Penduduk Gaza biasanya berkumpul dalam jumlah besar untuk menyambut tahanan yang dibebaskan oleh Israel.
Ratusan orang akan berkumpul di dekat Erez, sebuah pos pemeriksaan militer Israel. Pesan-pesan politik dan lagu-lagu nasional akan dikumandangkan lewat pengeras suara.
Begitu para tahanan berhasil melewati pos pemeriksaan, mereka akan diangkat ke atas bahu. Orang-orang akan bersemangat untuk merangkulnya dan merayakan bagaimana mereka akhirnya mendapatkan kebebasan, atau setidaknya kebebasan yang sangat terbatas untuk dilepaskan ke suatu wilayah yang diblokade penuh.
Setelah itu, konvoi besar mobil – sebagian besar dengan bendera Palestina berkibar dari jendela – akan pergi mengiringi ke rumah para tahanan yang bebas. Sebuah tenda akan didirikan sehingga para tahanan yang dibebaskan bisa menyapa para pengunjung selama sepekan, kadang-kadang lebih lama.
Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat
Namun, COVID-19 telah mengubah segalanya.
Karena pandemi itu, Kementerian Kesehatan Gaza telah membatasi orang yang memasuki Gaza.
Sami Hamid Habib (35) dibebaskan dari penjara Nafha Israel pada 30 Maret. Israel telah memenjarakannya selama empat tahun karena keterlibatannya dengan Hamas.
Begitu dia tiba di Gaza, suhu tubuhnya diperiksa oleh staf medis. Dia kemudian dibawa ke Blue Beach Resort di Gaza City dan ditempatkan di bawah karantina.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Satu-satunya kontak yang Habib dapati dengan putra-putranya, Muhammad (12) dan Anas (10), selama karantina adalah dengan melambai kepada mereka dari balkon kamar hotelnya.
“Ketika saya melihat anak-anak saya dari balkon, saya merasakan kesedihan,” kata Habib melalui telepon. “Saya sudah jauh dari mereka selama bertahun-tahun, jadi saya ingin memeluk dan mencium mereka. Sangat sulit bagi saya untuk tidak melakukan itu, tetapi saya mengikuti instruksi dari Kementerian Kesehatan sehingga saya bisa menjaga mereka tetap aman.”
Habib yang melewati masa kecil di Al-Shujaiyeh, sebuah lingkungan di Gaza City, mengatakan, Israel tidak mengambil tindakan pencegahan yang memadai untuk mencegah penyebaran virus di antara para tahanan.
“Yang dilakukan pihak berwenang adalah memberi setiap tahanan satu sarung tangan dan satu topeng per pekan,” katanya. “Itu tidak cukup untuk melindungi kami.”
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Dia menambahkan bahwa otoritas penjara telah menolak untuk memastikan bahwa tahanan saling menjaga jarak. Pihak berwenang juga menolak untuk mengadopsi prosedur yang kurang invasif untuk menghitung dan memeriksa tahanan.
Selain itu, Israel tidak mau mengatur pengiriman obat tambahan kepada tahanan melalui Otoritas Palestina.
Tahanan lain yang baru-baru ini dibebaskan, Rateb Fawzi Abu Aqel, pulang ke Gaza beberapa hari sebelum Habib. Abu Aqel juga ditempatkan di dalam karantina.
“Langkah-langkah ini harus dihormati,” katanya. “Saya menghabiskan 12 tahun di penjara-penjara Israel demi rakyat saya. Jadi saya bersedia menghabiskan 15 hari di karantina, inipun demi mereka.”
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pengabaian yang disengaja
Risiko tertular COVID-19 bagi tahanan sangat besar. Setidaknya seorang warga Palestina bernama Nour Al-Deen Sarsour dari Betuinia, desa di Tepi Barat yang diduduki, telah dinyatakan positif terkena virus setelah baru-baru ini dibebaskan dari tahanan Israel.
Ia ditahan dekat dengan tahanan lain. Diperkirakan ia terinfeksi saat berada di penjara.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Organisasi-organisasi hak asasi manusia Palestina telah mengeluhkan bahwa Israel belum meningkatkan perawatan medis dan kebersihan yang memadai bagi para tahanan meskipun ada pandemi. Dengan menolak untuk melakukan itu, Israel tidak menghormati panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah penyebaran virus corona di penjara.
Sekitar 5.000 warga Palestina sekarang ditahan di penjara-penjara Israel. Dari mereka, sekitar 700 orang sakit atau terluka, dengan 200 menderita penyakit kronis, menurut Addameer, sebuah kelompok yang membantu para tahanan Palestina.
Qadura Fares, Kepala Klub Penjara Palestina, berpendapat bahwa tahanan yang tidak sehat harus segera dibebaskan. Dia juga memprotes bagaimana Israel telah menggunakan pandemi sebagai alasan untuk berperilaku dengan cara yang semakin represif terhadap tahanan, antara lain membatasi akses ke pengacara dan kontak dengan anggota keluarga.
“Dalam beberapa hari terakhir, kami telah mengeluarkan lusinan peringatan tentang apa yang terjadi di dalam penjara Israel,” katanya.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Qadoura menuduh Israel dengan sengaja mengabaikan hak-hak tahanan.
“Daripada mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi, Layanan Penjara Israel sesungguhnya telah memberlakukan tindakan hukuman tambahan,” katanya. (AT/RI-1/P1)
Sumber: The Electronic Intifada
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant