Washington, 20 Muharam 1435/24 November 2013 (MINA) – Presiden Afghanistan, Hamid Karzai menolak menandatangani kesepakatan bersama Washington dengan alasan perjanjian kedua pihak harus memberikan ketenangan dan kedamaian di Afghanistan.
Namun, Karzai menyatakan akan menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat jika hal itu membawa perdamaian di negaranya setelah dilanda konflik lebih dari tiga dekade.
“Mulai hari ini, keamanan dan perdamaian di Afghanistan menjadi prioritas utama di atas segala kepentingan lainnya,” kata Karzai.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Jika Amerika kembali melakukan aksi militer di negaranya, ia mengancam akan membatalkan kesepakatannya dengan Washington.
“Amerika telah memulai peperangan di Afghanistan. Mereka pula yang harus bertanggungjawab dan mengakhiri tragedi ini,” Papar Karzai di depan peserta Sidang Majelis Umum PBB di Washington, Ahad (24/11), Al-Jazeera melaporkan seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Perang Afghanistan dimulai pada Oktober 2001 setelah serangan WTC 11 September, Amerika Serikat memulai kampanye perang melawan terorisme mereka di Afghanistan, dengan tujuan menggulingkan kekuasaan Taliban, yang dituduh melindungi Al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden.
Aliansi Utara Afghanistan menyediakan mayoritas pasukan, dengan dukungan dari Amerika Serikat dan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) antara lain Britania Raya, Perancis, Belanda, dan Australia. Nama kode yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk konflik ini adalah Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom).
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Afghanistan telah mengalami konflik terpanjang dalam sejarah Amerika, bahkan melebihi perang Vietnam. Kemarin perang Afghanistan memasuki bulan ke-104, dengan 30.000 tentara Amerika yang diberangkatkan pada semester pertama tahun ini saja.
Dukungan publik terhadap perang ini turun drastis seiring jumlah korban tewas yang terus meningkat, seperti yang juga terjadi di Vietnam. Lebih dari setengah orang Amerika sekarang percaya bahwa pertempuran di Afghanistan sangat tidak sepadan dengan biaya yang sudah dikeluarkan.
Pemerintah Amerika Serikat telah berbohong kepada publik Amerika mengenai jumlah korban Afghanistan sebenarnya sejak tahun 2003. Menurut sebuah sumber Afghanistan, sedikitnya 4000 tentara kehilangan nyawa mereka setiap tahunnya sejak 2003. Namun, hal itu tidak diberitakan di media-media Amerika.
Sementara itu, jumlah tentara Inggris yang bunuh diri lebih banyak dibandingkan jumlah korban tewas saat memerangi Taliban di Afghanistan. Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, bunuh diri para tentara itu sebagai tragedi agar mereka tidak berlama-lama di Afghanistan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Laporan lain mengatakan, tingginya tingkat bunuh diri akibat stres dan trauma selama operasi militer di negara itu. Tahun 2012 lalu, lebih dari 64 kasus bunuh diri dilakukan tentara Inggris di Afghanistan. (T/P04/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah