Myanmar-penjarakan-wartawan-300x209.jpg" alt="Kelompok HAM Kutuk Myanmar Penjarakan Partawan (Photo: AFP)" width="300" height="209" /> Kelompok HAM Kutuk Myanmar Penjarakan Partawan (Photo: AFP)
Washington, 18 Ramadhan 1435/16 Juli 2014 (MINA) – Penahanan lima jurnalis Unity Weekly dianggap langkah yang tidak tepat terkait pujian yang diberikan pada pemerintah Myanmar untuk kebebasan pers, kata pejabat Departemen Pers Negara Amerika Serikat, Peter Velasco.
Seperti yang diberitakan oleh Rohingya News Agency dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu, ia juga menyatakan keprihatinannya atas hukuman 10 tahun kurungan yang dikenakan terhadap empat reporter dan seorang kepala redaksi pada Kamis sore di bawah tuduhan pelanggaran UU Dokumen Resmi era kolonial Myanmar.
Tuduhan itu mereka terima setelah menerbitkan sebuah laporan investigasi pada Januari yang mengungkap penggunaan fasilitas militer untuk produksi senjata kimia.
“Padahal, Industri Pertahanan Myanmar (Kapasa) fasilitas-24 tidak pernah ditetapkan sebagai daerah terlarang oleh presiden,” Pada dasarnya kelima terdakwa itu tidak harus bertanggung jawab untuk tuduhan di bawah UU Rahasia Negara,” kata pengacara terdakwa, Wah Win Maung.
Baca Juga: Ledakan Bus Sekolah di Pakistan Tewaskan Lima Orang, Tentara Tuding India
Seksi HAM Amnesti Internasional (AI) menggambarkan keputusan pengadilan dianggap sebagai hari yang suram untuk kebebasan berekspresi d i Myanmar. Pujian yang diberikan pada Myanmar yang dijuluki “Tanah Emas” tersebut yang dinilai telah melakukan langkah besar terhadap kebebasan pers, lanjut pernyataan AI, bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Myanmar
“Kelima jurnalis telah melakukan tugasnya mengungkap fakta yang sebenarnya untuk kepentingan publik,” Rupert Abbott, wakil direktur Amnesty untuk wilayah Asia-Pasifik, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis.
Setelah penangkapan itu, Deputi Menteri Informasi Ye Htut mengakui bahwa pabrik itu milik Departemen Pertahanan, tetapi kepada Irrawaddy, sebuah situs berita online yang berbasis di Thailand, yang mengklaim fasilitas itu ada hubungannya dengan senjata kimia, ia menyangkal, hal itu sama sekali tidak berdasar.
“Jurnal ini hanya mengutip keterangan penduduk setempat,” kata Ye Htut, membela penangkapan wartawan menyusul tuduhan bahwa pemerintah melanggar kebebasan pers yang baru ditetapkan.
Baca Juga: Menlu Afghanistan Akan Kunjungi Tiongkok untuk Pertemuan Trilateral Besok
Kyaw Lin, kepala Persatuan pengacara eksekutif Tin San, mengeluhkan putusan yang pengadilan pada Kamis lalu dan menilainya “benar-benar tidak adil,” dan mengatakan tidak pantas menghukum mereka karena mereka hanya menjalankan tugas.
“Orang-orang ini tidak menjadi mata-mata dalam kasus ini. Mereka hanya melaporkan,” katanya, menambahkan bahwa hanya melanggar batas daerah militer dan lebih adil dihukum dengan denda dan dua atau tiga hari di penjara.
Amnesti menegaskan pemerintah mestinya memenuhi janjinya untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia di negara itu dan memberikan kebebasakan berekspresi kepada wartawan dan media dalam menjalankan tugasnya. (T/P08/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: WHO: Kurangnya Layanan Kesehatan Mental di Afghanistan Sangat Mengkhawatirkan