Kudus, MINA – Indikator keberhasilan belajar yang selaras dengan kurikulum merdeka adalah jika kegiatan belajar menyenangkan. Hal itu diungkapkan Ketua Tim Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Yogi Anggraena.
“Selain itu, kegiatan anak-anak belajar juga berlangsung secara mendalam,” katanya ketika menjadi nara sumber pada penutupan kegiatan “Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah dan Guru Dalam Pemanfaatan Platform Teknologi Pendidikan” yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Balai Layanan Platform Teknologi (BLPT) Kemendikbudristek di Pendopo Kabupaten Kudus, Rabu (1/5).
Menurutnya, bapak dan ibu guru selama ini sudah begitu, berarti sudah seperti kurikulum merdeka, namun namanya saja belum.
“Jangan sampai terjebak bahwa kurikulum merdeka membuat modul ajar. Bukan itu, indikasinya lihat pembelajarannya sudah menyenangkankah, anaknya belajar dengan senang, pembelajarannya sudah menjalankan aplikasinya di sana. Memakai perencanaan belajar seperti sebelumnya juga tidak masalah, karena yang diwajibkan tuntas,” tutur Yogi.
Baca Juga: Masjid Pantai Bali Gelar Lomba Omplok Layar Tunjukkan Solidaritas Palestina
DIkatakan, hal terpenting bagi para guru agar tidak terjebak dalam modul ajar. Karena bisa saja seperti pembelajaran sebelumnya dengan memasukkan tiga komponen, yakni tujuan, langkah-langkah, dan asesmen.
Keberadaan modul ajar yang disusun pemerintah, diperuntukkan untuk guru yang belum mampu melakukan perencanaan mengajar. Sedangkan yang mampu menyusun sendiri perencanaan belajar yang penting ada tiga komponen.
“Kalau dulu perencanaan belajar harus vertikal dan formatnya harus sama. Maka sekarang tidak demikian,” ujcapnya.
Tujuan dari kurikulum merdeka, yakni ingin fokus materi esensial, hilangkan materi yang tidak penting sehingga anak tidak dijejali lagi berbagai materi untuk menghindari siswa tertekan dan tidak memahami.
Baca Juga: Market Day Festival Baitul Maqdis Meriahkan BSP 2024 di Samarinda
“Buat siswa jangan banyak beban, sehingga untuk mata pelajaran IPA dan IPS disederhanakan. Khusus untuk SD kedua mapel tersebut digabung, namun untuk SMP dan SMA tidak karena terkait jam mengajar gurunya,” ujarnya.
Meskipun demikian, kata dia, diupayakan penyederhanaan materi. Misal di mata pelajaran matematika terhadap materi integral dan turunan. Karena dalam kehidupan sehari-hari jarang digunakan akhirnya tidak disampaikan pada mata pelajaran wajib.
Untuk mata pelajaran lainnya juga demikian, yang dianggap tidak penting dikurangi. Sehingga beban siswa berkurang dan guru di kelas tidak dikejar-kejar target penyampaian materi.
“Kurikulum merdeka juga ingin memberikan fleksibilitas terhadap guru dalam mengajar,” pungkasnya.
Baca Juga: Jama’ah Muslimin Kutuk Keras Tentara Zionis Kencingi Al-Qur’an
Hadir dalam acara tersebut, Pj Bupati Kudus M. Hasan Chabibie, Plt Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Wibowo Mukti, Kepala Subbagian Umum, Balai Layanan Platform Teknologi Galih Noor Abdillah, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Zulfikri. []
Mi’raj News agency (MINA)
Baca Juga: Menag Wacanakan Pramuka Wajib di Madrasah dan Pesantren