oleh: Yant Subiyanto, S.T., M.M. Wakil Ketua Umum Ikatan Pesantren Indonesia, Pendiri Yayasan Ponpes Hidayatut Thullab.
Dalam beberapa tahun terakhir, derap perbedaan pemaknaan komunikasi telah banyak menghambat kebangkitan secara nasional, baik dalam skala kecil ataupun skala besar. Terjadi perbedaan penafsiran, pemahaman dan berbagai model mengkomunikasikan sehingga kerap terjadi perang dingin, gesekan ringan sampai dengan kegaduhan. Salah satu tandanya merebaknya hoax dengan narasi dan komunikasi berbeda-beda.
Organisasi keagamaan yang merupakan organisasi ideologi spiritual memiliki andil besar dalam membangun kesadaran pemahaman dalam keberagaman komunikasi, sehingga selaras dengan jargon PAyo Bangkit Bersama.* Banyaknya perbedaan yang masuk ranah internal dan eksklusiv pada suatu kelompok yang dibawa keluar untuk _influence_ terhadap publik, kerap menuai ketidaknyamana pihak tertentu sehingga membuat ketidaknyamanan.
Khususnya untuk kelompok orang yang mudah digerakkan baik dengan kesengajaan atau tanpa disadari bergerak karena proses tersebut.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Misalnya saja, dalam suatu organisasi ideologi yang memiliki suatu ajaran dengan sebuah ativitas ritual ibadah sedikit berbeda, dapat meinimbulkan berbagai hangatnya perbedaan. Belum lagi dengan bukan saja bentuk komunikasi publik yang saling cerca, namun juga kadang diiringi dengan tindakan nyata menghambat kebangkitan bersama.
Ideologi yang secara fundamental merupakan hak asasi manusia, masing-masing telah memiliki sandaran hukum, yang dibatasi oleh suatu kelompok tertentu. Sehingga tidak akan terjadi keseragaman, walau dalam satu ideologi spiritual. Apalagi dalam ideologi spiritual berbeda.
Sebutlah dalam beberapa organisasi besar ideologis, yang ada di negeri kita, yang dalam satu agama, misalnya. Kerap terjadi perbedaan yang mengerucut bagi orang tertentu, kelompok tertentu, karena masuk ke ranah publik. Yang hal ini didukung dengan massive-nya media sosial ke berbagai lapisan masyarakat.
Suatu ajaran dan ajakan tertentu dengan standar pelaksanaan yang berbeda antar masing-masing kelompok, dapat membuat saling berujar dan nyatakan sikap tertentu. Masing-masing anggota dari kelompok yang ada, berhak menyuarakan “kebenaran” internal, maksudnya sesuai dengan ajaran baik dari kitab dan guru tertentu dalam firqahnya ke dalam, jika keluar ke ranah publik secara umum dimungkinkan berbeda dengan lainnya. Dan ini dapat menimbulkan ketidaknyaman dalam bangkit bersama.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Komunikasi dalam menuju Ayo Bangkit Bersama, menjadi sangat penting. Baik komunikasi antar kelompok ataupun pribadi. Komunikasi publik yang saat ini beredar bukan saja komunikasi utuh, namun banyak potongan komunikasi yang menimbulkan persepsi berbeda. Betapa banyak video potongan dari ceramah, sambutan, dll yang hanya sepenggal dan beredar luas, menjadi rujukan banyak pihak.
Tulisan yang hanya sepotong dan menjadi berbeda makna. Bahkan banyak ajaran sepotong yang belum dikaji lengkapnya pun sudah beredar luas di masyarakat. Dan memperuncing titik-titik perbedaan.
Dalam hal ini, suatu organisasi, kelompok, pribadi sangat diperlukan adanya ikhtiar dalam meningkatkan pemahaman yang membuahkan kesadaran berbangsa untuk *Bangkit Bersama. Mengedepankan kebersamaan dan kesamaan, daripada mengedepankan ke”aku”an dari masing-masing. Dalam hal ini, ijinkan saya menggambarkan, sebuah pohon mangga besar dan rindang, dengan buah di banyak cabang. Ketika beberapa orang memanjat dan memetik buah mangga tersebut, maka dari setiap buah mangga memiliki perbedaan. Namun mereka sadar, itu semua mangga. Dari batang pohon yang sama, dari akar yang sama dan memiliki banyak cabang, ranting, daun, bunga dan buah. Yang masing-masing buahnya tidak sama. Namun mereka sadar itu semua adalah mangga.
Dalam banyak perbedaan, membutuhkan klarifikasi yang menguras energi, waktu dan fikiran banyak fihak. Tidak sedikit, prosesnya pun setelah ada korban. Bangsa ini masih perlu mengorbankan waktu, tenaga, fikiran untuk klarifikasi, sebelum maju dan beraksi. Kebangkitan yang terhambat oleh titik demi titik yang perlu dibuat simpul kehangatan komunikasi, kesadaran dan pemahaman.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Tidak hanya tokoh-tokoh dalam organisasi besar yang dapat menularkan *Ayo Bangkit Bersama* dengan kebersamaan dan kesamaan, namun sampai pribadi yang terkecil memiliki kewajiban tersebut. Dalam satu agama, dalam satu bangsa, ada perbedaan, namun lebih banyak persamaan yang bisa didapatkan. Dan ini modal awal kebersamaan.
Surakarta, Jum’at 19 Syawal 1443H / 20 Mei 2022. (AK/R4/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan