Keberanian Umar bin al-Khattab Berhijrah Terang-terangan

Renungan Zanjabil #48

Oleh Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Fakultas Syariah dan Hukum Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam

“YA ALLAH, perkuat Islam dengan salah seorang dari dua lelaki yang paling Engkau cintai, Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal) atau ,” doa Rasulullah SAW yang tulus ikhlas demi memperkukuh agama Islam pada awal dakwah baginda di Mekkah.

Allah SWT telah menetapkan Umar bin al-Khattab yang terpilih dengan beberapa sebab antaranya apa yang dikhabarkan Khabbab bin al-Irt tentang doa di atas.

Beberapa hari setelah turun wahyu perintah , Rasulullah SAW menyuruh para sahabat di Mekkah untuk berhijrah ke Madinah dan bergabung dengan kaum Ansar. Baginda menasihatkan agar mereka meninggalkan Mekkah dengan cara berhati-hati, tidak berkelompok dan menyelinap srmbunyi-sembunyi pada waktu malam atau siang hari. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai diketahui kaum musyrik Quraisy hingga mereka akan bergerak merintangi perjalanan.

Para sahabat mengerti betul apa yang diperintahkan Rasulullah SAW mereka lalu berhijrah dengan diam-diam meninggalkan kota Mekkah tanpa sepengetahuan penduduknya, kecuali Umar ibn al-Khattab.

Ali ibn Abi Thalib berkisah, “Sepengetahuanku, semua Muhajirin berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, kecuali Umar ibn al-Khattab. Sebelum berangkat hijrah, dia membawa pedang dan menyelempangkan busur dengan menggenggam anak panah di tangan dan sebatang tongkat. Dia menuju Ka’bah saat orang-orang Quraisy tengah berkumpul di sana.

Umar melakukan tawaf di Ka’bah tujuh putaran dengan khusyuk, lalu menuju ke Maqam Ibrahim untuk melaksanakan salat. Setelah itu, setiap lingkaran orang banyak didatanginya satu per satu sambil berkata kepada mereka, ‘Wajah-wajah celaka! Allah menghinakan orang-orang ini! Aku akan berhijrah ke Madinah melaksanakan perintah Rasulullah. Barang siapa yang ingin diratapi ibunya, ingin anaknya menjadi yatim, atau istrinya menjadi janda, hendaklah dia menemuiku di balik lembah ini.”

Dan, tidak ada seorang pun dari kaum Quraisy yang berani menjawab tantangan Umar ini. Akhirnya Umar pergi berhijrah ke Madinah secara terang-terangan ketika yang lain sembunyi-sembunyi.

Musyrik Quraisy terkena oleh keterusterangan Umar bin al-Khattab ketika Hijrah. Mereka tak berkutik dan tak ada yang berani menghalang atau menentangnya seperti terhadap umat Islam yang lain. Tengok kisah Iyash yang dipujuk Abu Jahal. Tengok kisah Abu Salamah yang terpisah dengan istri dan anaknya.

Benarlah apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud, “Islamnya Umar bin Khattab suatu pembebasan, hijrahnya suatu kemenangan, dan kepemimpinannya suatu rahmat. Sebelum Umar memeluk Islam kami tak dapat salat di Ka’bah, setelah dia menjadi Muslim diperanginya mereka sampai mereka membiarkan kami. Maka kami pun dapat melaksanakan salat.”

Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at.

Bandar Seri Begawan, 05/05/2020. (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.