Laporan Khusus Tim Kantor Berita Islam MINA di Australia*
Salah satu masjid terbesar dan terindah di Australia adalah Masjid Auburn Gallipoli, terletak di pinggiran barat Kota Sydney, Auburn, News South Wales.
Ergun Genel, Direktur Masjid Auburn Gallipoli, menerima kunjungan delegasi Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA), terdiri dari Abu Ahmad Sudarmaji (Komisioner MINA), Widi Kusnadi (Sekretaris Redaksi MINA), dan Rana Setiawan (Koordinator Peliputan MINA) pada Ahad 11 September 2016.
Kunjungan ke salah satu masjid bersejarah di Australia ini merupakan rangkaian kegiatan liputan khusus Tim MINA di Sydney yang difasilitasi oleh Ashabul Kahfi Islamic Centre pimpinan Teuku Chalidin Yacoub.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Ergun mengatakan bahwa pembangunan masjid ini memang memakan waktu cukup lama. “Pembangunan sempat terhenti karena kurangnya dana dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dana hingga 13 tahun,” ujarnya.
Pembangunan masjid Masjid Auburn Gallipoli dimulai pada 1986 dan pertama kali dibuka untuk ibadah pada 3 November 1979. Masjid ini secara resmi dibuka pada 28 November 1999, dua puluh tahun setelah pembukaan awal.
Dia menjelaskan, proyek pembangunan masjid ini dimulai dan sebagian besar didanai oleh komunitas imigran Muslim Turki yang tergabung dalam Australian Turkish Muslim Community. Banyak anggota Muslim lokal lainnya terlepas dari latar belakang etnis mereka juga telah memberikan kontribusi untuk pendanaan berkaitan dengan pembangunan masjid.
Masjid ini berada di kompleks yang memiliki luas sekitar 4.000 meter persegi. Masjid ini dirancang berdasarkan rancangan bangunan klasik Turki Utsmani yang ditandai dengan kubah besar di tengah bangunan dan dua menara di sampingnya.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Lokasinya berada di 15-19 Gelibolu Parade, Auburn, NSW, Australia, sekitar 19 kilometer dari distrik bisnis dan pusat pemerintahan. Auburn dinamai menurut sebuah puisi Oliver Goldsmith yang mendeskripsikan “Auburn” di Inggris sebagai desa di pegunungan yang paling indah.
Setiap tahun masjid ini mengadakan acara open house bagi semua lapisan masyarakat untuk lebih mengenalkan Islam kepada khalayak luas dan memberikan pemahaman yang benar tentang Islam.
Seperti masjid-masjid lainnya, Masjid Gallipoli pun menggelar shalat berjamaah lima kali sehari dan shalat Jumat.
Setiap hari Jum’at masjid ini dipadati setidaknya 800 jamaah yang sebagian besar merupakan warga Australia keturunan Turki. Jumlah jamaah yang hadir di masjid ini diprosentasikan sekitar 50% warga Turki dan sisanya 50% terdiri dari jamaah Muslim dari latar belakang etnis yang beragam.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Sementara di siang hari, pihak masjid membuka kesempatan bagi warga non-Muslim untuk mengikuti tur ke dalam masjid, termasuk diantaranya adalah pelajar.
Nama Gallipoli yang melekat pada nama masjid ini diambil dari peristiwa Gallipoli Campaign, hubungan awal yang dikembangkan antara pasukan Turki dan Australia di Gallipoli (Gelibolu) selama Perang Dunia Satu.
Arsitektur Utsmani
Masjid yang dirancang arsitek Omer Kirazoglu ini menampilkan gaya arsitektur klasik Kekhilafahan Turki Utsmani dengan meniru Masjid Sultan Ahmad di Istanbul, Turki, dan memperlihatkan pengaruh kesenian Islami yang kuat.
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Desain eskteriornya adalah bujur sangkar dengan sebuah kubah besar dan delapan bentuk semi-kubah, serta dilengkapi dengan dua menara. Diameter kubah adalah 16,6 meter dan tingginya (dihitung dari lantai) adalah 22,6 meter. Sedangkan tinggi kedua menara adalah 39 meter. Konstruksinya diperkuat dengan beton dan batu-bata.
Ergun mengharapkan saat orang-orang masuk ke dalam masjid ini, mereka akan dibuat takjub dan terkesan akan keindahan Islam.
Saat memasuki bagian dalam masjid, terdapat ukiran-ukiran kaligrafi yang bertuliskan “Allah”, “Muhammad”, dan potongan surat serta ayat-ayat suci Al-Quran.
Perpaduan antara kaligrafi tradisional dan corak modern dari Timur Tengah, yang kebanyakan bermotif bunga-bungaan dan dedaunan, terlihat di bagian dinding dan kubah.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Di dalam Kubah Utama terdapat delapan buah pilar dan didukung oleh bentuk semi-kubah yang ada. Dinding dan lantai di bagian dalam ruangan didekorasi dengan mozaik-mozaik berwarna. Jendela-jendelanya terbuat dari kaca berwarna. Jendela berbentuk lingkaran di sekitar bagian dasar kubah bertuliskan Asmaul Husna dalam huruf Arab.
Dekorasi di dalam dan kaligrafi yang dipasang di dinding dan langit-langit kubah dirancang oleh seniman kaligrafi Turki Huseyin Oksuz dan dicat oleh lima seniman Turki lainnya selama periode enam bulan.
Batu marmr dan kramik yang dipasang pada dinding luar dan halaman masjid didatangkan langsung dari Turki. Batu Marmer Slanik di halaman masjid didatangkan dari Tokat dan Marmer Travertine yang dipasang di dinding luar masjid didatangkan dari Denizli.
Lantai dasarnya, tentu saja, terbuka sebagaimana masjid-masjid lain dan dilengkapi dengan mihrab yang sekaligus menjadi penunjuk ke arah Mekah serta mimbar tempat muazin mengumandangkan azan dan satu mimbar lagi tempat khatib memberikan khotbah.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Kemegahan dan keindahan Masjid Auburn Gallipoli mencerminkan warisan dari masa lalu yang telah dimiliki oleh masyarakat Australia sebagai sebuah masyarakat multikulturalis. Walaupun demikian, sebagaimana dengan masjid-masjid lain di dunia, umat Muslimin Australia dengan akar etnis dan ras yang berbeda-beda berhak menjalankan ibadah di masjid ini. (R03/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Tulisan ini merupakan bagian dari program “Liputan Khusus Islam di Australia.” Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA) telah meliput ke empat kota di tiga negara bagian dan satu wilayah khusus ibukota Australia (Sydney, Canberra, Brisbane, dan Melbourne) pada 8 – 19 September 2016 yang didukung Ashabul Kahfi Islamic Centre Sydney dan Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV).