بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا ٱسْمُهُۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَآ إِلَّا خَآئِفِينَ ۚ لَهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا خِزْىٌ وَلَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ (البقرة [٢]: ١٤٤)
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS Al-Baqarah [2]: 144)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pakar tafsir abad ke-14, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas, yang dimaksud dengan merobohkan masjid itu ada dua macam: Pertama, merobohkan dari sisi fisik bangunannya, berupa menghancurkan, mengotori dan merusak bangunan fisiknya.
Kedua, merobohkan secara maknawi, yakni menghalang-halangi orang dari berdzikir di masjid, mengusir orang-orang yang ada di dalamnya, atau membuat propaganda agar orang tidak suka pergi ke masjid dan memakmurkannya.
As-Sa’di juga menyebut, orang yang paling keras permusuhannya terhadap umat Islam adalah Kaum Yahudi dan Kaum Musyrikin. Dua kelompok itulah yang berupaya terus-menerus untuk menghancurkan umat Islam sejak zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam hingga saat ini. Hal itu disebabkan karena kebencian, kedengkian dan pengingkaran mereka kepada kebenaran.
Beliau menyebut ayat lain, yakni surah Al-Ma’idah [5] ayat 82: ”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik,….”
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Di bulan Ramadhan 1444 ini kita saksikan di banyak media, pasukan Zionis Israel menyerang para Jama’ah Muslim yang sedang melaksanakan ibadah Tarawih di Masjid Al-Aqsa. Mereka juga mengacak-acak ruangan masjid, menembaki para jamaah, melontarkan gas air mata, serta menagkap mereka yang melawan.
Laporan terakhir dari media Palestina, satu orang dilaporkan syahid, 500 orang ditangkap, ratusan lainnya terluka, sebagian mereka adalah kaum wanita. Sementara warga Palestina yang ingin memasuki kawasan masjid dicegat, digeledah dan beberapa lainnya mengalami penyiksaan saat pengeledahan.
Aksi brutal yang dilakukan oleh Zionis Israel tidak lagi mengenal perikemanusiaan, menandakan bahwa mereka sudah tidak bisa lagi dihadapi dengan pendekatan kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu karena memang hati nuraninya sudah mati. Sudah tidak ada lagi belas-kasihan pada hati mereka.
Kelancangan Yahudi terhadap Allah dan para rasul-Nya
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Meskipun Allah Subhanahu wa Ta’ala telah banyak memberikan kenikmatan kepada kaum Yahudi, namun mereka justru mengingkari dan membangkang. Bahkan mereka malah menyifati Allah Ta’ala dengan sifat buruk.
Mereka mengatakan Allah lelah setelah menciptakan langit dan bumi. Kemudian hal itu dibantah oleh Allah dalam surah Qaf [50] ayat 38. Kaum Yahudi juga menyatakan Allah fakir, sementara merekalah yang kaya. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menjawab cemoohan mereka dengan menurunkan surah Ali-Imran [3] ayat 181.
Sepeninggal Nabi Musa Alaihi salam, mereka membunuh para nabi dan rasul yang diutus untuk mereka. Ibnu Qayyim menyebut, pernah dalam sehari, kaum Yahudi membunuh 70 nabi. Namun mereka merasa seolah-olah tidak bersalah.
Kaum Yahudi juga beberapa kali membuat makar untuk membunuh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Beberapa ahli tarikh menyebut, setidaknya tiga kali mereka melakukannya terhadap Rasulullah, namun semua makar mereka gagal.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Dalam konteks zaman sekarang, kaum Yahudi berbuat makar terhadap rakyat Palestina, berupa pembunuhan, perampasan tanah, pengusiran dan Yahudisasi di Al-Quds. Kaum Yahudi juga merusak kehormatan para wanita Palestina. Mereka menjadi janda, anak-anaknya menjadi yatim. Arogansi Zionis semakin menjadi-jadi, semakin bertambah kesombongan dan kejahatan mereka karena mendapat dukungan dari beberapa pemimpin negara besar.
Isyarat Kehancuran Yahudi
Menurut Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya “Fi Dzilalil Qur’an” menyatakan bahwa peristiwa Isra yang disebut dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’ mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israel (Yahudi).
Dalam konteks sejarah berdirinya negara Israel di Palestina, menurut Muhammad Ar-Rasyid, Allah Ta’ala memberikan kembali tanah kepada mereka yang kedua kali, ditandai dengan diproklamirkannya negara Israel tahun 1948, setelah mengalahkan musuh-musuhnya (pasukan Arab).
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Kemudian mereka memiliki harta kekayaan yang melimpah, berupa bantuan dari Amerika Serikat dan negara lain yang mendukung mereka. Hegemoni Zionis dilanjutkan dengan kemenangan mereka pada perang tahun 1948 dan 1967 melawan negara-negara Arab (Mesir, Yordania dan Suriah).
Dengan kembali dan berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini, berarti tanda kehancuran mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedang menunggu “orang yang akan menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjid Al-Aqsha serta menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.”
Menurut Syekh Bayuth at-Tamimi, Imam Besar Masjidil Aqsa, tahun 1960-an, dalam bukunya Israil wal Quran (1975) mengatakan, yang akan mampu mengalahkan Zionis Israel, adalah “Ibadalana uliy ba’sin syadid“. Hamba-hamba Kami (Allah Subhanahu wa Ta’ala), yang memiliki fisik kuat, mental sehat, dan intelektual hebat (QS Al-Isra [17]: 5).
Dalam pandangan penulis, isyarat kehancuran Israel semakin dekat ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut:
- Situasi terkini di negara Israel dalam beberapa tahun belakangan menunjukkan bahwa negara itu semakin memburuk ekonomi, politik dan sosialnya. Rakyat Israel semakin tidak percaya dengan para pemimpinnya. Hal itu ditandai dengan diadakannya pemilu sebanyak lima kali dalam dua tahun (2021-2022).
- Negara-negara donator Zionis sudah mulai mengalami krisis ekonomi. Amerika Serikat menanggung utang yang menggunung (mendekati Rp.500 ribu triliun). Para anggota DPR AS suga sudah mulai menyadari bahwa memberikan bantuan kepada Israel hanya akan membuat situasi di Timur Tengah semakin rusuh. Sejak 2020 lalu, AS mulai menghentikan bantuan militernya ke Israel. Sementara Inggris juga mengahadapi krisis energi dan moneter, terlebih setelah pandemi berakhir dan perseteruannya dengan Rusia. Para politisi dan senator Inggris juga banyak yang menyuarakan penolakannya terhadap Israel sembari menyebutkan berbagai pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan para pemukim illegal di Israel.
- Dukungan negara-negara di dunia terhadap Palestina semakin meningkat. Hal itu ditunjukkan dengan berbagai aksi yang dilakukan oleh warga masyarakat di berbagai negara. Sebaliknya, Israel semakin kehilangan dukungan di mata internasional. Di berbagai forum-forum internasional, delegasi Israel sering sekali mendapat penolakan.
- Antar faksi di Palestina sudah mulai bersatu. Mereka mulai menyadari bahwa perjuangan dengan cara sendiri-sendiri tidak menghasilkan kemajuan. Maka usaha-usaha menuju ke arah persatuan semakin intensif dilakukan. Hal itu juga didukung negara-negara mayoritas Muslim seperti Al-Jazair, Mesir, Malaysia dan lainnya dengan menyediakan tempat bagi para faksi untuk berunding.
- Gerakan Boikot Divestasi dan Sanksi (BDS) yang digaungkan para aktifis kemanusiaan semakin didukung oleh komunitas internasional, terutama para pegiat HAM. Tidak hanya di negara-negara mayoritas Muslim, Gerakan BDS justru berkembang pesat di Inggris, Jerman, AS, Prancis, Kanada dan lainnya yang notabene pemerintahannya mendukung Israel.
Wallahu a’alam bisshawab
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza
* Ditulis dari Makkah Al-Mukarramah, saat ini penulis sedang menunaikan ibadah umrah.
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Tegaskan, Tak Ada Lagi Pertukaran Tawanan Israel Kecuali Perang di Gaza Berakhir