Berlin, MINA – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) melalui Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Berlin, Jerman, menyelenggarakan program kursus bahasa Indonesia bagi para penutur asing.
Ada tiga kelas dengan tingkatan berbeda yang ditawarkan oleh RBI di Berlin, yaitu kelas 1) “Apa kabar? Bagian ke-1” untuk tingkat A1.1, 2) “Apa kabar? Bagian ke-2” untuk tingkat A1.2, dan 3) Kelas Konversasi untuk tingkatan mulai A2. Masing-masing kelas diselenggarakan selama 11 pekan dan setiap pertemuan berlangsung selama tiga jam pelajaran serta semua kursus dilaksanakan secara daring.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin, Ardi Marwan, menyampaikan bahwa mayoritas pemelajar di kelas ini adalah orang Jerman. Namun, dua orang berkewarganegaraan Inggris dan Argentina. Peserta di kelas ini juga berasal dari berbagai kota di Jerman, seperti Hannover, Freiburg, Lörrach, Mannheim, Kiel, Bad Vilbel, dan Berlin.
Ardi menuturkan bahwa motivasi mereka belajar bahasa Indonesia di antaranya adalah untuk berkomunikasi dengan keluarga pasangan, penelitian, belajar budaya, liburan, dan sebagainya.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Beberapa tema yang dibahas pada kelas ini adalah memperkenalkan diri dengan orang lain, keluarga, ulang tahun, angka, dan liburan. Bahasa pengantar yang digunakan pada kelas ini adalah bahasa Jerman (70 persen) dan bahasa Indonesia (30 persen),“ jelasnya demikian yang diterima MINA, Senin (1/6).
Peserta berasal dari berbagai kota di Jerman, seperti Hannover, Frankfurt am Main, Hamburg, Düsseldorf, Münster, dan Berlin. Hampir sama dengan peserta di kelas sebelumnya, motivasi mereka belajar bahasa Indonesia di antaranya adalah untuk berkomunikasi dengan keluarga pasangan, penelitian, belajar budaya (seperti musik gamelan), liburan, dan lainnya.
Beberapa tema yang dibahas pada kelas ini adalah percakapan menggunakan bahasa Indonesia terkait liburan, aktivitas harian, sifat dan karakter orang, serta arah, letak dan lokasi. Bahasa pengantar yang digunakan pada kelas ini adalah bahasa Jerman (60 persen) dan bahasa Indonesia (40 persen).
“Berbagai metode yang digunakan ketika pembelajaran berlangsung seperti diskusi, bermain peran, debat, wawancara dan masih banyak lagi lainnya,” terang Ardi. (R/R5/R1)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia