KEBERKAHAN NEGERI DALAM BLOKADE

Miyanto. Relawan Indonesia untuk Palestina asal Wonogiri.
Miyanto. Relawan Indonesia untuk asal Wonogiri.

Oleh: Miyanto, Relawan Indonesia untuk Pambangunan Rumah Sakit Indonesia di , Palestina

Jalur Gaza merupakan daerah dengan luas  tidak lebih dari  360 km. Negeri yang terletak di bumi Allah Palestina itu termasuk dalam negeri Syam. Sementara negeri Syam sendiri memiliki beberapa negara di dalamnya antara lain; Palestina, Yordania, Libanon dan Suriah.

Gaza yang kini tempat bertahan Muslim Palestina dari penjajah Zionis dihuni sekitar 1,8 juta penduduk. Palestina merupakan negeri para nabi. Tak heran ada beberapa nabi yang Allah turunkan di negeri itu dengan membawa misi tauhid. Para nabi itu antara lain; Nabi Ibrahim As, Ishaq As, dan Ya’qub As.

Menurut pengamatan penulis selama ini, masyarakat Gaza termasuk sangat tabah menerima ujian yg luar biasa. Sebagaima diketahui negeri itu selama berpuluh tahun telah di jajah oleh Zionis Yahudi laknatullah. Negeri para nabi itu terblokade, sehingga tak satu pun akses dari negara lain bisa menjangkaunya.

Penduduk Gaza, meski dalam  puluhan tahun, namun mereka tetap berusaha mempertahankan negeri itu. Mereka tetap bertekad untuk menjaga tanah wakaf kaum muslimin; Masjid Al Aqsha meskipun nyawa sebagai taruhannya.

Sejak peristiwa Nakbah tahun 1948, penjajah Zionis Yahudi melakukan pembantaian dan pengusiran secara besar-besaran. Lebih dari 60% Muslim Palestina terusir dari negeri para nabi itu. Perbuatan biadab yang tak bisa dimaafkan. Di antara sisa rakyat yang terusir itu, di antaranya tetap mempertahankan bumi Palestina di Al Quds (Tepi Barat). Tapi Gaza beberapa dekade terakhir dalam blockade penuh Zionis.

Kaum penjajah it uterus melakukan kebrutalannya. Mereka tak pernah berhenti melakukan penindasan terhadap Muslim Palestina, seperti merobohkan rumah, membakar kebun dan memperluaskan wilayah untuk pemukiman Yahudi yang sengaja didatangkan dari berbagai negara, selain memang warga Yahudi setempat.

Kaum keturunan kera itu juga melakukan penangkapan kepada setiap warga Palestina. Tak perduli apakah itu anak-anak, wanita, orang tua, apalagi lelaki dewasa. Semua ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Tak tanggung-tanggung, semua warga Palestina yang ditangkap itu jumlahnya sekitar 12 ribu orang dan dipenjara selama mungkin. Apakah Muslim Palestina itu bersalah sehingga harus ditangkap dan dipenjara? Tidak, penangkapan itu bagian dari strategi Zionis Yahudi untuk mengurangi jumlah penduduk Palestina dan melemahkan militant Hamas.

Namun sangat disayangkan, semakin banyak warga Palestina yang di tangkap dan dipenjara oleh Zionis Yahudi, maka semakin besar pula semangat perjuangan pasukan Hamas dan pasukan bersenjata lainnya di Palestina. Tak ada kata menyerah bagi warga Palestina melawan Zionis Yahudi. Bagi Muslim Palestina, perang adalah satu-satunya cara untuk menghancurkan Zionis Yahudi dari muka bumi Palestina. Bagaimana tidak, genjatan senjata bukan dua tiga kali dilakukan. Tapi hasilnya justeru lagi-lagi kaum penjajah itulah yang melanggarnya dan memulai kembali perang.

Negeri yang Barokah

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari al Masjidil Haram ke al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al Israa`/17: 1)

Gaza terletak kurag lebih 80 km dari masjid Al Aqsha. Negeri yang Allah muliakan dan berkahi itu merupakan bagian dari negeri syam. Mengapa negeri Syam menjadi negeri yang diberkahi, berikut di antara beberapa alasannya.

Pertama, negeri Syam merupakan tempat para Nabi. Syam menjadi tempat tinggal banyak nabi. Dari Nabi Ibrahim yang hijrah ke Syam, Nabi Luth, Nabi Ya’qub, Nabi Musa, Nabi Isa, dan masih banyak nabi lainnya. Pada akhirnya, Allah menjadikannya sebagai milik umat Muhammad setelah bangsa Yahudi menempuh jalan kesesatan.

Kedua, perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk bermukim di negeri Syam. Imam al Mundziri di dalam at Targhib wat Tarhib menuliskan, bab anjuran untuk bermukim di Syam, dan tentang keutamaan Syam. Dari Watsilah bin al Asqaa`, berkata: Aku mendengar Rasulullah berkata kepada Hudzaifah bin al Yaman dan Mu’adz bin Jabal yang sedang meminta pendapat beliau tentang tempat tinggal. Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  mengisyaratkan ke arah Syam.

Mereka berdua kembali bertanya kepada dan Nabi mengisyaratkan ke arah Syam dengan bersadba, “Beradalah kalian di Syam. Sesungguhnya ia merupakan negeri pilihan Allah, dihuni oleh makhluk pilihanNya.

Para ulama juga sudah terbiasa merekomendasikan untuk bermukim di Syam, sesuai petunjuk Rasulullah. Ketika ‘Atha al Khurasani berniat pindah tempat tinggal, ia meminta pendapat para ulama yang ada di Mekkah, Madinah, Kufah dan Bashrah serta Khurasan.

‘Atha al Khurasani berkata kepada para ulama tersebut, “Menurut pendapatmu, kemana saya mesti pindah dengan keluarga?”

Masing-masing menjawab, “Berangkatlah ke Syam.”

Ketiga, malaikat membentangkan sayap bagi penduduk Syam. Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Keberuntungan bagi penduduk Syam,” maka kami bertanya, “Karena apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, Karena para malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam)”.

Keempat, tempat keberadaan Thaifah Manshurah. “Penduduk Gharb (yang berada di arah Barat) akan senantiasa menegakkan kebenaran sampai Kiamat datang. (HR Muslim 13/68, Nawawi).

Imam Ahmad berkata, “Ahli Gharb adalah penduduk Syam.” Dan jawaban ini disepakati oleh Ibnu Taimiyah dalam Manaqibisy-Syam wa Ahlihi, halaman 76-77.

Kelima, ‘Asqalan, merupakan tempat penjagaan penting. Ath Thabrani meriwayatkan dalam al Mu’jamul Kabir, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Permulaan dari perkara ini (Islam) adalah kenabian dan rahmat. Berikutnya tegaknya khilafah dan rahmat. Selanjutnya muncul kerajaan dan rahmat. Kemudian, orang-orang memperebutkannya, seperti kuda-kuda yang berebut. Maka, kewajiban kalian untuk berjihad. Sesungguhnya sebaik-baik jihad adalah ribath. Sebaik-baik tempat ribath adalah Asqalan. (Ash Shahihah, 3270).

‘Asqalan telah dikenal sejak dahulu. Menempati tempat strategis di bibir pantai, ramai dengan perdagangan. Palestina tidak pernah ditaklukkan, kecuali diawali dengan penaklukkan ‘Asqalan.

Keenam, cahaya iman memancar dari Syam saat fitnah berkecamuk. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata : Rasulullah bersabda, Sesungguhnya saya melihat seakan-akan tonggak al Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka, aku mengikutinya dengan pandanganku. Tiba-tiba terdapat cahaya terang-benderang yang mengarah menuju Syam. Ketahuilah, sesungguhnya iman, apabila telah terjadi beragam fitnah, berada di Syam.(Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no. 3092).

Al ‘Izz bin Abdis Salam rahimahullah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan, bahwa tiang Islam, yaitu iman, pada saat terjadinya fitnah-fitnah, berada di Syam.” Artinya, apabila fitnah-fitnah yang muncul telah mengancam agama Islam, maka penduduk Syam berlepas diri darinya. Mereka tetap istiqamah di atas iman. Jika muncul (fitnah yang) tidak mengancam agama, maka penduduk Syam mengamalkan konsekwensi iman.

Kemuliaan kota Gaza terpancar dari akhlak dan tradisi rakyatnya yang sesuai dengan ajaran syariat Islam sebagaiman yang di ajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kemuliaan akhlak warga Gaza itu antara lain sebagai berikut.

Pertama, Memuliakan Tamu

Di negeri yang dalam blokade tentu sangat merasakan  kesulitan dalam berbagai hal, tapi itu tidak berlaku bagi warga Gaza. Salah satu tradisi yang sangat terlihat di Gaza adalah cara warganya memuliakan tamu. Akhlak memuliakan tamu ini sebagaimana dicontohkan oleh Abul Anbiya’ (bapaknya para Nabi) Ibrahim As.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya.(HR. Muslim).

Dalam sebuah hadis lain Rasulullah juga bersabda, “Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

Imam Al Qadhi Iyadh mengatakan, “Makna hadis tersebut adalah, siapa yang ingin menegakkan syariat Islam, maka wajib baginya untuk memuliakan tetangga dan tamunya, serta berbuat baik kepada keduanya.”

Dalam sebuah hadis diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim disebutkan, “Siapa yang beriman pada Allah dan hari Kiamat, hendaknya memuliakan tamunya, yaitu jaizahnya. Para sahabat bertanya apa yang dimaksud dengan jaizah itu? Rasulullah menjawab, jaizah itu adalah menjamu satu hari satu malam (dengan jamuan yang lebih istimewa dibanding hari yang setelahnya). Sedangkan penjamuan itu adalah tiga hari adapun selebihnya adalah shodaqah.”

Lalu, bagaimana cara memuliakan tamu di kota gaza?

Cara memuliakan tamu di kota Gaza yaitu sebagaimana yang di ajarkan Nabi Ibrahim dalam menjamu tamunya? Berikut ini adalah beberapa cara yang dikerjakan oleh Nabi Ibrahim As saat memuliakan para tamunya. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya di surat Ad Dzariyat ayat 24 – 27 telah merinci secara khusus tentang cara Nabi Ibrahim memuliakan tamunya antara lain sebagai berikut.

Pertama, menjawab ucapan salam dari tamu dengan jawaban yang lebih sempurna. Nabi Ibrahim Alaihissalam tidaklah bertanya pada tamunya terlebih dahulu, “Apakah kalian mau hidangan dari kami?”

Kedua, Nabi Ibrahim Alaihissalam bersegera menyuguhkan makanan kepada tamu.

Ketiga, menyuguhkan makanan terbaik yang beliau miliki, Yakni, daging anak sapi yang gemuk dan dibakar. Pada mulanya, daging tersebut tidak diperuntukkan untuk tamu. Akan tetapi, ketika ada tamu yang datang, maka apa yang sudah ada, beliau hidangkan kepada para tamu. Meski demikian, hal ini tidak mengurangi penghormatan Nabi Ibrahim Alaihissallam kepada tamu-tamunya.

Keempat, menyediakan stok bahan di dalam rumah, sehingga beliau tidak perlu membeli di pasar atau di tetangga.

Kelima, Nabi Ibrahim Alahissallam mendekatkan jamuan kepada para tamu dengan meletakkan jamuan makanan di hadapan mereka. Tidak menaruhnya di tempat yang berjarak dan terpisah dari tamu, hingga harus meminta para tamunya untuk mendekati tempat tersebut, dengan memanggil, misalnya, “kemarilah, wahai para tamu.” Cara ini untuk lebih meringankan para tamu.

Keenam, Nabi Ibrahim Alaihissallam melayani tamu-tamunya sendiri. Tidak meminta bantuan orang lain, apalagi meminta tamu untuk membantunya, karena meminta bantuan kepada tamu termasuk perbuatan yang tidak etis.

Ketujuh, bertutur kata sopan dan lembut kepada tamu, terutama sewaktu menyuguhkan jamuan. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim Alaihissallam menawarkannya dengan kata-kata yang lembut, “Sudikah kalian menikmati makanan kami (silahkan kamu makan)?” Ia  tidak menggunakan nada perintah, seperti, “Ayo, makan.” Oleh karena itu, sebagai tuan rumah, seseorang harus memilih tutur kata simpatik lagi lembut, sesuai dengan situasinya. Intinya, tuan rumah seharusnya memuliakan tamu, yaitu dengan memberikan perlakuan yang baik kepada tamunya.

Kedua, Menjaga Hijab dan Kehormatan

Bagi rakyat Gaza menjaga hijab dan ke hormatan adalah prioritas utama sesuai dengan syariat Islam. Jika di negara-negara lain banyak terlihat orang yang jalan berdua antara pria wanita yang bukan muhrim, maka di kota Gaza hal semacam itu tidak akan pernah Anda temui. Muslim Gaza sangat menjaga ke hormatannya, berjalan berduaan yang bukan muhrim merupakan suatu aib yang sangat dihindari, meskipun hal itu hanya sekedar tegur sapa, sangat jarang ditemukan. Itulah cara Musim Gaza dalam menjaga hijab dan kehormatan.

Ketiga, Penghafal al Qur’an

Gaza adalah negeri penghafal al Qur’an. Kira-kira itulah nama yang pantas disematkan pada negeri Gaza. Bagaimana tidak? Kota Gaza yang di huni sekitar 1,8 juta jiwa itu, sebagian besarnya adalah Muslim, hanya sedikit yang beragama lain. Muslim Gaza rata-rata hafal al Qur’an. Sebab dari kecil mereka di kenalkan dan dididik untuk menghafal al Qur’an. Tak heran rakyat Gaza memiliki ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, juga dalam menghadapi penjajah Zionis Yahudi.

Keempat, Kekuatan Iman Muslim Gaza

Keimanan Muslim Gaza sangat teruji. Mereka, bertahun-tahun dalam blokade dengan keterbatasan materi dan kezaliman yang tak kunjung henti. Demi menjaga tanah wakaf kaum muslimin, Muslim Gaza tetap bertahan meski apa pun yang terjadi.

Saat agresi militer penjajah tahun 2014, selama 51 hari masyarakat Gaza melalui masa yang sangat sulit, tapi rakyat Gaza tetap tabah mempertahankan hak mereka. Sebagaimana yang diceritakan seorang muslimah Gaza kepada media barat setelah shalat idul fitri tahun 2014. Media barat itu bertanya mengapa rakyat Gaza tidak mengungsi?

Muslimah itu menjawab, “Kami akan tetap disini. Kaum muslimin, menggantikan kalian untuk tetap menjaga tanah waqaf dan hak kaum muslimin yaitu masjid Al Aqsha.”

Ujian yang lain yang tak kalah hebat adalah apa yang menimpa Pegawai Negeri Sipil (PNS) dimana ada sekitar 1500 PNS di kota Gaza sejak sebelum agresi I penjajah Zionis Yahudi belum menerima gaji.

Masih banyak ujian lain yang harus dihadapi Muslim Gaza. Apakah mereka stress menghadapi ujian-ujian itu? Justeru sebaliknya, ujian-ujian itu mereka jadikan wasilah untuk menggapai ridha Allah dengan bersungguh-sungguh berjihad melawan penjajah Zionis Yahudi.

Kelima, Bumi yang Subur

Bumi Gaza memiliki struktur tanah bercampur pasir. Di negeri itu juga terdapat 4 musim yaitu musim panas, musim dingin, musim semi dan musim gugur. Karena itulah bumi Gaza memiliki kesuburan yang luar biasa, sehingga tak mengherankan jika banyak buah-buahan yang terdapat di sana. Semua keberkahan itu tidak terlepas dari doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk keberkahan negeri Syam.

Ya Allah, berilah kami keberkahan pada negeri Syam. Ya Allah, berilah kami keberkahan pada negeri Yaman. Para sahabat bertanya, “Termasuk Nejed? Rasulullah berdoa, “Ya Allah berilah bami keberkahan pada negeri Syam. Ya Allah, berilah kami keberkahan pada negeri Yaman. Para sahabat masih bertanya, Termasuk Nejed? Rasulullah menjawab, Disana (Nejed) terjadi gempa dan huru hara, dan disana muncul dua tanduk syetan. (HR Bukhari)

Keenam, Bumi Ribath

Ath Thabrani meriwayatkan dalam al Mu’jamul Kabir, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Permulaan dari perkara ini (Islam) adalah kenabian dan rahmat. Berikutnya tegaknya khilafah dan rahmat. Selanjutnya muncul kerajaan dan rahmat. Kemudian, orang-orang memperebutkannya, seperti kuda-kuda yang berebut. Maka, kewajiban kalian untuk berjihad. Sesungguhnya sebaik-baik jihad adalah ribath. Sebaik-baik tempat ribath adalah Asqalan.(Ash Shahihah, 3270).

‘Asqalan telah dikenal sejak dahulu. Menempati tempat strategis di bibir pantai, ramai dengan perdagangan. Palestina tidak pernah ditaklukkan, kecuali diawali dengan penaklukkan ‘Asqalan. Letak jalur Gaza  sendiri juga berada di bibir pantai dan berdekatan dengan ‘Asqalan. Wallahu a’lam. (K01/R02)

Wartawan: Abu Al Ghazi

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0