Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecemasan Dunia akan Komitmen Gencatan Senjata di Gaza

Redaksi Editor : Arif R - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

11 Views

Ketua Dewan Pembina MER-C Sarbini Abdul Murad. (Foto:MER-C)

Oleh Sarbini Abdul Murad, Ketua Dewan Pembina MER-C

GENCATAN senjata Hamas vs Israel sudah disepakati pada 19 Januari 2025. Meskipun jumlah yang meninggal di Gaza mendekati 50 ribu jiwa dan korban luka diperkirakan lebih dari 100 ribu jiwa, di mana jumlah korban terbanyak adalah penduduk sipil, terutama anak dan perempuan. Selama 15 bulan, warga Gaza hidup dalam intaian kematian serta ketidakpastian.

Dimediasi oleh Qatar dan Mesir serta Amerika Serikat terwujud jalan perdamaian dengan tiga tahapan perjanjian gencatan senjata yang terfokus pada pembebasan tiga sandera sipil Israel, pembebasan sekitar 900 tahanan Palestina, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza pada tahap 1 yang berdurasi 6 minggu atau 42 hari. Namun, dunia dibuat cemas juga karena belum adanya keterangan yang pasti apa dan bagaimana klausul kesepakatan pada tahap kedua dan ketiga karena baru akan dibicarakan pada akhir tahap kesatu.

Kecemasan banyak pihak bukan tanpa alasan karena selama ini Israel kerap melanggar perjanjian yang telah disepakati. Contoh yang terdekat adalah gencatan senjata dengan Hizbullah selama 60 hari tertanggal 27 November 2024 hingga 27 Januari 2025. Sudah ratusan kali Israel melakukan pelanggaran selama perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah.

Baca Juga: Gencatan Senjata, Kartu Trump untuk Normalisasi Israel-Arab Saudi?

Israel dengan kekuatan udara terus mengebom lokasi sipil di Lebanon Selatan dan sekitarnya untuk memprovokasi Hizbullah. Reputasi buruk ini membuat semua pihak skeptis, apakah kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas akan berlangsung sesuai kesepakatan. Pergeseran target serbuan Israel dari Gaza ke Tepi Barat (Camp Jenin) sudah dapat diperkirakan akan terjadi genosida ulang bak Gaza. Pernyataan ini ditegaskan sendiri oleh Benjamin Netanyahu.

Serbuan ke Jenin akan menyebabkan implikasi politik dan militer yang cukup mencemaskan bagi Hamas di Gaza. Kita belum mengetahui respons dari pejuang Hamas di Gaza karena belum ada pernyataan dari mereka.

Bisa dibayangkan bagaimana mereka menyaksikan saudara mereka di Tepi Barat dibantai Israel di depan mata. Pergolakan di Tepi Barat tidak terlepas dari peristiwa Badai Al-Aqsha 7 Oktober 2023 yang lalu.

Apa langkah dunia ke depan?

Baca Juga: Tarbiyah dan Ukhuwah: Jantungnya Dakwah

Euphoria dunia terhadap gencatan senjata di Gaza saat ini harus berhenti sejenak. Dunia juga harus peka atas rencana jahat Israel yang ingin meratakan Tepi Barat seperti Gaza untuk memancing Hamas menyerang kembali Israel. Oleh karena itu, tekanan politik mesti dilakukan terhadap Israel agar stabilitas keamanan di Gaza bisa bertahan untuk melanjutkan genjatan senjata ke tahap berikutnya.

Para mediator perdamaian, khususnya Qatar dan Mesir, secara moral dan politik mempunyai tanggung jawab mengawal agar poin-poin perdamaian bisa dijalankan dengan benar oleh Israel dan Hamas sesuai dengan kesepatakan yang telah disepakati.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sebagai negara pendukung Palestina yang terdepan dan concern terhadap perdamaian di sana, sudah saatnya bergerak cepat menyalurkan bantuan rakyat Indonesia ke Gaza melalui berbagai lembaga kemanusiaan yang selama ini belum bisa disalurkan.

Baca Juga: Gencatan Senjata, Kemenangan Palestina dan Warga Dunia

Sekarang tiba saatnya Pemerintah Indonesia membuka akses ke Pemerintah Mesir agar koridor kemanusiaan bisa dibuka dan memberikan kesempatan kepada warga Indonesia untuk bisa berpartisipasi menyalurkan bantuan kemanusiaan di Gaza, disamping secara politik Indonesia juga ikut mengawal agar proses gencatan senjata ini berjalan sesuai harapan masyarakat internasional. []

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Malu dalam Perspektif Islam: Pilar Akhlak Mulia

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Palestina
Palestina
Palestina
Palestina
Palestina
Palestina
Indonesia
Palestina