Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kazakhstan, Jamin Keselamatan Orang Rusia yang Lari dari Wamil

Bahron Ansori - Rabu, 28 September 2022 - 04:09 WIB

Rabu, 28 September 2022 - 04:09 WIB

7 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Kazakhstan akan menjamin keselamatan warga Rusia yang melarikan diri dari negara mereka saat Rusia mengerahkan ratusan ribu tentara cadangan atau wajib militer (wamil) untuk berperang di Ukraina, kata Presiden Kassym-Jomart Tokayev, Selasa (27/9).

“Banyak orang dari Rusia telah datang ke sini selama beberapa hari terakhir,” kata Tokayev dalam pidatonya pada hari Selasa.

Dia menambahkan, sebagian besar dari mereka terpaksa pergi karena situasi tanpa harapan. “Kita harus menjaga mereka dan memastikan keselamatan mereka,” katanya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Pernyataan Tokayev datang ketika kementerian dalam negeri Kazakhstan mengatakan hampir 100.000 orang Rusia telah melintasi perbatasan bersama kedua negara dengan luas 7.644 kilometer (4.762 mil) – perbatasan darat terpanjang kedua di dunia – sejak Rusia mengeluarkan apa yang disebutnya sebagai perintah “mobilisasi parsial” pekan lalu.

Orang Rusia tidak memerlukan visa atau bahkan paspor untuk memasuki Kazakhstan, cukup dengan dokumen identitas Rusia mereka. Bahasa Rusia juga digunakan secara luas di negara yang luas itu, tetapi jarang penduduknya, yang merupakan rumah bagi etnis minoritas Rusia yang besar.

Tokayev , dan pemerintahnya, yang telah menolak untuk mendukung apa yang disebut Rusia sebagai “operasi militer khusus” di Ukraina, akan membahas krisis yang berkembang secara langsung dengan Moskow, sekutu tradisionalnya.

Tidak akan kembali ke Rusia

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan telah menerbitkan proposal untuk mengubah aturan imigrasi yang akan membatasi waktu tiga bulan bagi orang Rusia untuk tinggal di Kazakhstan kecuali mereka memiliki paspor.

Sementara, beberapa orang Kazakh telah menyerukan penutupan perbatasan atau pembatasan masuknya orang Rusia, yang lain telah mengatur titik pertemuan untuk orang Rusia yang tiba dan mendirikan jaringan sukarelawan untuk membantu mereka menemukan tempat berlindung di tengah laporan ketersediaan terbatas di hotel dan hostel.

Seorang penduduk di kota terbesar di negara itu, Almaty, mengatakan kepada media setempat, dia telah membawa tiga pemuda dari Rusia pada hari Senin yang bersiap untuk menghabiskan malam di jalan.

Orang lain yang melarikan diri dari Rusia tinggal bersama teman-teman, dan menyatakan kepastian bahwa mereka tidak akan kembali ke rumah, apa pun yang terjadi.

Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman

“Saya sedang duduk di sofa teman-teman saya sekarang,” kata seorang profesional TI Rusia berusia 32 tahun yang tidak mau disebutkan namanya dan telah pindah ke Almaty, kepada media lokal.

Lonjakan penyeberangan ke Georgia

Pihak berwenang di Georgia, yang juga berbatasan dengan Rusia, telah melaporkan peningkatan penyeberangan dari negara tetangganya.

“Empat hingga lima hari yang lalu 5.000 hingga 6.000 orang Rusia tiba di Georgia setiap hari. Jumlahnya meningkat menjadi sekitar 10.000 per hari,” kata Vakhtang Gomelauri, menteri dalam negeri negara itu, kepada wartawan, Selasa.

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

Komentar Gomelauri muncul ketika kementerian dalam negeri setempat di Ossetia Utara, wilayah Rusia yang berbatasan dengan Georgia, mengatakan ada sekitar 5.500 mobil yang menunggu untuk melintasi perbatasan. Ini menggambarkan situasi di daerah itu semakin tegang.

Mohamed Vall dari Al Jazeera, melaporkan dari Moskow, mengatakan Rusia sedang “merubah” strategi mobilisasinya sebagai tanggapan atas upaya kelompok pria Rusia untuk melarikan diri dari negara itu untuk menghindari dipanggil untuk berperang di Ukraina.

“Kami baru saja mendengar tentang strategi baru untuk memindahkan beberapa pusat wajib militer ke daerah perbatasan, tepat di mana ribuan orang Rusia mencoba melarikan diri dan menyeberang ke negara lain,” kata Vall.

“Salah satunya sudah beroperasi dan itu di Ossetia Utara, di perbatasan dengan Georgia. Orang-orang yang pergi ke sana berpikir bahwa mereka dapat melarikan diri akan bertemu dengan petugas wajib militer,” kata Vall menirukan sumber itu.(T/RS3/P1)

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Sumber: Al Jazeera

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Rekomendasi untuk Anda

Eropa
Timur Tengah
Eropa
Internasional