Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kegiatan Pagi Membawa Berkah Ilahi

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 29 Juni 2016 - 09:07 WIB

Rabu, 29 Juni 2016 - 09:07 WIB

701 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Kegiatan paling enak, bikin ketagihan, dan tidak bisa diganggu gugat adalah tidur pagi ba’da shubuh, apalagi pada bulan Ramadhan. Setelah bangun untuk sahur dan shalat Shubuh, apalagi ditambah habis nonton bola.

Namun ternyata kebiasan ini jika dilakukan terus-menerus menjadi hobi dan kegemaran hingga menjadi “ahli tidur pagi”, cukup membahayakan diri. Yaitu, kehilangan keberkahan rezki di pagi hari. Rezki itu tentu saja sangat luas, bisa berupa harta, kesempatan, kesehatan, prestasi hingga nasib.

Sebab, melek pagi ini adalah saat-saat utama yang didoakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bagi umatnya. Seperti disebutkan di dalam hadits:

Baca Juga: Urgensi Hidup Berjamaah dalam Islam

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu paginya.” (H.R. Abu Daud. Shahih Syaikh Al-Albani).

Ibnu Baththol mengatakan bahwa hadits ini tidak berarti bahwa selain waktu pagi adalah waktu yang tidak diberkahi. Sesuatu yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentu adalah sebaik-baik uswah (suri teladan) bagi umatnya.

Adapun Nabi  mengkhususkan waktu pagi dengan mendoakan keberkahan pada waktu tersebut daripada waktu-waktu yang lainnya bagi umatnya, karena waktu pagi adalah waktu yang biasa digunakan manusia untuk memulai amal (aktivitas). Waktu tersebut adalah waktu seharusnya penuh semangat untuk beraktivitas.

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengingatkan tentang pentingnya melakukan ibadah, aktivitas atau pekerjaan baik secara kontinu pada waktu pagi. Seperti dalam sabdanya:  

Baca Juga: Makna Kehidupan Dunia dalam Surah Al-Hadid Ayat 20

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ

Artinya: “Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) pada waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Rasulpun mengingatkan, “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kalian tidur, sehingga melalaikan kalian untuk mencari rezeki.” (H.R. Ath-Thabrani).

Syaikh Abdurrahmanbin bin Nashir As Sa’di mengatakan bahwa inilah tiga waktu utama untuk melakukan safar (perjalanan) yaitu perjalanan fisik baik jauh ataupun dekat. Juga untuk melakukan perjalanan ukhrowi (untuk melakukan amalan akhirat).

Ini pula, melek pagi, menahan kantuk sekuat mugkin agar mata tidak merem setelah shalat shubuh, yang dilakukan para sahabat dan orang-orang sholih terdahulu.

Baca Juga: 10 Sifat Buruk yang Dibenci Allah, Nomor 7 Paling Berbahaya!

Sebagai contoh adalah kebiasaan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu bagaimana beliau setelah shalat Shubuh selalu melakukan dzikrullah sampai matahari terbit.

Suatu ketika, Abu Wa’il seusai Shubuh ke rumah Ibnu Mas’ud. Kemudian ia mengucapkan salam di depan pintu. Lalu diizinkan masuk oleh budaknya Ibnu Mas’ud. Didapatinya Ibnu Mas’ud setelah shalat Shubuh berjama’ah, ia melanjutkan dzikirnya di rumah sambil duduk.

Ibnu Mas’ud lantas bertanya melihat sahabatnya belum juga masuk,  “Apa yang menghalangi kalian, padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”

Abu Wa’il menjawab, “Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”
Ibnu Mas’ud lantas berkata lagi,  “Apakah engkau mengira bahwa keluargaku telah lalai?”
Begitulah kegemaran baiknya, hingga ketika matahari telah terbit barulah ia beranjak dari tempat duduknya, lalu berdoa:

Baca Juga: 7 Keutamaan Ramadhan yang Wajib Diketahui Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.”

Demikian pula pejuang Muslim Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, adalah orang yang gemar beribadah di pagi hari.

Ia pun berkata kegiatan paginya itu, “Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku”.

Bukan hanya para ulama, para sahabat lainnya, jika selesai berdzikir bada Shubuh kalau tidak melanjutkan di rumah, ya mereka menyiapkan kegiatan paginya. Seperti dilakukan Shakhr bin Wada’ah. Begitu mendengar doa Nabi tentang keberkahan umatnya di pagi hari. ia yang memang seorang pedagang, selalu menyiapkan ekspedidi barang dagangannya di pagi hari. dan benar, dia pun menjadi kaya dan banyak harta sera berkah.

Baca Juga: Pahala Dahsyat Menyantuni Janda dan Orang Miskin, Jangan Lewatkan!

Puteri Nabi, Fathimah Az-Zahra pun pernah diingatkan ayahnya, ketika suatu saat sedang berbaring ketika hari masih pagi. Barangkali Fathimah memang ingin menikmati pagi dengan tidur-tiduran sejenak. Lalu dengan santunnya, sang ayah pun mengatakan, “Wahai Anakku, bangunlah dan saksikanlah rezeki Tuhanmu dan janganlah engkau menjadi orang yang lalai, sebab Allah membagikan rezeki kepada manusia di waktu fajar mulai menyingsing hingga matahari terbit.” (H.R. Al-Baihaqi).

Karena itu, ulama sholih Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berpendapat bahwa di antara tidur yang tidak disukai menurut orang-orang yang shalih ialah tidur di antara shalat subuh dan terbit matahari. Karena itu merupakan waktu untuk memperoleh hasil bagi perjalanan ruhani. Pada saat itu terdapat keistimewaan besar, sehingga seadainya mereka melakukan perjalanan (kegiatan) semalam suntuk pun, belum tentu dapat menandinginya.

Senada dengan itu, Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, ulama ahli hadits penyusun kitab Fathul Bari (Kemenangan Sang Pencipta) mengatakan, “Sesungguhnya dikhususkan waktu pagi dengan keberkahan karena waktu pagi adalah waktu untuk melakukan kegiatan.”

Bagi para ulama, suasana pagi yang tenang adalah waktu yang paling baik untuk mendalami suatu ilmu. Pada saat yang seperti ini kemampuan seseorang untuk memahami sebuah ilmu bisa lebih meningkat. Hal ini bisa terjadi karena konsentrasi terhadap ilmu pun lebih mudah untuk dilakukan.

Baca Juga: Cara Islam Memperlakukan Tawanan dan Sandera

Mari kita nikmati pagi hari dengan kegairahan, kesegaran dan semangat. Menghirup udara pagi secara lebih fresh, menatap harapan dan optimisme. Sebab, pagi hari adalah start terbaik untuk meraih produktivitas, keberhasilan, kesuksesan dan yang jelas keberkahan ilahi.

Pepatah barat-pun menyebutkan”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing). (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: 10 Ciri Pemimpin yang Buruk

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
MINA Preneur
Tausiyah
Kolom
Kolom