Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebiadaban Zionis Israel di Bulan Ramadhan

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 24 detik yang lalu

24 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi: wanita Palestina di Jalur Gaza menangisi keluarga mereka yang syahid oleh genosida Israel. (foto: Wafa)

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ (الاعاف [٧]: ١٧٩)

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS Al-A’raf [7]: 179)

Baca Juga: Qia, Balita Tasikmalaya, Kirimkan Cinta untuk Anak-Anak Palestina Lewat Celengan

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, bahwa ayat di atas menggambarkan golongan manusia dan jin yang tidak menggunakan anugerah akal, penglihatan, dan pendengaran untuk mengenali kebenaran dan mengikutinya.

Mereka disamakan dengan binatang ternak karena hanya mengikuti hawa nafsu saja, tanpa peduli dengan hakikat dan tujuan hidup mereka. Bahkan mereka lebih sesat karena diberi potensi akal yang lebih tinggi daripada hewan.

Lalainya mereka berasal dari kelalaian terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala yang ada di sekitar mereka. Mereka tidak mau memahami pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang jelas, baik melalui wahyu maupun fenomena alam. Keadaan ini menjadikan mereka lebih buruk daripada binatang, karena hewan tidak diberi tanggung jawab untuk berpikir dan memahami kebenaran.

Ketika hati tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah Ta’ala, mata tidak digunakan untuk melihat tanda kebesaran-Nya dan telinga tidak digunakan untuk mendengar kebenaran, maka manusia akan terperosok ke dalam jurang kehinaan dan kehancuran.

Baca Juga: 9 Kiat Mudik Aman

Imam Al-Ghazali Rahimahullah menyebutkan, bahwa hati, mata, dan telinga adalah sarana untuk mencapai ma’rifatillah (pengenalan kepada Allah Ta’ala). Ketika karunia itu disia-siakan, seseorang kehilangan kemuliaannya sebagai manusia dan menjadi seperti makhluk yang derajatnya lebih rendah daripada binatang.

Zionis Israel Mengobarkan Perang di Bulan Ramadhan

Menurut pendapat penulis, konteks ayat ini rasanya relevan untuk memahami kejahatan Zionis Israel yang saat ini melanjutkan kejahatannya dengan terus menyerang Gaza. Padahal saat ini adalah bulan Ramadhan, bulan yang istimewa lagi mulia bagi umat Islam.

Kelalaian yang disebutkan dalam ayat ini mencerminkan sifat asli Zionis Israel yang menutup hati, mata, dan telinga mereka terhadap kebenaran dan keadilan. Meskipun masyarakat internasional mengecam perbuatan biadab yang mereka lakukan, namun mereka tidak bergeming, tetap melanjutkan kejahatan dan aksi genosida di Gaza. Hati mereka telah mengeras bagaikan batu, bahkan lebih keras lagi.

Baca Juga: Akhlak Rasulullah sebagai Teladan Kehidupan

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِىَ كَٱلْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ ٱلْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ ٱلْأَنْهَٰرُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ ٱلْمَآءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (البقرة [٢]: ٧٤)

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah [2]: 74)

Ayat di atas adalah teguran keras kepada Bani Israil, juga manusia secara umum agar tidak memiliki hati yang keras, yakni menolak kebenaran. Bahkan benda mati seperti batu bisa tunduk pada kehendak Allah, sementara manusia sering kali bersikap angkuh. Ayat tersebut mengajarkan pentingnya kelembutan hati, kerendahan hati, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala.

Zionis Israel yang mengaku sebagai bangsa yang terpilih seharusnya memahami nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Namun, mereka menutup hati terhadap penderitaan rakyat Palestina dengan terus membombardir dan melakukan genosida di Gaza.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Budaya Mudik

Mereka mengabaikan fitrah kemanusiaan, mencampakkan kasih sayang dan melalaikan solidaritas. Mata mereka tidak melihat kehancuran akibat serangan brutal dan membabi-buta.  Mereka juga mengabaikan penderitaan anak-anak Palestina yang kehilangan keluarga dan masa depan.

Meski dunia internasional terus menyerukan penghentian kekerasan dan penegakan HAM di Gaza, Zionis Israel tetap tuli terhadap seruan tersebut. Mereka tetap mempertahankan penjajahan dan apartheid yang bertentangan dengan hukum internasional.

Dalam hal ini, tindakan mereka mencerminkan sifat yang disebutkan dalam ayat, yaitu lebih sesat daripada binatang ternak. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu kekuasaan dan keserakahan, tanpa mempedulikan nilai-nilai moral dan agama.

Ayat ini menjadi peringatan bagi semua manusia untuk tidak mengabaikan potensi akal, penglihatan, dan pendengaran yang diberikan oleh Allah. Kejahatan Zionis Israel di Gaza menunjukkan betapa buruknya akibat dari kelalaian tersebut. Bagi umat Islam, ayat ini juga mengingatkan pentingnya bersatu, berjuang melawan ketidakadilan, dan menegakkan kebenaran sesuai dengan ajaran Islam.

Baca Juga: Agar Mudik Bernilai Ibadah

Ambisi dan Kebohongan Netanyahu dalam Genosida Gaza

Pemimpin penjajah Zionis Israel Benjamin Netanyahu menjadi penjahat paling kejam dalam catatan sejarah adab ini. Keputusannya melakukan genosida di Gaza dibungkus dengan narasi pembelaan diri, demi alasan keamanan nasional.

Namun, masyarakat internasional tidak bisa terus dibohongi dengan narasi klasiknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengungkap tabir kebohongannya melalui para aktifis, wartawan dan orang-orang yang peduli dengan kemanusiaan dan HAM memalui video dan foto yang beredar di media sosial, menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan.

Netanyahu kerap memanipulasi opini publik dengan menyebarkan informasi menyesatkan. Ia berdalih ingin menghabisi pejuang Hamas untuk membenarkan serangannya ke Gaza, namun fakta di lapangan, serangan mereka menargetkan warga sipil tak berdosa, rumah sakit, tempat ibadah, sekolah dan fasilitas umum lainnya.

Baca Juga: Tadabur Surah Muhammad: Kebatilan Tidak Punya Akar Hanya akan Punah dan Binasa

Tindakan membantai warga sipil tak berdosa, menghancurkan fasilitas publik dengan membabi buta oleh banyak pihak disebut sebagai genosida, mengingat skala kehancuran dan korban jiwa yang sangat banyak di Gaza.

Ambisi politik Netanyahu tidak lain hanya untuk mempertahankan kekuasaannya. Dalam situasi domestik yang penuh skandal dan kritik, ia menggunakan perang sebagai pengalihan isu. Strategi itu tidak hanya mengorbankan rakyat Palestina, tetapi juga membunuh banyak tentaranya sendiri dan menciptakan penderitaan yang terus-menerus bagi warga Israel lainnya.

Media Jerusalem Post melaporkan, sekitar 40.000 warga Israel berdemonstrasi di Tel Aviv pada Selasa malam (18/3) memprotes keputusan Benjamin Netanyahu yang melanjutkan perang di Jalur Gaza.

Puluhan ribu demonstran berkumpul di Habima Square di pusat kota Tel Aviv, dan protes menyebar ke jalan-jalan di sekitarnya, seperti Rothschild dan Ben Zion, tempat kemacetan lalu lintas parah. Protes serupa terjadi di Yerusalem, Sha’ar Hanegev Rangers, Beersheba, Haifa, dan daerah lainnya. Demonstran meneriakkan slogan-slogan menentang kelanjutan perang.

Baca Juga: Panduan Zakat Fitrah, Niat dan Pelaksanaannya

Trump dan Netanyahu Setali Tiga Uang, Sama-sama Penjahat Perang

Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini, Donald Trump dan Benjamin Netanyahu, dua nama paling kontroversial dalam dunia politik global, pelaku kejahatan perang. Meskipun berada di panggung politik yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan, yakni berambisi besar dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan untuk mencapainya.

Pemimpin AS yang seharusnya memikirkan kesejahteraan rakyatnya itu, justru sebagai aktor utama dalam mendukung langkah Zionis Israel melakukan genosida, kejahatan perang dan melanggar hukum internasional.

Sejak pertama menjabat sebagai presiden, Trump secara terbuka menunjukkan dukungannya yang kuat kepada Netanyahu dan agresi brutalnya terhadap Palestina.

Baca Juga: Membongkar Rencana Busuk Zionis Yahudi untuk Palestina dan Dunia Islam

Salah satu langkah paling kontroversialnya adalah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis Israel pada 2017 lalu, yang kemudian disusul dengan memindahkan Kedutaan Besar AS ke kota tersebut. Langkah ini tidak hanya memicu kemarahan dunia internasional tetapi juga semakin memperburuk konflik di kawasan itu.

Trump juga mendukung aneksasi wilayah Tepi Barat oleh Zionis Israel, meskipun langkah tersebut jelas-jelas melanggar hukum internasional. Ketika Israel melancarkan serangan militer ke Gaza yang mengakibatkan ribuan korban jiwa, Trump justru membela tindakan Israel dan menyebutnya sebagai “hak untuk membela diri.” Pernyataan itu jelas mengabaikan fakta sebenarnya di lapangan.

Kebijakan yang Mengorbankan Kemanusiaan

Selama agresi di Gaza, Trump menegaskan bantuan militer miliaran dolar terus mengalir ke Israel, termasuk pengiriman senjata yang digunakan dalam aksi genosida. Dukungan itu dianggap oleh banyak pihak sebagai bentuk dukungan terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Israel.

Baca Juga: Spirit Ramadhan Harapan Indonesia Terang

Di sisi lain, Trump juga menjatuhkan sanksi kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC) ketika lembaga tersebut menyelidiki dugaan kejahatan perang oleh Netanyahu dan para pemimpin Zionis lainnya. Sanksi ini mencerminkan penentangannya terhadap sistem hukum internasional.

Kedua tokoh kontroversial itu sama-sama menggunakan kekuasaan untuk mempertahankan dominasi, meskipun harus melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Dalam kasus genosida di Gaza, penyebutan Trump dan Netanyahu, “setali tiga uang” bukan hanya sekadar ungkapan, melainkan realitas pahit yang harus dihadapi dunia saat ini.

Hubungan antara Trump dan Netanyahu menjadi simbol bagaimana kekuasaan dapat disalahgunakan untuk ambisi pribadi. Dukungan tanpa syarat AS kepada Israel selama era kepemimpinan Trump mencerminkan kepentingan politik yang sempit, pragmatis dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.

Maka, masyarakat internasional harus bersikap tegas terhadap tindakan jahat mereka agar genosida dan tragedi kemanusiaan tidak terus berulang. Umat Islam dan para pemimpinnya harus tampil menjadi juru damai dan pemberi solusi nyata terhadap krisis di Palestina dan di negeri lainnya. Wallahu a’alam bis shawab. []

Baca Juga: Alasan-alasan Mengapa Palestina Menjadi Negeri yang Paling Direbutkan

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Kolom
Indonesia
Indonesia
Asia