Nur Sultan, MINA – Keadaan darurat yang diumumkan pada 5 Januari di Kazakhstan telah berakhir pada Selasa (18/1).
Berakhirnya keadaan darurat di negara Asia Tengah itu membuat kehidupan kembali normal, terutama di ibu kota negara Nur Sultan, kota metropolitan terbesar di negara itu, Almaty, dan provinsi Atyrau, Jambyl, Kyzylorda, dan Mangistau, Anadolu melaporkan.
Langkah-langkah keamanan di jalan-jalan dicabut, bersama dengan jam malam yang diberlakukan pada jam-jam tertentu. Pembatasan perjalanan masuk dan keluar kota juga dicabut.
Juru bicara pers kepresidenan Berik Uali mengatakan dalam sebuah pernyataan, berkat persatuan dan solidaritas rakyat dan tindakan pasukan keamanan dan penegak hukum dengan mengorbankan nyawa mereka, ketertiban dan perdamaian telah dipastikan di seluruh Kazakhstan.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
Setelah protes damai berubah menjadi pemberontakan dan kekerasan, dengan dekrit yang ditandatangani 5 Januari oleh Presiden Kassym-Jomart Tokayev, keadaan darurat diumumkan.
Sebelumnya, keadaan darurat Itu dicabut pada 13 Januari di beberapa daerah sebelum waktu yang ditentukan.
Kantor kejaksaan mengumumkan, sedikitnya 225 orang tewas dalam kerusuhan menyusul protes yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.
Protes yang dimulai 2 Januari kemudian berubah menjadi bentrokan dengan polisi. Kekerasan paling besar terjadi di bekas ibu kota Kazakhstan dan kota terbesar Almaty.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Tokayev meminta bantuan blok militer yang dipimpin Rusia, dan penjaga perdamaian dari Rusia, Belarus, Armenia, dan Tajikistan segera tiba dan mendukung penegakan hukum Kazakh untuk memulihkan ketertiban. (T/R7/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)