota.
Baca Juga: Berkat Inovasi Teknologi Undip, Warga Pesisir Brebes Tak Lagi Krisis Air
Ia juga mengimbau camat dan Forkopimcam agar meningkatkan pengawasan serta mengedukasi warga untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.
“Kita sedang menghadapi musim kemarau. Jangan sampai ada yang masih nekat melakukan pembakaran. Ini membahayakan lingkungan dan masyarakat,” ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini potensi peningkatan titik panas (hotspot) di wilayah Kalimantan Barat akibat El Nino dan cuaca ekstrem yang memicu kekeringan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemensos: Program Bantuan ATENSI YAPI Khusus bagi Anak Yatim dan Piatu