Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasih Sayang Rasulullah SAW

Bahron Ansori - Ahad, 19 Mei 2024 - 10:34 WIB

Ahad, 19 Mei 2024 - 10:34 WIB

4 Views

Oleh Bahron Anshori, wartawan MINA

Kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya tiada taraa. Banyak fenomena yang dapat dijadikan bukti betapa Rasullah SAW teramat menyayangi umatnya. Tentunya kita semua masih ingat bagaimana keadaan bangsa Arab sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang membawa dan menyebarkan ajaran Islam.

Mereka adalah umat yang bejat akhlaknya, rusak moralnya. Bangsa Arab pada masa jahiliyah terbiasa mengubur bayi-bayi perempuan mereka hidup-hidup tanpa belas kasihan karena dianggap sebagai aib. Perjudian, mabuk-mabukan, buka-bukaan aurat, dan segala bentuk kemaksiatan menjadi santapan sehari-hari bangsa Arab pada masa jahiliyah.

Lalu ketika Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang dengan membawa ajaran Islam, bangsa Arab pun berangsur-angsur berubah menjadi bangsa yang berakhlak mulia. Wanita yang dulu senantiasa dianggap rendah, kini menjadi mahkluk yang dimuliakan.

Baca Juga: Islam Mengatur Peperangan, Membangun Perdamaian

Perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam menyebarkan Islam di Tanah Arab dan memperbaiki akhlak bangsa Arab pun bukanlah satu perjuangan yang mudah dan singkat, tetapi merupakan satu perjuangan panjang yang sangat berat. Hinaan, cacian, makian, teror dan percobaan pembunuan, semua telah dialami oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika berdakwah untuk menyebarkan ajaran Islam di tanah Arab tersebut.

Dalam perjalanan dakwahnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah diludahi, pernah pula gigi beliau patah karena kezaliman orang-orang kafir pada saat itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun pernah dan sering terlibat peperangan, bahkan peperangan besar yang tidak seimbang. Namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pantang menyerah dan senantiasa menjadi pemenang hingga terciptalah bangsa Arab yang jauh lebih beradab.

Andaipun pada saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyerah untuk menyampaikan ajaran Islam karena berbagai perbuatan zalim yang dilakukan kepada beliau, mungkin saat ini kejahiliyahan dan kemaksiatan masih menjadi santapan utama umat manusia, dan siap menghantarkan mereka ke jurang neraka. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallamtidak demikian, kasih sayang beliau kepada umat telah membuat beliau bertahan untuk terus berusaha menyampaikan kalam-kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat manusia.

Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendatangi kota Thoif untuk mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah Ta’ala. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thoif langsung saja melemparinya dengan batu sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selesai menyampaikan risalahnya. Akibat perbuatan penduduk Thoif tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun berlari dengan luka-luka yang cukup parah, bahkan beliau sampai harus kehilangan giginya karena patah.

Baca Juga: Memahami Makna Hidup Berjama’ah

Mengetahui hal tersebut, Malaikat Jibril pun segera turun dan menawarkan bantuan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Malaikat Jibril berkata, “Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi?”

Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menerima tawaran Malaikat Jibril untuk membalikkan tanah yang menopang wilayah penduduk Thaoif, maka bereslah sudah kejahatan penduduk Thoif tersebut. Namun sekali lagi, kelembutan hati dan besarnya rasa kasih sayang di dalam hati Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya tidak mengizinkan hal tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetap bersabar dan menerima perlakuan penduduk Thoif tanpa rasa benci, kemudian beliau berkata kepada Malaikat Jibril, “Jangan wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan menjadi pengemban risalahku.”

Subhanallah, betapa besar kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya, sampai-sampai ia pun tidak mau menyakiti orang-orang yang telah menyakitinya, justru ia tetap mengharapkan mereka agar suatu saat dapat berubah (beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).

Sebagai bentuk kasih sayang beliau kepada umat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun senantiasa berwasiat kepada para sahabat dan umatnya untuk senantiasa berbuat baik. Beliau memberikan contoh dan menjadi contoh. Bahkan dalam peperangan pun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga melarang umatnya untuk bertindak berlebihan; membunuh anak-anak, wanita, orang-orang tua (lansia), dan orang-orang yang lemah atau tidak berdaya.

Baca Juga: Larangan Memberikan Loyalitas dan Pertemanan dengan Yahudi

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah seorang pemimpin umat yang senantiasa dapat merasakan penderitaan yang dirasakan oleh umatnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Qs. At-taubah (9) : 128)

Sebagai bentuk kasih sayang kepada keluarga dan umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun memberikan contoh dalam kehidupan berkeluarga. Meskipun seorang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang dimuliakan dan panglima perang yang disegani oleh kawan dan lawan, namun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa mengerjakan pekerjaan rumah. Beliau terbiasa membantu istri-istri beliau untuk mencuci, menambal, pakaian atau menambal perabot rumah tangga.

Beliau melakuan itu tanpa rasa malu sebagai apresiasi kasih sayang beliau kepada istri-istri beliau, dan sebagai contoh bagi umatnya untuk senantiasa saling membantu dan menyayangi. Besarnya kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada keluarganya juga terwujud dalam sabda beliau yang memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa bersikap baik kepada keluarganya. Beliau bersabda, ”Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku di antaramu.” (HR. Tirmidzi)

Kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya tidak dapat diukur dengan harta ataupun tahta. Kasih sayang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sepanjang zaman, hingga pada datik-detik akhir dari kehidupannya pun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa memikirkan dan menyebut-nyebut umatnya … Ummati … ummati … Ummati … Pertanyaannya, “Seberapa besar rasa peduli dan cinta kita kepada Nabi SAW tercinta?” Yuk, muhasabah. []

Baca Juga: Bahaya Sifat Egois

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
MINA Preneur
Tausiyah
Tausiyah